Mei 98, semangat jatuhkan Soeharto dari mahasiswa Bandung
Mahasiswa Bandung lebih dulu menyusun aksi gulingkan Soeharto pada November 1997.
Jelang akhir abad ke-19 Asia diterpa krisis global yang berdampak pada jatuhnya perekonomian Indonesia. Masyarakat tidak puas pada kepemimpinan mantan Presiden Soeharto hingga terjadinya demonstrasi besar-besaran. Tujuannya satu, Soeharto lengser dari jabatannya.
Pergantian kepemimpinan nasional merupakan solusi bagi krisis ekonomi yang menyengsarakan rakyat. Berbagai organ aksi mahasiswa di berbagai wilayah menyeret nama Soeharto agar lengser dari Singasana.
Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Solo dan kota besar lainnya menginginkan agar rezim Orde Baru yang sudah berkuasa selama 32 tahun jatuh.
Sebagai pusat pemerintahan di Indonesia, aksi besar-besaran terjadi di Jakarta. Bahkan menyebabkan kerusuhan yang juga menyebabkan tragedi 'Trisakti' di mana empat mahasiswa Universitas Trisakti ditembak dan terbunuh dalam demonstrasi 12 Mei 1998.
Selain amuk masa, aksi jarah toko dan perusahaan. Di Jakarta dan Surakarta, dikabarkan ratusan wanita keturunan Tionghoa diperkosa dan dilecehkan seksual.
Bandung, sebagai kota pendidikan tak jarang melahirkan gagasan-gagasan sebagai bentuk kritis kepada pemerintahan yang ada. Diskusi yang ada merumuskan agenda reformasi untuk dibawa ke Jakarta.
Namun Bandung dalam bentuk fisik tak separah yang dibayangkan pada tragedi kelam sejarah buruk di Indonesia.
Salah satu aktivis 1998, Muradi mengaku pergerakan itu ada. Bahkan isu pelengseran itu berasal dari Bandung. Analisis negara berada kubangan krisis ekonomi, mahasiswa Bandung membaca situasi tersebut. Indonesia gawat. Mahasiswa harus bergerak.
"Kita sekitar November 1997 sepakat untuk mengorganisir kampus-kampus yang ada," kata Muradi saat berbincang dengan merdeka.com.
Dari situ lah, Beberapa universitas yang memiliki tradisi pergerakan mahasiswa di Bandung mulai menggeliat. Ada Universitas Padjadjaran, ITB, Universitas Parahyangan (Unpar), Universitas Islam Bandung (Unisba), IAIN Bandung, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan Universitas Pasundan (Unpas).
"Kami saat itu membentuk Forum Mahasiswa Bandung (FMB). Forum ini sepakat dengan pergantian kepemimpinan bangsa," ucap Muradi yang merupakan koordinator FMB saat itu.
Sejak itu, dari hari kehari selalu diwarnai aksi unjuk rasa yang dilakukan di kampus-kampus. Konsolidasi dilakukan membentuk satu kekuatan Mahasiswa bersatu menuntut reformasi.
-
Siapa yang berencana meracuni Soeharto? Rupanya tamu wanita yang tidak kami undang itu berencana meracuni kami sekaluarga," kata Soeharto.
-
Kenapa Soeharto diawasi ketat setelah Peristiwa G30S/PKI? Angkatan Darat tak mau Soeharto diculik oleh kekuatan PKi yang masih tersisa.
-
Apa pesan Ibu Tien kepada Soeharto saat hendak memancing? "Jangan memancing ikan yang rambutnya panjang ya." kata Ibu Tien jenaka sambil tersenyum. Soeharto yang mendengar itu pun ikut tersenyum. Ikan berambut panjang maksudnya memancing wanita.
-
Apa yang terjadi setelah Soeharto mengundurkan diri? Pengunduran diri Soeharto tersebut disambut suka cita oleh para mahasiswa. Aksi pendudukan Gedung DPR/MPR berubah menjadi pesta rakyat.
-
Bagaimana reaksi Soeharto saat dipanggil 'monyet'? "Hei monyet, berani engkau melawan perintah," canda Pak Gatot. Tentu saja dia senang anak buahnya semua selamat.
-
Kapan Soeharto dipanggil 'monyet'? Saat Perang kemerdekaan, Kolonel Gatot Soebroto memerintahkan Mayor Soeharto untuk bertahan di puncak sebuah bukit yang strategis.
"Kita terus mengorganisir dari yang semula 20 menjadi 30, sampai pada akhirnya Maret - April (1998) kita konsisten memiliki massa di atas 500," jelasnya.
Bahkan pemblokiran jalan pernah dilakukan di sekitar Jalan Jatinangor yang memutuskan jalur utara pulau Jawa. Aksi terus dilakukan secara konsisten hingga pada akhirnya 12 Mei merupakan puncak aksi. 60 kampus lebih telah terorganisir melalui FMB ini.
FMB niscaya organisasi gurita, karena tuntutan reformasi telah benar-benar disambut dan didukung oleh masyarakat secara luas. Posko terbentuk di setiap kampusnya.
Namun posko gabungan bagi elemen-elemen dan kampus untuk dapat berkoordinasi ditentukan di Unpad dengan perhitungan dekat dengan kantor Gubernur, kantor DPRD Jawa Barat, dan Lapangan Gasibu.
FMB yang sudah terbentuk saat itu pernah ditawari untuk bergerak ke Jakarta untuk bersatu berkonsentrasi menjatuhkan Soeharto di Senayan. "Kami berpikir bahwa jika kami berangkat dikhawatirkan Bandung rusuh, kami putuskan untuk tidak berangkat," ungkapnya.
Namun tak semua sepakat, sekitar 10 bus memutuskan untuk berangkat.
"Kalau kami yang memutuskan tidak berangkat agar Bandung tidak terjadi kericuhan," bebernya. Saat itu Mahasiswa yang ada membentuk satu komitmen dengan slogan Anak Bandung Cinta Damai (ABCD).
Slogan itu mereka usung dalam aksi besar-besaran yang terjadi di kantor Pemerintahan Provinsi Jawa Barat atau Gedung Sate. "50 ribu massa dari berbagai elemen kita beraksi di Gedung Sate, lapang Gasibu dan DPRD Jabat," katanya.
Riak-riak kisruh, kata dia ada, namun dampak kericuhan dapat diminimalisir. Semua yang berkumpul menyuarakan anti orde baru dengan cara yang damai. "Karena tidak ada sejarahnya Bandung rusuh, kita ingin meneruskan sejarah Bandung yang tidak pernah rusuh, kita tetap menjaga kondusifitas Bandung," terangnya.
Genosida terhadap orang Tionghoa di Bandung menurutnya dapat dibantahkan. Pemerkosaan atau penjarahan yang terjadi di Jalan ABC Bandung yang dihuni kebanyakan etnis Tionghoa itu hanyalah rumor.
"Tidak ada pengrusakan sama sekali," paparnya.
Pergerakan itu ternyata tak sia-sia. Pergerakan Mahasiswa ampuh melumpuhkan rezim penguasa selama 32 tahun lamanya. Di bawah tekanan yang besar dari dalam maupun luar negeri, Soeharto akhirnya memilih untuk mengundurkan diri dari jabatannya pada 21 Mei 1998. Wakil Presiden BJ Habibie menjadi presiden baru Indonesia.