Meluruskan Sejarah WR Soepratman, Pencipta Lagu Indonesia Raya
WR Soepratman merupakan pahlawan nasional, yang berkontribusi besar bagi kemerdekaan bangsa Indonesia melalui karya lagu Indonesia Raya.
Wage Rudolf(WR) Soepratman merupakan pahlawan nasional, yang berkontribusi besar bagi kemerdekaan bangsa Indonesia melalui karya lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Anggota Yayasan Wage Rudolf Soepratman bidang hubungan masyarakat Indraputra menuturkan, sosok kakak pertama WR Soepratman, Roekiyem Soepratijah memiliki peran penting dalam perjuangan hidup dan karier adiknya setelah orang tua mereka meninggal tahun 1914.
- Rumusan Dasar Negara Menurut Moh. Yamin Mr. Soepomo Ir. Soekarno
- Kisah Soeharto Baru Tahu Indonesia Merdeka Tanggal 19 Agustus 1945
- 19 Maret 1903: Lahirnya W.R Soepratman, Pencipta Lagu Indonesia Raya
- Jejak W.R. Soepratman Pencipta Lagu Indonesia Raya di Surabaya, Belum Menikah dan Meninggal di Usia Muda
"Lagu ini menjadi simbol persatuan dan semangat kebangsaan bagi seluruh rakyat Indonesia," kata Indraputra kepada wartawan, Jakarta, Rabu (14/8).
Roekiyem disebut menekankan kepada sesama keluarga besar ahli waris dan keturunan Wage Rudolf Soepratman, harus peduli akan pentingnya sejarah perjuangan bangsa Indonesia dengan menghormati para pahlawan, dan menjaga warisan sejarah agar tidak terlupakan oleh seluruh rakyat Indonesia.
Ditinggal Ibunda Saat WR Soepratman Berusia 11 Tahun
Indraputra menceritakan, ibunda WR Soepratman meninggal dunia ketika Soepratman masih duduk di bangku sekolah dasar. Ketika itu usia Soepratman sekira usia 11 tahun.
"Kemudian pada tahun 1914-1924 Wage Rudolf Soepratman dibawa ke Makassar oleh ibu Roekiyem Soepratijah (kakak tertua Wage Rudolf Soepratman) yang bersuamikan Van Eldik untuk tinggal bersama mereka, dibesarkan dan dibimbing serta diberi dukungan dalam pendidikan dan seni," ucapnya.
Sementara itu, anggota Yayasan Wage Rudolf Soepratman bidang pendidikan, Indah Imelda mengatakan, ayah dan ibunya yakni bapak Anthony C Hutabarat dan Ibu Augustiani menjadi salah satu keluarga yang paling dekat dengan kakak-kakak dari WR Soepratman.
Augustiani merupakan cucu Ngadini Soepratini, kakak kelima dari WR Soepratman. Sejak tahun 1970, Augustiani dan suami sudah sering berkunjung ke rumah Roekiyem Soepratijah di Jl Veteran I no 2 Jakarta.
"Karena saat itu beliau (Roekiyem Soepratijah) adalah satu-satunya mbah buyut yang
masih hidup, dan tidak pernah absen dikunjungi oleh ayah dan ibu saya di saat hari
lebaran," ujarnya.
Imelda menuturkan, ketika dia masih kecil, selalu diajak ayah dan ibunya mengunjungi Roekiyem. Imelda mengenang masa lalu yang indah bagaimana ketika dia bersama saudara-saudarinya diajak ayah dan ibunya mengunjungi kakak tertua WR Soepratman di Jakarta.
"Masih dalam ingatan kami sebagai anak-anaknya setiap kami berkunjung ke rumah cicit buyut kami, selalu disuguhkan macam-macam kue dan suka jajan ice cream italy 'Ragusa' yang letaknya berderetan dengan rumah ibu Roekiyem," kenang Imelda.
Ada yang Mengaku Jandanya WR Soepratman
Katanya, kedekatan dan tali silahturahmi keluarga Augustiani dan Antony C Hutabarat di tahun 1971 membuat Roekiyem memberi amanah kepada mereka berdua untuk meluruskan sejarah dan riwayat hidup WR Soepratman.
Amanah diberikan Roekiyem Soepratijah karena dia merasa hanya Augustiani dan suaminya memiliki kepedulian terhadap WR Soepratman dan mampu melaksanakan amanahnya.
Imelda menceritakan, pada tahun 1978, Roekiyem sudah terlebih dahulu dipanggil Tuhan, namun ayah dan ibunya itu tetap bertekad untuk berjuang menjalankan amanahnya.
WR Soepratman merupakan anak ketujuh dari sembilan bersaudara dari pasangan Sersan Djoemeno Senen Sastrosoehardjo dan Siti Senen.
"Orang tua kami bapak Anthony C Hutabarat dan Augustiani adalah cucu Ny Ngadini Soepratini, (kakak kelima dari Wage Rudolf Soepratman) yang menerima amanah dari kakak tertua Wage Rudolf Soepratman, Ny. Roekijem Soepratijah," tuturnya.
Imelda mengatakan, amanah untuk meluruskan sejarah dan riwayat hidup WR Soepratman itu diberikan oleh Roekiyem Soepratijah setelah 33 tahun Wage Rudolf Soepartman meninggal dunia pada tahun 17 Agustus 1938.
Amanah itu diberikan kepada orang tuanya, karena setelah meninggal Wage Rudolf Soepratman ada yang mengaku sebagai jandanya, padahal selama hidupnya Wage Rudolf Soepratman tidak pernah menikah.
"Ny Roekijem Soepratijah memberikan amanah kepada orang tua kami itu pada tahun 1971 di rumahnya Jl Veteran 1 no 2 Jakarta Pusat, tepatnya 33 tahun Mbah WR Soepartman sudah meninggal dunia," ujarnya.
Fakta-Fakta WR Soepratman
Imelda menuturkan, amanah tersebut diberikan atas dasar kesedihan yang teramat dalam dari hati seorang kakak tentang simpang siurnya sejarah riwayat kehidupan Wage Rudolf Soepratman yang merupakan adik kesayangannya Roekijem Soepratijah.
Di antara isi amanah itu di antaranya bahwa WR Soepratman lahir di Jatinegara, 9 Maret 1903. Soepratman anak tujuh dari sembilan bersaudara. WR Soepratman tidak memiliki istri, tidak punya anak ataupun anak angkat sampai akhir hidupnya.
WR Soepratman beragama Islam. WR Soepratman orang Indonesia asli. WR Soepratman meninggal 17 Agustus 1938 di Surabaya, tepatnya di rumah milik kakak tertuanya di Jalan Mangga nomor 21. Soepratman dimakamkan di Surabaya.
"Menemukan makam ayah dan ibunya Wage Rudolf Soepratman di Pemalang merupakan perjuangan orang tua kami," katanya.
Imelda menjelaskan, jika ada yang bertanya kenapa ada nama Rudolf? Nama tersebut merupakan nama yang diberikan atas kesepakatan Roekijem Soepratijah dan Van Eldik, agar Wage Rudolf Soepratman dapat bersekolah di sekolah non pribumi.
"Karena pada masa itu hanya sekolah tersebut yang mutu pendidikannya dianggap bagus," katanya.
Imelda memastikan ketika itu tahun 1971 tidak mudah menjalankan amanah untuk meluruskan sejarah dan riwayat hidup pencipta lagu kebangsaan repubik Indonesia ini.
Di mana pada tahun itu terbatasnya mobilitas dan terbatasnya teknologi komunikasi yang belum seperti saat ini dan mahalnya transportasi udara untuk melakukan penelusuran riwayat hidup sang pahlawan, serta menemukan keluarga besar dari keturunan kakak adik Wage Rudolf Soepratman yang masih hidup saat itu.
"Sambil membiayai kami anak-anaknya, orang tua kami tetap berjuang melaksanakan amanah meluruskan sejarah dan riwayat hidup Wage Rudolf Soepratman," katanya.
Imelda merinci perjuangan nyata kedua orang tuanya dalam melaksanakan amanah itu di antaranya:
a. Mencari, menemukan, dan mengumpulkan keluarga besar keturunan kakak, adik Wage Rudolf Soepratman
b. Membuat silsilah keluarga besar Wage Rudolf Soepratman yang di daftarkan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
c. Mendirikan Yayasan Wage Rudolf Soepratman 9 Maret tahun 1989 dan Akte Notaris tahun 1999
d. Membuktikan kepada pemerintah bahwa Wage Rudolf Soepratman lahir di Jatinegara, 9 Maret 1903 dengan status tidak menikah, tidak punya istri, tidak punya anak, maupun anak angkat sampai akhirnya hidupnya
e. Penerbitan uang Rp50.000 bergambar Wage Rudolf Soepratman oleh Bank Indonesia, di mana tim legal dari pihak bank Indonesia telah melakukan penelusuran dan penelitian dokumen serta bertemu dengan Anthony C Hutabarat
f. Setelah Anthony C Hutabarat dapat memberikan bukti-bukti kepada tim kuasa hukum Bank Indonesia tentang kuasa ahli waris yang sah masih hidup saat itu, maka dilakukan penandatanganan surat pernyataan tidak keberatan untuk penerbitan uang Rp50.000 yang ditandatangani oleh Mardina Deriaty dan Tuan R Soehendro. Bank Indonesia memberikan cindera mata berupa plakat uang Rp50.000 kepada Mardina Deriaty dan R Soehendro (sebagai ahli waris keturunan dari kakak adik Wage Rudolf Soepratman dan Anthony C Hutabarat selaku kuasa ahli waris)
g. Anthony C Hutabarat mengusulkan kepada Bank Indonesia untuk dilakukan pemugaran makam Wage Rudolf Soepratman dan museum rumah WR Soepratman di Surabaya (sebagai bentuk apresiasi kepada Wage Rudolf Soepratman). Permohonan tersebut dikabulkan dan pelaksanaannya dilakukan oleh tim ahli pemulihan pemugaran Surabaya. Pendanaan pemugaran tersebut berasal dari Bank Indonesia, Walikotamadya tingkat II Surabaya dan Gubernur Jawa Timur.
"Dalam hal ini kami tegaskan bahwa kami tidak menerima keuntungan apapun dari
Bank Indonesia atau dari pihak manapun," tegas Imelda.
h. Atas biaya sendiri Anthony C Hutabarat membuat buku yang berjudul 'Meluruskan sejarah riwayat hidup Wage Rudolf Soepratman, Pencipta lagu Indonesia Raya dan Pahlawan Nasional'.
Tujuan buku ini dibuat untuk mencatat semua perjuangan, meluruskan sejarah dan sebagai sumber kebenaran tentang Wage Rudolf Soepratman. Buku ini juga dibagikan kepada beberapa keluarga besar, kakak adik Soepratman tanpa dipungut biayai.
Atas biaya sendiri Antony C Hutabarat dan Augustiani menghadiri peresmian pemugaran makam Wage Rudolf Soepratman yang ditandatangani oleh Presiden Megawati Soekarnoputri dan acara silaturahmi 1000 tokoh nasional di Surabaya yang dipimpin oleh Presiden Megawati Soekernoputri.
Sementara itu, panasihat hukum keluarga ahli waris Yayasan Wage Rudolf Soepartman Ali Yusuf mengatakan, apa yang dilakukan Antony C Hutabarat dan Augistiani merupakan penghormatan nyata kepada pahlawan nasional.