Memburu aktor intelektual 'bermain' isu penyerangan ulama
Memburu aktor intelektual 'bermain' isu penyerangan ulama. Berdasarkan hasil kinerja anggotanya, lalu telah diketahui kalau berita hoax tersebut berasal dari media sosial seperti mulai dari bentuk artikel di platform Facebook, Google+, Media Massa, juga video di Youtube.
Belakangan ini ramai kasus penyerangan terhadap ulama dan pemuka agama. Beberapa kasus, polisi menyatakan pelaku merupakan orang gila.
Saat ini sejak Desember tahun lalu terdapat 21 kasus kekerasan terhadap pemuka agama yang terjadi di Indonesia. Kasus kekerasan paling banyak terjadi di Jawa Barat, untuk kasus kekerasan lainnya terjadi di Aceh, Banten, DKI Jakarta dan Yogyakarta.
-
Siapa yang melakukan penipuan berkedok sumbangan agama? Aksi WNA itu terekam dalam video yang viral di media sosial. Ada tiga WNA diduga melakukan pungutan liar berkedok sumbangan agama.
-
Siapa yang berperan dalam menjalankan Lembaga Agama? Lembaga agama dibentuk oleh umat beragama dengan maksud untuk memajukan kepentingan hidup beragama yang ada dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
-
Kapan Kerto Pengalasan menunaikan ibadah haji? Pada dasawarsa 1860, nama Kerto Pengalasan muncul dalam buku harian seorang syekh tarekat Naqsyabandiah di Pulau Pinang yang menunjukkan bahwa dia sedang menunaikan ibadah haji.
-
Apa keunikan dari Gereja Santa Maria de Fatima di Jakarta? Keunikan gereja ini tidak ditemukan di tempat lain. Uniknya Gereja Santa Maria de Fatima di Glodok, Punya Desain Mirip Kelenteng Banyak bangunan gereja Katolik di Indonesia mengadopsi gaya Eropa klasik yang artistik. Desain megah hingga gerbang dan kubah yang tinggi menjulang menjadi ciri khasnya. Namun salah satu gereja Katolik di sudut Jalan Kemenangan III, Kelurahan Glodok, Kecamatan Tamansari, Kota Jakarta Barat, memiliki bentuk yang berbeda. Bangunan lawas ini mirip rumah ibadah Klenteng dengan ornamen Tionghoa yang kuat.
-
Kapan Tolchah Hasan menjabat sebagai Menteri Agama? Ia menjabat pada 29 Oktober 1999 sampai 13 Agustus 2001.
-
Kapan Piramida Pugung Raharjo ditemukan? Situs ini ditemukan secara tidak sengaja oleh kelompok transmigran pada 1957.
Kabar bohong atau hoax pun lama-lama ramai bermunculan di media sosial. Kabar itu memuat seakan-akan orang gila akan menyerang ulama. Padahal itu kasus yang berbeda.
Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Polri Komisaris Jenderal Ari Dono Sukmanto menduga ada yang sengaja 'menggoreng' isu penganiayaan terhadap tokoh ulama dan rumah ibadah yang saat ini marak terjadi di Indonesia. Isu ini terus 'digoreng' dengan menyebarkan isu-isu atau berita bohong seolah-olah terjadi penganiayaan terhadap tokoh ulama.
"Karena dari 'gorengan-gorengan' itu sedang kita selidiki sudah kita tangkap yang 'menggoreng' berita. Dari 'gorengan' ini sudah ada 5 orang kita tangkap kita proses. (Contoh) ada peristiwa penganiayaan kiai, memang ada (penganiayaan) tapi penganiayaan petani, siapa yang aniaya? tetangganya gara-gara air," jelasnya saat rapat pleno MUI dengan tema Penanggulangan Tindak Kekerasan Terhadap Ulama dan Perusakan Rumah Ibadah.
Untuk itu, dia mengimbau kepada tokoh-tokoh ulama untuk tidak cepat termakan isu yang berkembang khususnya di media sosial. Karena isu sengaja dibuat oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab untuk memecah belah umat.
"Yang adanya peristiwa-peristiwa sudah dikembangkan oleh oknum-oknum dari beberapa akun ada akun yang resmi dan tidak, cerita tidak benar dan hoax yang menimbulkan ketakutan ada peristiwanya penganiayaan biasa bukan ulama bukan siapa tetapi diberitakan kiai, ulama menjadi resah," tuturnya.
Secara khusus Kapolri Tito Karnavian sudah memerintahkan kepada seluruh aparat kepolisian untuk memberikan perlindungan dan rasa aman kepada para ulama, tokoh agama.
"Dengan cara memerintahkan kepada Kapolda untuk turun ke lapangan, menyentuh kepada kiai, ulama kemudian tentunya preventifnya melakukan pencegahan dengan kegiatan patroli di tempat-tempat pondok pesantren," jelasnya.
Kemudian Jendral bintang tiga ini juga memerintahkan kepada seluruh jajaran Reserse dengan pemerintah daerah dinas sosial dengan Satpol PP untuk patroli bersama. Karena beberapa ulama yang dianiaya oleh orang-orang yang mengalami gangguan jiwa.
"Kalau ada orang yang kira-kira saya tidak bicara orang gila tapi orang yang berprilaku yang kira-kira menunjukkan aneh yang bisa menimbulkan rasa aneh bisa diamankan di dinas sosial untuk di lakukan pendalaman tentunya," ungkapnya.
Ari Dono pun berjanji mengusut tuntas kasus penganiayaan terhadap tokoh agama yang marak terjadi beberapa minggu ini. Menurutnya, memerlukan waktu dua minggu untuk mengungkap siapa aktor di balik teror penyerangan ulama ini.
Ari Dono menjelaskan, dalam mengusut masalah ini memang tidak cepat perlu waktu. Terlebih dalam beberapa kasus tokoh ulama diduga dianiaya oleh orang memiliki ganggu jiwa. Karena itu perlu penyelidikan yang lebih mendalam dan melibatkan ahli-ahli.
"Insya Allah dua minggu. Dengan metode spiral kita akan mencari siapa sebenarnya. Kalau kita kaitkan, misalnya, ada tidak konspirasi di balik ini. Nah itu berangkat dari fakta yang kita dapatkan nanti," katanya.
Ari Dono juga menegaskan penggorengan isu teror terhadap sejumlah tokoh ulama yang kini marak terjadi dilakukan secara sistematis. Misalnya saja, dari media sosial. "Diketahui ada puluhan ribu artikel pembahasan yang membahas dan berkorelasi dengan permasalahan penyerangan ustaz, ulama dan tokoh agama," ujar Ari.
Hasil penyelidikan sementara, lanjutnya, tujuan penyebaran isu guna menggiring opini situasi keamanan RI yang sedang tidak kondusif.
"Hasil penyelidikan menemukan fakta bahwa itu semua hoax. Tujuan hoax itu justru untuk menggiring opini bahwa negara ini sedang berada dalam situasi dan kondisi yang seolah-olah bahaya. Di titik ini, masyarakat sebenarnya justru terjebak dalam skenario dari sutradara hoax itu," tegasnya.
Para aktor yang 'menggoreng' isu tersebut, tambahnya, lantas mengaitkan pemberitaan hoax tersebut dengan kebangkitan PKI.
"Kemudian para aktor itu mengaitkannya dengan isu kebangkitan PKI serta lainnya. Tujuannya jelas, membuat kegaduhan dan kekacauan dengan hoax," ujarnya.
Berdasarkan hasil kinerja anggotanya, lalu telah diketahui kalau berita hoax tersebut berasal dari media sosial seperti mulai dari bentuk artikel di platform Facebook, Google+, Media Massa, juga video di Youtube.
"Adapun akun-akun yang membahas hal tersebut dimotori oleh beberapa akun yang sudah dikantongi oleh Polri. Jadi, siap-siap saja jika masih terus menyebarkan hoax seperti itu," tandasnya.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto meminta penegak hukum menindak tegas penyerang pemuka agama dan rumah ibadah. Wiranto menegaskan, pelaku harus dihukum sekeras-kerasnya.
"Aparat keamanan diminta untuk bertindak tegas, sekeras-kerasnya memberikan tindakan itu. Siapa pun (pelakunya)," tegas Wiranto.
Mantan Ketua Umum Partai Hanura ini mengatakan, penyerangan terhadap pemuka agama dan rumah ibadah sudah memicu kontroversi dan merebaknya isu Suku, Agama, Rasa dan Antargolongan (SARA). Penyerangan tersebut juga sangat mengganggu ketentraman umum, Pilkada dan Pemilu mendatang.
"Siapa pun yang melakukan (penyerangan terhadap pemuka agama dan rumah ibadah) itu, apakah itu perorangan, apakah kelompok, atau didalangi kelompok tertentu ya kita berikan peringatan bahwa tindakan itu adalah tindakan yang tidak dibenarkan oleh hukum," ujar Wiranto.
"Kita akan bongkar, kalau betul-betul itu berasal dari kelompok tertentu kita akan minta ditindak dengan hukum sekeras-kerasnya karena itu jelas tidak punya tanggung jawab terhadap misi kebangsaan kita," sambungnya.
(mdk/eko)