Menag Minta Petugas Haji Antisipasi Kepadatan Jemaah di Muzdalifah
Murur di muzdalifah bisa saja dilakukan, namun itu tergantung keputusan pemerintah Indonesia.
Murur di muzdalifah bisa saja dilakukan, namun itu tergantung keputusan pemerintah Indonesia.
- Kemenag: Seluruh Jemaah Haji Indonesia di Muzdalifah Sudah Diberangkatkan ke Mina
- Dibatasi, Kuota Jemaah Haji Indonesia Ikut Murur saat Mabit di Muzdalifah Sudah Terisi 60 Persen
- Jemaah Indonesia yang Mabit dengan Skema Murur di Muzdalifah Diberangkatkan Lebih Awal
- Hindari Kepadatan, Jemaah Haji Indonesia Bakal Mabit Tanpa Bermalam di Muzdalifah
Menag Minta Petugas Haji Antisipasi Kepadatan Jemaah di Muzdalifah
Sebagian jemaah haji Indonesia akan menjalani skema murur saat mabit (bermalam) di Muzdalifah usai menjalankan Wukuf di Arafah.
Kebijakan ini diambil dalam rangka melindungi jemaah haji dari potensi kepadatan jemaah dari berbagai negara.
Meski telah mengambil skema murur, namun Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas memberi perhatian khusus terhadap potensi kepadatan jemaah haji di Muzdalifah.
“In case, kita tidak tahu apa yang terjadi ya, terjadi kepadatan seperti tahun lalu, yang baru tengah hari baru evakuasi jemaah, apa kira-kira, yang akan dilakukan?” tanya Yaqut di sela-sela peninjauan Muzdalifah, Selasa (11/6).
Pihak Masyariq, Amin Indragiri mengatakan, murur di muzdalifah bisa saja dilakukan, namun itu tergantung keputusan pemerintah Indonesia.
Terkait hal tersebut, Kepala Satuan Operasional Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna) PPIH Arab Saudi Harun Ar Rasyid mengatakan akan menerapkan percepatan pemberangkatan dari Arafah ke Mina.
Artinya jemaah haji Indonesia berpotensi mengikuti skema murur untuk prosesi mabit di Muzdalifah.
“Jika memang kondisi stuck, maka kami akan koordinasi dengan PIC di Arafah untuk mempercepat proses keberangkatan jemaah dari Arafah ke Mina. Kalau memungkinkan murur semua,” kata Harun di lokasi yang sama.
Menag Yaqut kemudian menunjukkan lokasi pembangunan toilet baru di Muzdalifah yang memakan lahan hingga 2 hektare. Hal ini berimbas kepada luas lahan yang ditempati jemaah.
Kalau tahun lalu lahan setiap jemaah mendapatkan tempat sekitar 54 cm, kini jemaah hanya mendapatkan jatah 29 cm ketika semua jemaah Indonesia dimasukkan ke Muzdalifah.
“Tentu saja dengan luas ini tidak memungkinkan jemaah bisa nyaman untuk mabit. Maka kami ambil skema murur,” lanjut Harun.
Gus Men, sapaan Yaqut menyatakan penerapan skema murur ini, sudah dikoordinasikan dengan ulama dan sejumlah organisasi Islam. Mereka pun memberikan dukungan terkait hal tersebut.
“Semua memberi dukungan atas pilihan ini. Demi kenyamanan dan kemaslahatan semua,” kata Gus Men.
Sebagai informasi, sebanyak 55.000 jemaah haji akan menjalankan skema murur. Ada empat kriteria yang diprioritaskan menjalankan skema murur, yaitu lansia, jemaah berisiko tinggi, disabilitas dan juga para pendampingnya.