Menengok kehidupan manusia masa lalu di Museum Sangiran
Di Sangiran banyak ditemukan fosil binatang purba, ketimbang manusia.
Jawa Tengah dan Jawa Timur memang dikenal sebagai tempat tinggal manusia purba. Fosil-fosil manusia purba banyak ditemukan di Sangiran, Ngandong (Blora), dan Sambungmacan (Sragen). Di Jawa Timur juga tak sedikit ditemukan fosil di daerah Trinil, Mojokerto, dan Perning.
Temuan pertama yang dicatat sejarah adalah ekskavasi dilakukan peneliti Eugene Dubois, di Desa Ngandong, Trinil, Mojokerto, Jawa Timur. Dia berhasil menemukan fosil Pithecanthropus Erectus pada 1893. 40 tahun kemudian, banyak fosil manusia purba dan peralatannya ditemukan di daerah Sangiran, Kabupaten Sragen, sekitar 18 kilometer dari Kota Solo. Daerah ini berada di bagian kaki bukit Gunung lawu dan dialiri Sungai Cemoro bermuara di Sungai Bengawan Solo.
Museum Purbakala Sangiran merupakan museum dengan koleksi fosil dan benda-benda kepurbakalaan mencapai sekitar 40 ribu koleksi. Sehingga dianggap sebagai museum purbakala terlengkap di Indonesia. Dari ribuan fosil tersebut, ada yang disimpan di ruang dan di dalam gudang penyimpanan.
Kepala Balai Pelestarian Situs Manusia Purba, Sangiran, Sukronedi mengatakan, di situs dengan wilayah 59,21 kilometer persegi itu memang banyak ditemukan fosil. Namun lebih didominasi fauna. Menurut dia, hampir 40 ribu fragmen fosil di Sangiran merupakan fosil fauna. Sedangkan fosil manusia hanya sekitar 100.
"Terakhir penemuan fosil manusia tahun 1967. Untuk fosil manusia hanya ada sekitar 100, kalau fauna ada 40 ribu lebih. Yang spektakuler penemuan terakhir 6 Februari lalu, sebuah fosil tengkorak homo erectus tipe arkaik kita temukan," ujar Sukronedi, saat ditemui merdeka.com, di Museum Sangiran, Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Senin (18/4).
Museum Purbakala Sangiran adalah museum arkeologi terletak di Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Lokasinya sangat berdekatan dengan area situs fosil purbakala Sangiran, yang merupakan salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO. Situs Sangiran memiliki luas mencapai 56 kilometer persegi. Meliputi tiga kecamatan di Sragen (Gemolong, Kalijambe, dan Plupuh), serta Kecamatan Gondangrejo yang masuk wilayah Kabupaten Karanganyar.
Situs Sangiran berada di dalam kawasan Kubah Sangiran yang merupakan bagian dari depresi Solo, di kaki Gunung Lawu (17 kilometer dari kota Solo). Selain menjadi objek wisata yang menarik, juga merupakan arena penelitian tentang kehidupan pra sejarah terpenting dan terlengkap di Asia, bahkan dunia.
-
Apa yang ditemukan oleh sukarelawan di situs arkeologi? Sukarelawan yang terlibat dalam penggalian di situs arkeologi menemukan patung kepala wanita Romawi kuno dengan ukiran khas.
-
Apa yang ditemukan di Museum Arkeologi Agios Nikolaos di Kreta, Yunani? Museum Arkeologi Agios Nikolaos di Kreta, Yunani memamerkan tengkorak dengan mahkota emas masih menempel di bagian kepalanya.
-
Bagaimana bentuk terowongan yang ditemukan di situs arkeologi? INRAP menyampaikan, beberapa bagian dalam terowongan sangat sempit dan ada bagian yang ditutup, sementara pada bagian lainnya cukup tinggi, memungkinkan orang bisa berdiri di dalamnya.
-
Apa yang ditemukan oleh para arkeolog di Selje, Norwegia? Peninggalan makam bersejarah di Selje, Norwegia, baru-baru ini mengungkap misteri mengenai petani pertama yang menetap di wilayah tersebut. Tim arkeolog dari University Museum of Bergen telah melakukan penggalian sejak April di situs pembangunan hotel baru di Selje, pantai Laut Utara barat daya Norwegia.
-
Apa yang ditemukan di Situs Arkeologi Saruq Al-Hadid? Penggalian tersebut menghasilkan harta karun berupa artefak langka, termasuk perunggu, tembikar, dan bejana batu, serta senjata seperti belati, pedang, kapak, panah perunggu dan besi, cangkang hias, ribuan manik-manik yang terbuat dari batu mulia dan semi mulia, berbagai segel lokal dan asing, dan banyak keping emas dan perak yang unik.
-
Apa yang ditemukan arkeolog di Norwegia? Arkeolog di Norwegia menemukan anak panah berusia 1.300 tahun.
"Museum ini sangat bermanfaat untuk mengetahui atau memperdalam pengetahuan yang berkaitan dengan teori evolusi, ilmu antropologi, arkeologi, geologi, serta paleoantropologi," ujar Sukronedi.
Sukronedi menambahkan, di museum dan situs Sangiran dapat diperoleh informasi lengkap tentang pola kehidupan manusia purba di Jawa, yang menyumbang perkembangan ilmu pengetahuan seperti Antropologi, Arkeologi, Geologi, Paleoanthropologi. Di lokasi situs ini pula, pertama kalinya ditemukan fosil rahang bawah Pithecanthropus erectus (salah satu spesies dalam taxon Homo erectus) oleh arkeolog Jerman, Profesor Von Koenigswald.
Di area situs Sangiran, hingga saat ini warga masih sering menemukan jejak tinggalan berumur 2 juta tahun hingga 200 ribu tahun dalam kondisi utuh. Dengan kondisi temuan seperti itu, para ahli dapat merangkai benang merah sejarah pernah terjadi di Sangiran secara berurutan.
"Hampir tiap hari, saya bersama pak Ketua RT dan tetangga, bertiga keliling mencari tulang. Kalau musim hujan seperti ini kan banyak bukit yang longsor. Jadi banyak tulang yang terbawa air ke sungai. Saya kadang nemu fosil hewan, macam-macam mas. Kalau ada temuan langsung saya serahkan ke Balai Pelestarian Situs Manusia Purba, Sangiran," kata Setu Wiryorejo, penemu fosil Homo Erectus asal Desa Manyarejo, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen.
Karena kawasan Sangiran banyak ditemukan fosil manusia purba, maka pada 1977 Pemerintah Indonesia menetapkan kawasan sekitar Sangiran sebagai daerah cagar budaya.
Kemudian pada 1988, didirikan museum sederhana di lokasi kawasan Sangiran. Sekitar 1996, situs Sangiran ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO.
"Kami mempunyai tiga ruang pamer yang cukup besar. Dan saat ini ada pengembangan untuk ruang pamer empat di sebelah timur museum, yang akan digunakan untuk kegiatan event dan bukan ruang display. Pembangunannya masih berjalan, dengan anggaran sekitar Rp 5 miliar," ucap Sukronedi.
Selain fosil manusia purba, di museum tersebut juga dipamerkan berbagai fosil binatang purba. Diantaranya fosil gajah purba yang terdiri dari Elephas namadicus, Stegodon trigonocephalus, Mastodon sp, kerbau (Bubalus palaeokarabau), harimau (Felis palaeojavanica), babi (Sus sp), badak (Rhinocerus sondaicus), sapi atau bateng (Bovidae), rusa (Cervus sp), serta kuda nil (Hippopotamus sp). Ada juga fosil binatang-binatang air yang terdiri dari buaya (Crocodillus sp), ikan, kepiting, gigi ikan hiu, moluska (Pelecypoda dan Gastropoda ), serta kura-kura (Chelonia sp).
Baca juga:
Inilah sosok pak Setu, penemu fosil tengkorak Homo Erectus
Menjelajah empat kawasan Museum Sangiran
Penemu fosil Homo Erectus di Sragen akan diganjar Rp 20 juta
Arkeolog temukan mumi berumur 1500 tahun pakai sepatu Adidas
Obyek bulat raksasa misterius ditemukan di hutan Bosnia