Mengenal Fenomena Debris Flow Dampak Siklon Tropis Seroja Telan 56 Korban Jiwa di NTT
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Pemetaan dan Risiko Bencana BNPB, Abdul Muhari mengatakan debris flow merupakan aliran dengan kecepatan tinggi yang berisi batu-batu gunung dari atas ke bawah.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkap fenomena debris flow yang terjadi di Kecamatan Ile Boleng, Kabupaten Adonara, Nusa Tenggara Timur (NTT). Fenomena yang merupakan dampak siklon tropis seroja ini menelan 56 korban jiwa.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Pemetaan dan Risiko Bencana BNPB, Abdul Muhari mengatakan debris flow merupakan aliran dengan kecepatan tinggi yang berisi batu-batu gunung dari atas ke bawah.
-
Bagaimana banjir terjadi di Kota Padang? Hujan tidak berhenti dari Kamis (13/7) malam hingga Jumat (14/7) dini hari. Saat ini air di dalam rumah sudah setinggi 7 centimeter,” tuturnya.
-
Di mana banjir bandang ini terjadi? Gubernur Sumatera Barat (Sumbar) Mahyeldi meminta bantuan dana Rp1,5 triliun untuk penanganan bencana alam banjir bandang di daerahnya.
-
Kapan Bandara Ngebul di Salatiga mulai ramai? Disebutkan bahwa pendaratan itu banyak berlangsung di medio 1940-an.
-
Kapan banjir terjadi di Kota Padang? Hujan deras melanda sebagian besar kawasan Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar) sejak Kamis (13/7) malam hingga Jumat (14/7) dini hari.
-
Di mana situs Banten Girang berada? Lalu, ada juga situs Banten Girang yang berbentuk gua dan merupakan peninggalan Kerajaan Sunda saat masih menguasai Banten, sebelum berdirinya Kesultanan Surosowan tahun 932 dan 1030 masehi.
-
Apa saja yang menjadi dampak dari banjir bandang di Sumatera Barat? Bencana itu telah menelan korban jiwa sebanyak 67 warganya. Ribuan orang mengungsi. Sejumlah ruas jalan, termasuk jalan, nasional juga masih terputus akibat kejadian itu.
"Debris flow selama ini kita kenal dengan banjir bandang tapi sebenarnya bukan banjir bandang," ujarnya dalam konferensi pers, Kamis (15/4).
Muhari mengaku telah melakukan survei dengan pemantauan udara mengenai fenomena debris flow di Ile Boleng. Survei menunjukkan, terjadi pelepasan batu andesit dari tebing setinggi 8 hingga 10 meter di belakang pemukiman penduduk.
Pelepasan batu terjadi karena hujan dengan intensitas sangat tinggi terjadi di kawasan Ile Boleng. Sementara itu, batu yang berada di bukit Ile Boleng tidak saling mengikat satu sama lain.
"Kalau kita lihat pengikat batu ini cuma tanah-tanah yang ada di sela-sela batu sehingga jika terjadi curah hujan dengan sangat tinggi maka lapisan pasir atau tanah yang mengikat batu ini akan tergerus sehingga tidak ada lagi tanah yang mengikat sela batu. Ini akan sangat mudah tergelincir ke bawah," jelasnya.
Muhari melanjutkan, batu andesit yang terlepas dari bukit Ile Boleng menghantam rumah warga. Rumah warga tersebut berada di jalur pelepasan batu andesit. Akibatnya, rumah warga mengalami rusak parah dan lebih dari 50 orang meninggal dunia.
"Bisa dibayangkan batuan besar dari atas turun ke bawah menghantam rumah-rumah penduduk," ucapnya.
Menurut Muhari, penduduk Ile Boleng harus mewaspadai terjadinya debris flow kembali. Dia menyebut, fenomena tersebut bisa terulang jika muncul siklon tropis di kemudian hari atau hujan dengan intensitas sangat tinggi.
Mengantisipasi terdampak debris flow, Muhari menyarankan masyarakat Ile Boleng tidak menempati jalur debris flow. Dia mengaku sependapat dengan Presiden Joko Widodo agar masyarakat yang tinggal di jalur debris flow dipindahkan ke tempat lain.
"Kita harus ingat bahwa bencana adalah peristiwa yang berulang termasuk bencana hidrometeorologi," tandasnya.
Baca juga:
BMKG Imbau Warga NTT Tak Mudah Percaya Informasi Siklon Tropis Seroja Susulan
Polisi Kerahkan Alat Berat Bersihkan Sampah Pascabadai Seroja di Kupang
Sembilan Jembatan di NTT Ambruk akibat Badai Siklon Seroja
BPBD DKI Ingatkan Potensi Cuaca Ekstrem Akibat Siklon Tropis pada 15-16 April
Pulau Kecil Muncul di Rote Ndao Pascabadai Seroja
Polantas di Kupang Bersihkan Sampah usai Terjangan Badai Seroja