Menggali sejarah PETA di Bogor Historical Community
Ditemani pisang goreng dan kopi, obrolan berlangsung hangat. Ini kisah para pecinta sejarah di Bogor.
Ditemani pisang goreng dan kopi, obrolan berlangsung hangat. Rencana wawancara satu jam, molor hingga tujuh jam. Memang mengasyikan berbincang dengan para pecinta sejarah.
Kamis (13/2), merdeka.com menyambangi markas Bogor Historical Community di kawasan Bojonggede, Bogor. Sesuai namanya mereka memang menggemari sejarah dan mencoba fokus menggali kekayaan kisah masa lalu di Kota Bogor.
"Salah satunya soal Tentara Pembela Tanah Air (PETA), kebetulan kan dulu tahun 1943-1945 Bogor memang pusat PETA. Sekarang tempat pendidikan itu jadi museum PETA," kata Dion Kaspar, salah satu pentolan BHC.
Dion menjelaskan kegiatan BHC di antaranya napak tilas, diskusi hingga reenactment atau reka ulang sejarah. Mereka berdandan seperti serdadu PETA, Jepang atau pejuang republik dan memerankan penggalan-penggalan sejarah masa lalu. Sejarah pun jadi menarik karena tak cuma memeloti text book.
Anggotanya beragam. Mulai dari pelajar SMP, mahasiswa, PNS hingga pegawai swasta. Tak harus juga mengerti sejarah. Minat anggotanya pun berbeda-beda. Ada yang suka arsitektur, ada yang suka sejarah militer, senang kereta api, bahkan perang-perangan pakai airsoft gun. Semua diwadahi sebagai satu komunitas.
Salah satu kegemaran kelompok ini adalah memerankan tentara PETA. Mereka akan mencoba sedetil mungkin bergaya seperti prajurit zaman dulu. Dari mulai pakaian, atribut, hingga tiruan senjata. Namanya hobi, keluar uang pun tak masalah.
Tiruan tempat minum tentara PETA misalnya yang terbuat dari batok kelapa. Dion mengaku membelinya seharga Rp 450.000. Tiruan senjata Arisaka yang dulu dipakai PETA harganya mencapai Rp 650.000. Kalau seragam agak murah, tinggal beli kain lalu contek modelnya, bawa ke penjahit.
"Yang mahal itu memang pernak-perniknya, karena langka juga," katanya.
Tapi jangan khawatir kalau tak punya seragam atau atribut. Banyak juga yang saling pinjam. Komunitas ini sangat terbuka.
"Sudah pinjam, anak-anak tidak mau bereskan lagi," canda Dion sambil tertawa.
Aryo Bimo, seorang anggota BMC yang lain menuturkan memang menyukai sejarah sejak kecil. Dia pun fasih bicara soal tentara Jepang dan Jerman. Soal pedang, hingga ikat betis tentara Jepang dan PETA.
"Seragam peta mudah dikenali, warnanya hijau dan ada tulisan nama dalam bahasa Jepang di dada kiri. Itu saja cara membedakannya dengan tentara Jepang," kata Bimo.
BHC berharap makin banyak yang tertarik untuk berdiskusi dan bertukar informasi soal sejarah. Mereka pun rajin bertukar acara dengan komunitas lain.
"Satu Maret ini kami ke Yogyakarta, peringatan Serangan oemom 1 Maret bersama teman-teman di sana," beber pecinta fotografi ini.
Sebelum pulang, merdeka.com diberi kesempatan berfoto dengan seragam PETA dan Tentara Jepang. Lengkap dengan senapan Arisaka dan bayonet yang panjang.
"Banzaaaiiiii!"
Baca juga:
Mengunjungi museum PETA, tempat Soedirman & Soeharto dilatih
Barisan para jenderal TNI eks tentara PETA
Daan Mogot, ABG 17 tahun sudah jadi komandan Akademi Militer
Kisah Shodancho Soemitro berani tonjok Kenpetai Jepang
Latihan PETA: Soeharto minum comberan, Yani ditempeleng
-
Dimana pemberontakan PETA terjadi? Pemberontakan PETA di Blitar terjadi pada 14 Februari 1945. Kronologis pemberontakan dimulai ketika pasukan PETA yang dipimpin oleh Letnan Soeprijadi memberontak melawan tentara Jepang yang menduduki Indonesia pada waktu itu.
-
Bagaimana para perwira PETA terlibat dalam perebutan kemerdekaan Indonesia? Terpanggil oleh Proklamasi Kemerdekaan, para perwira dan prajurit eks PETA ini bergabung di wilayah masing-masing. Mereka kemudian memimpin sejumlah aksi merebut senjata dari tentara Jepang. Murid kini harus berhadapan dengan guru mereka sendiri. Senjata-senjata itulah yang kelak dipakai untuk melawan Inggris dan Belanda yang berniat menjajah Indonesia kembali.
-
Mengapa Jepang membubarkan PETA di Indonesia? Niat Jepang tak terlaksana. Mereka keburu bertekuk lutut pada pasukan sekutu usai Nagasaki dan Hirosima dibom atom. Jepang menyerah tanpa syarat tanggal 14 Agustus 1945.Balatentara Jepang kemudian membubarkan PETA di Indonesia. Senjata mereka diambil, dan para prajuritnya dibubarkan begitu saja.
-
Kenapa PETA memberontak di Blitar? Faktor-faktor yang memicu pemberontakan ini antara lain ketidakpuasan terhadap kebijakan pendudukan Jepang yang semakin menyulitkan rakyat, serta semangat nasionalisme untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
-
Kapan Jepang menyerah dan membubarkan PETA? Niat Jepang tak terlaksana. Mereka keburu bertekuk lutut pada pasukan sekutu usai Nagasaki dan Hirosima dibom atom. Jepang menyerah tanpa syarat tanggal 14 Agustus 1945.Balatentara Jepang kemudian membubarkan PETA di Indonesia. Senjata mereka diambil, dan para prajuritnya dibubarkan begitu saja.
-
Kapan pemberontakan PETA di Blitar terjadi? Pemberontakan PETA di Blitar terjadi pada 14 Februari 1945.