Mengupas Kandungan dan Dampak Terpapar Gas Air Mata, Bisa Sebabkan Kematian?
Dokter spesialis paru sekaligus Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Agus Dwi Susanto menjelaskan, gas air mata mengandung komponen bersifat iritan. Karena sifat tersebut, gas air mata bisa menyebabkan iritasi pada mukosa sel organ yang terpapar.
Tembakan gas air mata ke arah tribun penonton membuat suporter Arema Malang kocar kacir. Semua berebut segera meninggalkan area dalam Stadion Kanjuruhan, Malang. Kepanikan membuat situasi hari itu sangat kacau. Diperparah dengan jalur keluar yang terbatas. Semua saling dorong dan berdesakan.
Kondisi itu terjadi hanya beberapa saat setelah pluit ditiup wasit tanda pertandingan usai. Arema Malang kalah 2-3 dari Persebaya.
-
Kenapa rumput Stadion Pakansari diganti? Selain mengganti rumput, sistem drainase pun akan diperbaiki. Sejak beroperasi pada 2016, rumput Stadion Pakansari, belum pernah diganti sama sekali. Meski begitu, stadion berkapasita 30 ribu penonton itu, masih digunakan sebagai home base Persikabo 1973 dalam mengarungi Liga 1.
-
Kenapa Stadion Teladan Medan ambruk? Meski stadion tersebut hanya memiliki kapasitas resmi 30.000 penonton, tingginya antusiasme masyarakat, terutama anak-anak, menyebabkan kepadatan yang luar biasa. Pengunjung datang dari berbagai daerah, secara berombongan.
-
Kapan tragedi Kanjuruhan terjadi? Puncaknya meletus pada Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022.
-
Kapan Stadion Teladan Medan ambruk? Mengutip liputan6, pada 16 September 1979, Stadion Teladan Medan, Sumatera Utara, dipenuhi oleh sekitar 200.000 pengunjung yang datang untuk menyaksikan konser artis cilik Adi Bing Slamet, Iyut Bing Slamet, dan Ira Maya Sopha.
-
Kapan Stadion Gelora 10 November diresmikan? Usai diresmikan pada 11 September 1954, gedung olahraga ini kemudian diberi nama Stadion Tambaksari.
-
Kapan Stadion Manahan diresmikan? Pembangunannya dimulai pada tahun 1989 dengan menggunakan lahan seluas 170.000 meter persegi serta luas bangunan 33.300 meter persegi. Peresmian stadion itu dilakukan pada 21 Februari 1998.
Dalam kondisi genting, polisi menggunakan gas air mata untuk memenangkan massa di Kanjuruhan hingga membuat mereka kabur berhamburan. Sebanyak 132 orang meninggal.
Lalu seperti apa kandungan dan bahaya bila terkena tembakan gas air mata?
Dokter spesialis paru sekaligus Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Agus Dwi Susanto menjelaskan, gas air mata mengandung komponen bersifat iritan. Karena sifat tersebut, gas air mata bisa menyebabkan iritasi pada mukosa sel organ yang terpapar.
Akibatnya, beberapa masalah kesehatan bisa muncul. Antara lain iritasi pada kulit seperti kemerahan, gatal, serta panas. Sedangkan dampak pada mata bisa seperti mata merah, pedih, rasa terbakar, hingga keluar air mata.
Meski tak terpapar secara langsung, gas air mata juga bisa dampak pada saluran pencernaan berupa mual dan muntah.
Selain itu, gas air mata juga dapat menyebabkan iritasi pada mukosa saluran pernapasan dan paru-paru.
"Pada hidung dapat menyebabkan hidung panas dan berair. Kemudian pada tenggorokan dapat menimbulkan sakit tenggorokan, tenggorokan panas kadang seperti tercekik. Batuk-batuk dan dapat timbul dahak. Pada paru dapat menimbulkan nyeri dada dan sesak napas," jelas Agus Dwi Susanto kepada merdeka.com, Selasa (11/10).
Menurut dia, secara umum orang yang mengalami masalah kesehatan akibat terkena gas air mata dapat sembuh total.
Akan tetapi, lanjut Agus, ada laporan beberapa kasus menyebutkan gas air mata bisa berdampak fatal hingga berujung kematian.
"Risiko kematian dilaporkan terjadi pada beberapa kasus akibat terjadinya gagal pernapasan dan respiratory distress," ujar Agus.
Menurutnya, kondisi berbahaya tersebut dapat muncul ketika menghirup gas air mata dengan konsentrasi tinggi dan dalam ruangan padat serta ventilasi buruk.
Agus menambahkan, risiko kematian disebabkan gas air mata berbeda dengan kasus kematian akibat asfiksia. Sebab, zat terkandung dalam gas air mata bukan termasuk penyebab asfiksia.
"Secara sifat bahan yang ada dalam gas air mata adalah gas atau zat iritan. Bukan kategori gas penyebab asfiksia," ucapnya.
Sebelumnya, Polri menegaskan penyebab dari kematian ratusan orang dalam tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur bukan dikarenakan kandungan dalam gas air mata yang dilepaskan petugas saat pengendalian massa.
Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo menyampaikan, berdasarkan keterangan dokter Rumah Sakit Saiful Anwar Malang bahwa tidak ada yang menyebut gas air mata menjadi penyebab kematian dalam tragedi Stadion Kanjuruhan.
"Dari penjelasan para ahli, spesialis yang menangani korban yang meninggal dunia maupun korban-korban yang luka, dari dokter spesialis penyakit dalam, penyakit paru, penyakit hati dan juga spesialis penyakit mata menyebutkan tidak satupun yang menyebutkan penyebab kematian adalah gas air mata," tutur Dedi di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (10/10).
"Tapi penyebab kematian adalah kekurangan oksigen. Terjadi berdesak-desakkan, kemudian terinjak-injak, bertumpuk-tumpukan yang mengakibatkan kekurangan oksigen pada Pintu 13, 11, 14, 3," jelas Dedi.
Reporter Magang: Michelle Kurniawan
(mdk/lia)