Peristiwa 16 September 1979: Tragedi Stadion Teladan Medan saat Konser Penyanyi Cilik, 9 Anak Tewas
Dalam peristiwa ini mengakibatkan 9 anak tewas karena terinjak-injak massa.
Tahun 1970-an merupakan puncak kejayaan musik pop Indonesia. Di masa itu, banyak penyanyi yang tenar dengan karya-karya khasnya seperti Adi Bing Slamet.
Ia merupakan seorang penyanyi cilik yang sedang digandrungi kala itu. Apalagi beberapa lagunya meledak di pasaran, salah satunya “Bernyanyi Bersama” yang diduetkan dengan Chica Koeswoyo.
-
Di mana konser itu diadakan? Konser yang seharusnya dapat dimulai pukul 19.00 WIB tidak kunjung dimulai hingga memicu kekesalan para penonton. 'Betul, karena acara musik dibatalkan sepihak oleh panitia. Makanya penonton banyak yang kecewa,' ungkap Kapolsek Pasarkemis dikonfirmasi, Senin (24/6).
-
Apa yang terjadi di Bintaro pada 19 Oktober 1987? Tanggal 19 Oktober 1987 menjadi momen yang sangat tragis dalam sejarah transportasi di Indonesia, khususnya dalam hal kecelakaan kereta api. Di hari itu, masyarakat dikejutkan oleh terjadinya tabrakan kereta api yang juga dikenal dengan sebutan 'Tragedi Bintaro I' , yang menewaskan dan melukai banyak penumpang.
-
Siapa yang pernah menjadi korban kekerasan suporter Bonek di Stadion Gelora Bung Tomo? Dia bukan satu-satunya jurnalis yang pernah menjadi sasaran tindak kekerasan Bonek. Sebanyak 16 jurnalis lain mengaku pernah menjadi korban kekerasan yang dilakukan Bonek.
-
Dimana peristiwa itu terjadi? Peristiwa itu diketahui terjadi di Jalan Wirasaba, Adiarsa Timur, Karawang Timur, Karawang, Jawa Barat, Minggu (21/7).
-
Dimana anak-anak dikorbankan? Sejauh ini, para peneliti baru bisa mengidentifikasi sisa-sisa 64 anak dari total 106 anak yang ditemukan pada 1967, di sebuah tangki air bawah tanah yang dikenal sebagai chultun, di situs Chichén Itzá, Meksiko Selatan.
-
Dimana peristiwa ini terjadi? Warga Kota Purwokerto, Banyumas, dan sekitarnya diresahkan dengan kemunculan aksi koboi jalanan yang dilakukan seorang pengemudi mobil CRV di Jalan Ringin Tirto, Kelurahan Bancarkembar, Kecamatan Purwokerto Utara, Kabupaten Banyumas.
Setiap penampilannya selalu dipadati oleh penonton. Namun, sebuah petaka sempat terjadi saat konser mereka untuk kegiatan amal pendidikan di Stadion Teladan Kota Medan, Sumatera Utara pada 16 September 1979 silam.
Saat itu, stadion berkapasitas 20.000 orang tersebut mengalami ambruk karena antusias warga setempat akan kedatangan penyanyi cilik yang sedang ngetop itu. Alhasil, kejadian ini mencuri perhatian khalayak di masanya.
Kronologi Tragis di Stadion Teladan Medan
Mengutip liputan6, pada 16 September 1979, Stadion Teladan Medan, Sumatera Utara, dipenuhi oleh sekitar 200.000 pengunjung yang datang untuk menyaksikan konser artis cilik Adi Bing Slamet, Iyut Bing Slamet, dan Ira Maya Sopha.
Acara ini diselenggarakan oleh Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sumatera Utara dengan tujuan menggalang dana untuk mendirikan sekolah PGRI.
Meski stadion tersebut hanya memiliki kapasitas resmi 30.000 penonton, tingginya antusiasme masyarakat, terutama anak-anak, menyebabkan kepadatan yang luar biasa. Pengunjung datang dari berbagai daerah, secara berombongan.
Ambruknya Stadion dan Kejadian Tragis
Kondisi menjadi kritis saat pengunjung mulai berdesak-desakan karena stadion hanya memiliki satu pintu masuk yang sempit untuk menampung jumlah orang yang begitu banyak. Situasi ini menyebabkan kepanikan dan kerumunan yang tidak terkendali.
Akibatnya, Stadion Teladan Medan ambruk di tengah kepadatan penonton. Petaka ini mengakibatkan 9 anak tewas karena terinjak-injak massa, sementara puluhan orang lainnya mengalami luka-luka dan ratusan orang jatuh pingsan.
Dalam laporan berikutnya, Harian Kompas melaporkan bahwa jumlah korban tewas meningkat menjadi 10 orang, dengan 8 di antaranya adalah perempuan.
Semua korban tewas adalah anak-anak berusia antara 5 hingga 12 tahun. Pertunjukan yang direncanakan dimulai pada pukul 09.00 WIB pagi terpaksa dibatalkan, dan upaya untuk mengevakuasi stadion memakan waktu hingga pukul 12.00 WIB.
Harga Tiket yang Murah Jadi Penyebab
PGRI awalnya menyediakan 2,5 juta tiket, tetapi hasil persidangan mengungkapkan bahwa jumlah tiket yang sebenarnya diedarkan mencapai 91.500 lembar. Tiket-tiket ini disalurkan ke berbagai sekolah, termasuk 50.000 lembar untuk SD dan 30.000 lembar untuk SMP dan SMA.
Penjualan tiket seharga Rp 250 per lembar menjadi salah satu faktor penyebab kepadatan yang ekstrem di stadion.
Berdasarkan pemberitaan Harian Kompas, jumlah penonton yang hadir melebihi kapasitas yang ditentukan, dengan jumlah penonton yang tercatat mencapai 91.500 orang, jauh di atas kapasitas aman stadion.
Dampak dan Penanganan Pasca-Tragedi
Setelah tragedi tersebut, dampak dari insiden ini sangat besar, tidak hanya secara langsung bagi korban dan keluarga mereka tetapi juga terhadap penyelenggaraan konser dan manajemen acara di masa depan.
Penyelidikan dan persidangan menyusul untuk menentukan tanggung jawab dan mencari solusi untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
Konser yang dimaksudkan untuk menjadi acara amal berakhir menjadi tragedi yang mengguncang masyarakat dan menyoroti pentingnya manajemen kerumunan serta keselamatan publik dalam acara-acara besar.
Kepopuleran Adi Bing Slamet
Mengutip Wikipedia, Adi Bing Slamet merupakan penyanyi sekaligus artis cilik yang tahun 1970-1980 an dikenal luas masyarakat.
Menjadi publik figur dengan seabreg prestasi, mulai dari membintangi film, tampil di layar televisi sampai menjadi penyanyi dengan lagu yang disukai banyak orang.
Beberapa film yang dibintangi di antaranya “Tiga Sekawan”, “Ateng Kaya Mendadak”, “Cinta Kasih Mama”, “Sinyo Adi” hingga “Anak Emas”. Beberapa tahun lalu, ia juga sempat membintangi sinetron “Si Entong” dan memerankan tokoh menjadi seorang ustaz bernama Somad.