Menjelajah empat kawasan Museum Sangiran
Empat lokasi di Museum Sangiran memiliki keunggulan masing-masing.
Koleksi penemuan di Museum Purbakala Sangiran kian hari semakin banyak. Baik yang dilakukan oleh tim peneliti maupun masyarakat. Alhasil, beberapa daerah itu dibuatkan klaster baru.
Kepala Balai Pelestarian Situs Manusia Purba, Sangiran, Sukronedi mengatakan, ada empat klaster dibuka untuk umum. Yaitu Klaster Bukuran, Manyarejo, Dayu, dan Ngebung. Seluruh klaster itu terpusat di Museum Purbakala Sangiran.
"Museum Sangiran ini merupakan situs fosil manusia purba paling lengkap. Mewakili 65 persen dari jumlah seluruh fosil manusia purba di Indonesia, dan 50 persen dari jumlah fosil sejenis di dunia ada di sini," kata Sukronedi, saat dijumpai merdeka.com di kantornya, Minggu (19/4).
Klaster Krikilan merupakan lokasi utama memberikan informasi secara lengkap tentang situs Sangiran. Pameran di klaster ini dibagi menjadi 3 ruang. Yakni ruang pamer "Kekayaan Sangiran", ruang pamer "Langkah-langkah Kemanusiaan" dan ruang diaroma "Masa Keemasan Homo Erectus".
-
Apa yang ditemukan oleh sukarelawan di situs arkeologi? Sukarelawan yang terlibat dalam penggalian di situs arkeologi menemukan patung kepala wanita Romawi kuno dengan ukiran khas.
-
Apa yang ditemukan di Museum Arkeologi Agios Nikolaos di Kreta, Yunani? Museum Arkeologi Agios Nikolaos di Kreta, Yunani memamerkan tengkorak dengan mahkota emas masih menempel di bagian kepalanya.
-
Bagaimana bentuk terowongan yang ditemukan di situs arkeologi? INRAP menyampaikan, beberapa bagian dalam terowongan sangat sempit dan ada bagian yang ditutup, sementara pada bagian lainnya cukup tinggi, memungkinkan orang bisa berdiri di dalamnya.
-
Apa yang ditemukan oleh para arkeolog di Selje, Norwegia? Peninggalan makam bersejarah di Selje, Norwegia, baru-baru ini mengungkap misteri mengenai petani pertama yang menetap di wilayah tersebut. Tim arkeolog dari University Museum of Bergen telah melakukan penggalian sejak April di situs pembangunan hotel baru di Selje, pantai Laut Utara barat daya Norwegia.
-
Apa yang ditemukan di Situs Arkeologi Saruq Al-Hadid? Penggalian tersebut menghasilkan harta karun berupa artefak langka, termasuk perunggu, tembikar, dan bejana batu, serta senjata seperti belati, pedang, kapak, panah perunggu dan besi, cangkang hias, ribuan manik-manik yang terbuat dari batu mulia dan semi mulia, berbagai segel lokal dan asing, dan banyak keping emas dan perak yang unik.
-
Apa yang ditemukan oleh para arkeolog di Norwegia? Sebuah harta karun berupa lima potongan foil emas seukuran kuku jari ditemukan para arkeolog di pinggir jalan di tenggara Norwegia.
Di ruang pamer "Kekayaan Sangiran" menampilkan informasi temuan fosil terbaik. Berupa flora dan manusia serta hasil budaya di situs Sangiran. Di ruang pamer "Langkah-langkah Kemanusiaan" disajikan informasi tentang awal pembentukan tata surya menurut teori Big Bang dalam bentuk film pendek dan perkembangan bumi.
"Ruang animasi ini didukung dengan koleksi fosil dari Sangiran, artefak, patung-patung, duplikat temuan, audio visual dan diorama untuk menjelaskan pengunjung," ujarnya.
Sementara ruang diaroma "Masa Keemasan Homo Erectus" merupakan ruang diorama berukuran besar yang menggambarkan kehidupan Homo Erectus, lingkungan, dan kehidupan binatang-binatangnya. Selain itu, dihadirkan manekin tengkorak S17 dari Sangiran dan manusia Liang Bua dari Flores.
Pada Klaster Bukuran akan disuguhkan dengan fosil-fosil manusia purba. Sebagian besar temuan sisa-sisa manusia purba jenis Homo Erectus dari Sangiran.
"Museum ini berisi tentang teori-teori evolusi dan faktor-faktor yang memengaruhi. Semua materi disajikan menarik dengan desain visual dan grafis, berwarna, dan berteknologi tinggi," ucap Sukronedi.
Tak jauh dari Klaster Bukuran, terdapat Museum Manyarejo. Sedangkan kawasan paling muda, Klaster Dayu, dibangun pada 2013. Terletak di Desa Dayu, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar. Dayu merupakan situs paling penting di Sangiran yang banyak menyimpan memori kehidupan sejak jutaan tahun silam.
"Di sini banyak menyimpan kekayaan memori kehidupan sejak jutaan tahun silam, baik itu kehidupan flora, fauna, maupun manusia dan budayanya, serta merekam perubahan lingkungan yang pernah terjadi di Sangiran jutaan tahun silam," imbuh Sukronadi.
Klaster Ngebung memiliki nilai sejarah paling tinggi. Sebab di sanalah lokasi pertama kali dilakukan penggalian secara sistematis. Di Klaster Ngebung ini, ditampilkan para peneliti saat menggali Situs Sangiran. Kegiatan tokoh-tokoh seperti Raden Saleh, J.C. van Es, Eugene Dubois, G.H.R von Konigswald, dipaparkan.