Menko Polhukam: Mahasiswa berperan penting dalam dinamika perubahan bangsa
Menko Polhukam: Mahasiswa berperan penting dalam dinamika perubahan bangsa. Dia juga menegaskan, peran mahasiswa sudah berpengaruh sejak zaman perang. Seperti Sumpah Pemuda tahun 1928, lalu Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tahun 1945, yang dimotori oleh mahasiswa agar Soekarno-Hatta untuk Proklamasi Kemerdekaan.
Menko Polhukam Wiranto melakukan diskusi dengan BEM dari berbagai universitas se-Jabodetabek. Acara diskusi ini dilakukan dalam Coffee Morning di kantor Menko Polhukam, Jumat (29/9). Acara diskusi ini dihadiri oleh Badan Eksekutif Mahasiswa.
Dalam diskusi tersebut, Wiranto mengatakan, masyarakat bisa lebih memahami tentang kondisi Indonesia, kondisi global yang sarat dengan persaingan. Dia juga menambahkan, posisi penting mahasiswa dalam merajut persatuan Indonesia.
"Saya mengingatkan mahasiswa bahwa satu negara bisa membangun, bisa mensejahterakan masyarakatnya, kalau persatuan itu dapat dipertahankan. Negeri ini merdeka karena ada persatuan," kata Wiranto.
Dia juga menegaskan, peran mahasiswa sudah berpengaruh sejak zaman perang. Seperti Sumpah Pemuda tahun 1928, lalu Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tahun 1945, yang dimotori oleh mahasiswa agar Soekarno-Hatta untuk Proklamasi Kemerdekaan. Lalu perubahan dari orde lama ke orde baru tahun 1966.
"Itu semua mahasiswa juga loh. Artinya secara sejarah, mahasiswa memiliki peran yang sangat penting dalam konstelasi dinamika perubahan bangsa kita," jelasnya.
Jika kita mengetahui bahwa persatuan adalan persyaratan utama, dan dikukuhkan dalam Pancasila - Persatuan Indonesia - lalu dalam pembukaan UUD 1945 yaitu kita membangun negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
"Peran mahasiswa yang sudah saya jelaskan dari sejarah-sejarah bangsa Indonesia, sangat berperan atau penentu bersatu atau tidaknya negeri ini. Pendekatan intelektual, mahasiswa dalam posisi menengah, dan kelas menengah merupakan kunci perubahan suatu bangsa," katanya.
Dia juga berpesan, mahasiswa harus berhati-hati jangan sampai menjadi instrumen politik, dalam persaingan politik yang tidak adil. Sekaligus jangan menjadi pemecah persatuan karena masalah politik.