Menunggu Malam di Pelataran Pengungsian Pencari Suaka
Tangisan balita merengek kepanasan, terdengar hingga keluar ruangan. Sang ibu hanya bisa menenangkan seadanya. Mengibaskan kain sembari membaringkan si buah hati di sampingnya.
Sekelompok lelaki berdiri di pelataran eks Kodim Kalideres, Jakarta Barat, Rabu (4/9. Mereka bercengkrama. Sambil melepas penat setelah seharian berada dalam gedung penampungan. Sedangkan, kaum perempuan duduk terpisah di teras gedung.
Anak-anak berlarian, saling bercanda. Sebagian lain sekadar duduk bersama sang ibu, menikmati semilir angin sembari menunggu kantuk datang.
-
Bagaimana UNHCR membantu pengungsi? UNHCR aktif di lebih dari 135 negara di seluruh dunia, bekerja untuk memberikan bantuan dan perlindungan bagi jutaan pengungsi yang mengalami konflik, kekerasan, atau diskriminasi.
-
Apa kepanjangan dari UNHCR? UNHCR singkatan dari United Nations High Commissioner for Refugees, Ini adalah lembaga PBB yang bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan, bantuan, dan advokasi bagi para pengungsi di seluruh dunia.
-
Mengapa UNHCR penting bagi pengungsi? Melalui aktivitasnya, UNHCR berusaha untuk memberikan perlindungan, bantuan, dan advokasi untuk memastikan bahwa para pengungsi mendapatkan perlakuan yang adil, hak asasi manusia yang diakui, serta kesempatan untuk memulai kehidupan baru dengan martabat.
-
Siapa yang bertanggung jawab atas perlindungan pengungsi di UNHCR? Peran utama UNHCR termasuk memberikan perlindungan kepada pengungsi, menyediakan bantuan kemanusiaan seperti makanan, tempat berlindung, dan layanan kesehatan, serta melakukan advokasi untuk hak-hak pengungsi.
-
Bagaimana Petugas Imigrasi tersebut meninggal? Korban diduga tewas setelah terlibat cecok dengan pelaku Warga Negara asal Korea Dal Joong Kim (DJK).
-
Siapa yang mendorong Petugas Imigrasi tersebut? Korban diduga tewas setelah terlibat cecok dengan pelaku Warga Negara asal Korea Dal Joong Kim (DJK).
Suasana terasa berbeda di dalam gedung eks Kodim Kalideres, tempat penampungan sementara bagi pencari suaka. Tangisan balita merengek kepanasan, terdengar hingga keluar ruangan. Sang ibu hanya bisa menenangkan seadanya. Mengibaskan kain sembari membaringkan si buah hati di sampingnya.
"Banyak orang tidur di luar, karena di luar sedikit dingin," ungkap pengungsi asal Afghanistan, berinisial B yang ditemui Merdeka pada Rabu (4/9).
Layaknya gedung tidak terpakai, eks Kodim Kalideres tidak menyediakan listrik dan air bersih bagi para pengungsi. Untuk memenuhi kebutuhan Mandi, Cuci, Kakus (MCK), para pengungsi harus menumpang ke pertokoan di seberang jalan. Sekadar untuk merasakan air bersih.
Umumnya, mereka memilih pergi minimarket terdekat untuk sekadar mandi dan mengambil air bersih. Namun, tak jarang pula pengungsi memakai toilet di Terminal Kalideres. Jarak antara penampungan dan terminal lebih kurang 2 kilometer. Mereka tempuh dengan berjalan kaki.
"Kita enggak mau keluar banyak uang," ucap B yang enggan disebutkan nama lengkapnya.
Satu bulan terakhir listrik dan air di penampungan tersebut dihentikan. Pria 28 tahun itu bercerita, hanya ada satu toilet yang bisa digunakan di dalam penampungan. Itu pun tidak dilengkapi pasokan air bersih.
Hal senada diungkapkan Ali. Ditemui di tempat berbeda, Ali menceritakan kesulitannya memperoleh air bersih. Ali harus mencari tempat lain untuk keperluan MCK.
"Sangat sulit dan berat untuk kami, tapi tidak ada pilihan lain, karena kami tidak punya pendapatan," jelas Ali dengan bahasa Inggris yang terbata-bata.
Selain kesulitan air bersih, tidak adanya pasokan listrik juga menjadi masalah lain bagi mereka. Ali menceritakan, kehidupan di dalam gedung gelap dan pengap. Tidak ada kipas apalagi pendingin ruangan. Para pengungsi hanya bisa berbaring di dalam tenda-tenda kemah yang mereka bawa. Panas terasa.
"Banyak nyamuk!" kata Ali dalam bahasa Indonesia.
Sesekali dia dan rekannya berjalan di sekitar gedung, mencari udara segar. Namun tidak boleh terlalu lama. Setelah jam 10 malam, mereka wajib kembali ke pengungsian. Kembali berdesakan dengan ratusan pengungsi lain.
"Sangat buruk, malam tanpa listrik," imbuhnya.
Ketika malam tiba, satu-satunya cahaya yang bisa mereka andalkan hanyalah lampu dari ponsel mereka. Biasanya, para pengungsi akan mengisi baterai ponsel mereka di warung atau toko di depan penampungan. Untuk bekal penerangan di malam hari.
"Aku setiap hari charge HP di sini. Tanya ibu (penjual di depan gedung). Kemana-mana mau pergi, bawa charger," ungkap B dengan bahasa Indonesia yang cukup lancar.
Dalam gedung dua lantai itu, para pengungsi dipisahkan dalam ratusan tenda. Ada pula yang memilih menggelar tenda di luar gedung, untuk menjaring lebih banyak angin.
Berdasarkan keterangan para pengungsi yang kami temui, saat ini eks Kodim Kalideres masih menampung 600 hingga 800 orang. Para pengungsi berasal dari sejumlah negara yang tengah terlibat konflik, seperti Afghanistan, Pakistan, Sudan, dan Somalia.
Reporter Magang: Anindya Wahyu Paramita
Baca juga:
Ini Penyebab Pencari Suaka Belum Bisa Meninggalkan Indonesia
Begini Cara Pencari Suaka Masuk ke Indonesia
Tenda Cinta Para Pencari Suaka
VIDEO: Sikap Dingin Pencari Suaka di Medan
VIDEO: Wapres JK Jamin Pencari Suaka Dapat Tempat Layak
Desak Pembebasan 26 Rekan, Ratusan Pencari Suaka di Makassar Geruduk Rudenim