Mimpi Damai Kembali di Tanah Wamena
Saat ditanyakan apakah ada rencana untuk kembali ke Wamena, dia mengungkapkan, masih menunggu satu sampai dua bulan di kampung hingga situasinya benar-benar aman untuk kembali. Mereka akan kembali mengingat kehidupannya sudah terlanjur dibangun di Wamena.
Sejumlah warga Sulawesi Selatan yang berada di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua memutuskan untuk kembali ke kampung halaman. Namun tidak sedikit juga yang memutuskan bertahan di sana.
Salah seorang pengungsi asal Kabupaten Enrekang, Hasriani mengatakan, dirinya bersama 14 orang keluarganya seperti ipar, adik, dan anak-anaknya mengungsi ke Makassar. Meski demikian suaminya masih memilih bertahan di Wamena.
-
Kapan Luweng Wareng terbentuk? Gua ini terbentuk ribuan tahun lalu akibat proses geologi amblasnya tanah dan vegetasi yang ada di atasnya ke dasar bumi.
-
Kapan Wibowo Wirjodiprodjo meninggal? Di akhir hidupnya, Ari dan Ira Wibowo menceritakan bahwa sang ayah pergi dengan tenang, tanpa rasa sakit, dan dikelilingi oleh keluarga tercinta.
-
Apa kesulitan yang dialami ibu Persit di Wamena? Kesulitan Menyalakan Kompor Ibu Persit yang tidak diketahui namanya itu sempat kesulitan menyalakan kompor minyak tanah yang sedikit rumit dibandingkan dengan kompor gas. Beberapa kali api yang sudah dinyalakan harus mati, sehingga ia harus menyalakan api berkali-kali.
-
Kapan Masjid Raya Sumatra Barat diresmikan? Awal pembangunan masjid ini ditandai dengan peletakan batu pertama pada 21 Desember 2007 silam.
-
Siapa yang kesulitan menyalakan kompor minyak tanah di Wamena? Ibu Persit yang tidak diketahui namanya itu sempat kesulitan menyalakan kompor minyak tanah yang sedikit rumit dibandingkan dengan kompor gas. Beberapa kali api yang sudah dinyalakan harus mati, sehingga ia harus menyalakan api berkali-kali.
-
Di mana ibu Persit ini tinggal di Wamena? “Nah yang uniknya juga di Wamena adalah kompor minyak tanah. Jadi di rumah dinas pak Gading masih pakai kompor minyak tanah guys. Tapi katanya ada juga yang sudah pakai kompor listrik dan kompor gas. Tapi harga gas di Wamena itu lumayan tinggi,” kata ibu Persit tersebut.
"Suami masih bertahan di sana bersama orang Sulawesi lainnya. Laki-laki masih bertahan di sana. Kenapa? Karena kita sudah terlanjur tinggal di sana," katanya yang merupakan dosen salah satu perguruan tinggi di Wamena, Rabu (2/10).
Saat ditanyakan apakah ada rencana untuk kembali ke Wamena, dia mengungkapkan, masih menunggu satu sampai dua bulan di kampung hingga situasinya benar-benar aman untuk kembali. Mereka akan kembali mengingat kehidupannya sudah terlanjur dibangun di Wamena.
"Kami tentu akan kembali karena pekerjaan kami di sana. Kami sangat berharap mudah-mudahan bisa segera dipulihkan dan jaminan keamanan ada di sana," ujarnya.
Seperti dilansir dari Antara, Kepala Dinas Operasi Pangkalan Udara TNI Angkatan Udara Sultan Hasanuddin, Letkol Sudewo mengatakan, ada 170 pengungsi, 50 diantaranya warga Makassar dan sisanya 120 orang diterbangkan ke Malang, karena kebanyakan warga Jawa Timur.
"Hari ini baru satu yang diusahakan karena traumatik. Dan diharapkan masih ada tetap di sana. Saat ini ada tiga pesawat Hercules disiapkan, kalaupun mau di tambah, TNI AU sangat siap," ujarnya.
Meski demikian, peristiwa ini bukan seperti saat Gempa Palu dengan ratusan orang beramai-ramai ke Makassar, sebab kondisinya berbeda dengan Palu pascabencana terjadi.
"Ini bukan seperti Palu, Kita berharap agar warga yang masih ada di sana tetap bertahan, karena mengingat mereka masih ada pekerjaan dan melanjutkan hidup di sana" tutup Sudewo.
Baca juga:
Merajut Asa di Balik Tragedi Wamena
Maskapai Diminta Bantu Pulangkan Pengungsi Wamena ke Kampung Halaman
Warga Sulawesi Selatan Pengungsi Wamena Tiba di Makassar
120 Pengungsi Kerusuhan Wamena Tiba di Lanud Malang
Cerita Pengungsi asal Makassar Saat Senin Mencekam di Wamena
Pengungsi Wamena di Jayapura Mencapai 6.520 Orang