Miris! Anak Gajah Sumatera Mati di Areal Konsesi Akasia Pelalawan, Kaki Putus Kena Jerat Tali
Anak gajah sumatera berusia sekitar dua tahun mati di areal konsesi Hutan Produksi Terbatas (HPT) di Kabupaten Pelalawan Riau
Gajah itu diperkirakan beratnya sekitar 500 Kg.
Miris! Anak Gajah Sumatera Mati di Areal Konsesi Akasia Pelalawan, Kaki Putus Kena Jerat Tali
Anak gajah sumatera berusia sekitar dua tahun mati di areal konsesi Hutan Produksi Terbatas (HPT) di Kabupaten Pelalawan, Riau. Anak gajah jantan itu mati akibat luka jerat di kakinya hingga putus.
Kabid Teknis Balai Besar KSDA Riau, Ujang Holisudin mengatakan gajah yang mati itu berasal dari kantong gajah Tesso Tenggara di Pelalawan. Dalam foto yang dikirim, terlihat hutan akasia di sekitaran bangkai gajah.
"Gajah liar di kantong gajah Tesso Tenggara mati. Gajah tersebut mati setelah mendapatkan upaya penyelamatan tim medis," ujar Ujang saat dikonfirmasi merdeka.com, Selasa (28/11).
- Dua Warga Tewas Usai Berkelahi Gara-Gara Ikan Mati Keracunan
- Genap Berusia 4 Tahun, Ini Potret Terbaru Mika Putra Bungsu Sandra Dewi yang Ganteng & Mirip Banget Sang Papa
- Kesaksian Juru Kunci Astana Giribangun saat Pemakaman Soeharto
- Intip Potret Perayaan Ultah Ussy Sulistiawaty ke-42, Dapat Kado hingga Surat Ucapan Manis
Setelah mendapat laporan, Tim BBKSDA Riau menuju lokasi konsesi akasia itu untuk melakukan penyelamatan gajah. Mereka membawa tim medis khusus satwa.
Ujar menyebutkan, upaya penyelamatan itu dilakukan pada 14 November. Dari hasil indentifikasi, ternyata gajah itu berusia sekitar dua tahun dengan jenis kelamin jantan.
Gajah itu diperkirakan beratnya sekitar 500 Kg. Pada bagian kaki ditemukan ada ikatan tali nilon yang merupakan bekas jerat yang dibuat orang tak bertanggungjawab.
"Dari hasil observasi ditemukan lilitan tali nilon pada kaki kanan depan anak gajah yang diduga sudah lama. Akibat lilitan tersebut luka yang dialami pada kaki gajah cukup dalam sehingga menyisakan persendian," jelas Ujang.
Kemudian, tenaga medis berupaya melakukan pengobatan antibiotik, anti-inflamasi, vitamin, infus serta pemberian antidota sehingga anak gajah kembali sadar.
"Keesokan harinya, tenaga medis kembali melakukan pengobatan lanjutan. Saat dilakukan pembiusan anak gajah cenderung agresif dan menghindar,"
terang Ujang.
"Dari pengalaman pengobatan yang dilakukan tim medis 2016 lalu terhadap gajah liar yang tergabung pada kantong gajah Giam Siak Kecil dengan kondisi luka yang hampir sama. Bagian kaki tersebut akan lepas secara alami dan proses penyembuhannya akan lebih efektif bilamana tetap bergabung dengan kelompoknya di habitat alaminya," jelas Ujang.
Pengobatan ketiga dilakukan pada Kamis (16/11). Tim medis mendapati gajah sedang berendam di anak sungai yang terhubung dengan kanal yang berdekatan dengan kelompok gajah liar lainnya, sehingga kesulitan untuk melakukan pengobatan.
"Namun saat mahout (pawang gajah) mengarahkan gajah naik ke darat untuk pengobatan, gajah tersebut enggan keluar dan mengeluarkan suara keras. Pada akhirnya gajah tersebut merebahkan dirinya ke dalam anak sungai,"
tutur Ujang.
merdeka.com
Lalu, tenaga medis langsung bergegas turun ke anak sungai dan mendapati anak gajah tersebut sudah tidak bernyawa. Setelah mengetahui kematian tersebut, dilakukan nekropsi dengan hasil bahwa terdapat timbunan cairan pada paru-paru.
"Kematian diduga juga disebabkan karena kondisi gajah sudah mengalami infeksi sehingga menyebabkan daya tahan tubuh menurun dan mati. Langsung dikuburkan di sekitar lokasi kejadian," kata Ujang.
Penguburan dilakukan dengan satu unit alat berat. Saat ditanya alat berat milik perusahaan akasia, Ujang enggan berkomentar.
Sementara itu, Kepala Humas PT Arara Abadi, Nurul Huda saat dikonfirmasi tak menampik kejadian gajah mati di perusahaannya itu. Dia menyarankan agar konfirmasi dilakukan satu pintu, yakni ke BBKSDA Riau.
"Itu ranah BBKSDA. Kan sudah dalam penanganan BBKSDA, tak elok ditambah komentar," kata Nurul kepada merdeka.com.