Sepasang Gajah di Solo Safari Mati, Ini Penjelasan BKSDA
Terkait penyebab kematiannya, pihaknya masih menunggu hasil pemeriksaan di laboratorium.
Kabar duka datang dari taman satwa Solo Safari. Dua ekor gajah di kebun binatang yang dulu bernama Taman Satwa Taru Jurug atau TSTJ mati meski tak mengalami sakit atau luka.
Salah satu gajah diketahui mati pada bulan Juni 2024. Sementara seekor lainnya mati pada hari Selasa (13/8) lalu. Kabar matinya binatang kesayangan pengunjung Solo Safari dibenarkan Marketing Manager Solo Safari, Sankar Adityas Cahyo. Namun ia enggan menyampaikan terkait penyebab kematian kedua gajah.
"Update terkini perihal case diatas dimohon ke BKSDA Jateng. Terkait semua komunikasi dan hasil laboratorium nanti dari Pemkot Surakarta," ujar Sankar kepada merdeka.com, Rabu (21/8).
Dihubungi terpisah, Kapala Seksi Konservasi Wilayah 1 Surakarta Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jateng, Sudadi, membenarkan kabar tersebut.
"Iya ada 2 ekor gajah yang mati. Yang pertama itu bulan Juni kemarin. Kemudian yang kedua, tanggal 13 Agustus 2024 lalu," kata Sudadi.
Lanjut Sudadi, untuk yang terakhir, pihaknya mendapat laporan ada gajah mati. Atas laporan itu BKSDA kemudian melakukan klarifikasi dengan datang ke lokasi untuk mengecek langsung.
"Untuk yang kedua, kami mendapat laporan dari Solo Safari terus kita datang dan melakukan klarifikasi. Itu yang mati usianya sekitar 16 tahun," kata dia.
Terkait penyebab kematiannya, lanjut dia, pihaknya masih menunggu hasil pemeriksaan di laboratorium.
"Kemarin pas dilakukan evakuasi kemarin hanya visum saja. Hasilnya tidak ditemukan apakah sakit atau luka," ungkapnya.
"Untuk penyebabnya apa, kami masih menunggu hasil pengecekan laboratorium. Kemarin pas evakuasi hanya visum saja dari dokter hewan Solo Safari," imbuhnya menjelaskan.
Dikatakan Sudadi, berdasarkan hasil pemeriksaan dokter hewan Solo Safari, ditemukan virus. Namun untuk kepastiannya pihaknya masih menunggu hasil laboratorium.
"Katanya kena virus, itu hasil pemeriksaan dokter hewan sana (Solo Safari). Tapi ini belum pasti masih menunggu hasil laboratorium," jelas dia.
Sudadi menambahkan, saat ini terus dilakukan monitoring di lapangan. Jika benar terkena virus, maka harus dipisahkan agar tidak menular ke satwa lain. Pihaknya juga belum bisa memastikan apakah ada kesalahan penanganan atau tidak.
"Sementara harus dipisahkan tidak boleh digabung untuk mengantisipasi adanya penyebaran," pungkasnya.