Kedutaan Israel yang Ditutup di Irlandia akan Dijadikan Museum Palestina
Israel menutup kedutaan besarnya di Irlandia karena negara itu dianggap terlalu anti-Yahudi.
Setelah Israel mengumumkan penutupan kedutaan besarnya di Dublin, Irlandia atas tuduhan negara tersebut menerapkan banyak kebijakan anti-Yahudi. Museum Palestina AS menyatakan minatnya untuk menyewa tempat tersebut dan membuka cabang baru.
“Kami tertarik untuk menjadikan bekas kantor Kedutaan Besar Israel di Dublin sebagai kantor pusat permanen kami di Eropa,” kata Faisal Saleh, seorang pengusaha Palestina-Amerika sekaligus pendiri Museum Palestina AS yang berbasis di Connecticut, AS, kepada The Art News.
"Saat ini kami baru membuat pernyataan. Kami pikir ini ide yang bagus karena kami telah mencari tempat untuk memiliki ruang permanen, dan akan lebih baik jika memiliki kantor di Irlandia," jelas Saleh.
Saleh mengungkapkan bahwa akan jauh lebih efisien jika memiliki tempat permanen.
"Namun, tempat itu juga harus masuk akal secara finansial bagi kami. Kami masih menunggu informasi. Jika itu terjadi, kami akan membukanya sebagai museum dengan banyak pameran," kata dia, seperti dikutip dari The Irish Times, pekan lalu.
Menanggapi penutupan kedutaan di Irlandia, Saleh mengatakan ia senang sekali.
“Siapa yang mau negara yang melakukan genosida hadir di negara mereka? Sungguh mengerikan apa yang mereka lakukan, dan Irlandia adalah salah satu dari sedikit negara yang benar-benar mendukung rakyat Palestina.”
Saleh dan timnya yang baru saja menggelar pameran berjudul “Art Under Fire itu di Bantry, salah satu kota di Irlandia. Dia mengucapkan rasa terima kasihnya kepada masyarakat Irlandia atas respons positifnya.
“Kami menerima dukungan yang luar biasa. Itu di luar ekspektasi kami," ujar Saleh .
“Ada banyak kekuatan yang berusaha menghapus kisah kami, tetapi Irlandia berada di sisi yang lain dan kami sangat bersyukur akan hal itu,” jelasnya.
“Kami ingin mengubah tempat yang tadinya merupakan markas besar untuk zona perang menjadi zona seni,” tutup Saleh.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti