Mirisnya nasib Eni pedagang makanan yang diobrak abrik Satpol PP
Dia tidak bisa melawan, hanya menangis sambil merengek agar makanannya tidak diangkut.
Raut wajah Justriani hanya bisa pasrah sambil menangis melihat semua dagangan makanannya diangkut Satpol PP Kota Serang, Banten. Dia tidak bisa melawan, hanya menangis sambil merengek agar makanannya tidak diangkut.
Peristiwa itu terjadi tepat di hari ke 3 puasa atau Rabu, 8 Juni 2016 lalu. Petugas Satpol PP kala itu langsung menyerobot masuk ke warung Eni, panggilan sehari-hari Justriani, di Pasar Rau Kota Serang. Itu dilakukan lantaran Eni dianggap melanggar Peraturan Daerah (Perda). Semua lauk pauk baru matang diangkut petugas dan tak tersisa.
-
Di mana warung Burpal berada? Adapun warung burpal ini berada di pojok Pasar Ciputat, Jalan Siliwangi, Kecamatan Ciawigebang, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
-
Di mana warung milik Bu Ratmini dan Pak Wiarji berada? Lokasi warung itu benar-benar terpencil di atas Pegunungan Ardilawet yang secara administratif masuk wilayah Desa Penusupan, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga.
-
Di mana warung Pak Roso berada? Warung ini berlokasi di Jalan Singosari Raya Nomor 29, Pleburan, Kota Semarang.
-
Di mana warung nasi pecel Suzanna berada? Warung emperan ini bernama Pecel Suzanna dan berlokasi di daerah Kertajaya, Kecamatan Gubeng, Kota Surabaya.
-
Kapan warung nasi pecel Suzanna buka? Setiap hari, warung pecel ini buka pukul 02.00 WIB tengah malam dan tutup pukul 09.00 WIB.
-
Apa yang dijual di warung Bu Ratmini dan Pak Wiarji? Pak Wiarji bercerita, di warung itu ia dan istrinya menjual aneka makanan dan minuman. Namun tak semua makanan bisa mereka hidangkan. Bu Ratmini mengaku sudah tidak bisa lagi memasak gorengan karena keterbatasan fisik yang ia miliki.
"Ini (warung) baru buka. Ikan juga belum saya kasih sambel. Semuanya sudah diangkut (Satpol PP)," keluh Jusriani kala itu.
Razia ini membuat Eni syok. Dia bahkan jatuh sakit atas insiden kelam dialaminya. Dia hanya terbaring sambil mengingat pengalaman pahitnya.
Perempuan berusia 50 tahun itu juga sempat mengalami panas tinggi. "Kena panas dingin karena kena kagetnya (saat barang dagang diangkut Satpol PP)," ujar Eni, Sabtu kemarin.
Eni menceritakan, akibat peristiwa itu dia alami kerugian mencapai Rp 600.000. Kerugian itu bagi dia begitu besar.
"Kemaren kan diambil semua sama Satpol PP, belum ada yang terjual. Modal Rp 600.000 enggak balik," keluhnya.
Justriani menceritakan, ketika dirazia baru saja selesai memasak. Bahkan selama itu dia baru mengantongi uang dari hasil dagangnya sebesar Rp 6.000.
"Grebek grebek grebek gerebek saya mah kaget, ya allah. saya baru dapat enam ribu perak,"" kata Eni.
Masa sedih Justriani sudah lewat. Dia akhirnya mempunyai modal untuk kembali berdagang setelah diobrak-abrik Satpol PP. Bukan tanpa rintangan, dia harus meminjam modal dari Bank Keliling sebesar Rp 600.000.
"Bisa (jualan) dengan ini pinjam dari Bank Keliling," kata Eni.
Terkait duit Rp 6.000 ketika disita, dia merasa itu punya arti penting bagi dirinya. Eni mengaku tidak akan menggunakan uang sebesar Rp 6.000 hasil dagangan pada saat dirazia Satpol PP Kota Serang. Uang tersebut akan diberikan ke cucunya agar menjadi cerita kenang-kenangan selama dirinya membuka usaha di Kota Serang.
"Duitnya ini enggak saya pakai-pakai, maksudnya buat nanti cerita sama cucu saya. Cerita saya lagi di Serang, biar (cucunya) mengerti," terangnya.
Baca juga:
Mendagri minta Satpol PP tak 'over akting' sita makanan pedagang
Satpol PP cuma berani ke pedagang kecil, gentar usik restoran besar
Gubernur Banten minta razia warung makan dilakukan secara manusiawi
Razia warung makan, Satpol PP Serang ogah disalahkan
Dagang lagi usai dirazia Satpol PP, Eni pinjam duit Bank Keliling