Moeldoko Minta Guru Agama Waspadai Wabah Radikalisme dan Intoleransi di Sekolah
Moeldoko menegaskan, pendidikan keagamaan tidak terjebak pada doktrin dan simbol yang bersifat normatif.
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko meminta guru agama mewaspadai wabah intoleransi dan radikalisme di sekolah. Berdasarkan hasil survei, siswa rentan terpapar paham radikalisme dan melakukan aksi–aksi intoleran.
"Ini harus diwaspadai bersama, terutama oleh para guru agama yang punya posisi strategis sebagai ujung tombak dalam moderasi beragama melalui pembelajaran dan pendidikan agama secara komprehensif," tegas Moeldoko saat bertemu pengurus DPP Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia (AGPAII), di gedung Bina Graha Jakarta, Rabu (27/7).
-
Di mana Sekolah Dalang Keraton Mangkunegaran berada? Sekolah dalang itu lebih dikenal dengan nama “Pasinaon Dalang Mangkunegaran”.
-
Apa perbuatan bejat yang dilakukan guru tersebut? Perbuatan pelecehan itu dilakukan pelaku pada saat jam pelajaran di lingkungan sekolah. Dia mengimingi-imingi korban dengan uang"Korban dicabuli pada saat jam pelajaran dengan diiming-iming uang. Aksi itu ada yang dilakukan pelaku di pustaka, dan ada juga di kelas. Kejadian sudah berulang-ulang," jelasnya.
-
Kenapa Syawalan Morodemak digelar? Dilansir dari Demakkab.go.id, tradisi itu digelar sebagai ungkapan rasa syukur terutama warga nelayan yang kesehariannya mencari nafkah di tengah laut.
-
Kapan Moeljadi gugur di halaman sekolah SMP 2 Madiun? Moeljadi terbunuh pada 21 September 1948, Agresi Militer Belanda II Pada 19 Desember 1948 muncul Agresi Militar Belanda II.
-
Siapa yang membacok guru di Demak? Seorang siswa Madrasah Aliyah (MA) YASUA, Desa Pilangwetan, RT 02 RW 03, Kecamatan Kebonagung, tega membacok gurunya sendiri.
-
Bagaimana siswa membacok guru? Peristiwa itu terjadi pada Senin (25/9) pukul 09.30 WIB. Saat itu sang guru sedang mengawasi PTS (Penilaian tengah semester). Akibat insiden itu, guru mengalami luka serius dan mendapat perawatan di RS Wongsonegoro, Semarang.
Moeldoko menegaskan, pendidikan keagamaan tidak terjebak pada doktrin dan simbol yang bersifat normatif. Melainkan harus mengakomodasi substansi agama dalam perspektif yang universal.
Moeldoko mengambil contoh ajaran tentang toleransi, kebaikan, akhlak budi pekerti, dan kejujuran. Ajarin ini membuat pola pikir anak didik semakin terbuka terhadap ideologi dan komitmen beragama.
"Pembelajaran yang normatif ditambah dengan doktrin-doktrin keagamaan yang tak terkontrol, dapat membuat cara pikir satu arah. Sehingga anak didik tidak mau menerima masukan, bahkan perbedaan," ujar Moeldoko.
Mantan Panglima TNI ini juga menyebut, sekolah menjadi lembaga publik yang sangat tepat untuk menjelaskan makna serta pentingnya kemajemukan dan tenggang rasa antar sesama. Sebab, imbuh dia, di sekolah lah pola pikir sekaligus pola interaksi anak yang heterogen itu mulai hadir dan terbentuk.
"Sekolah menjadi ruang strategis untuk membentuk mental bagi tumbuhnya watak keberagaman yang kuat. Ini yang harus dijaga," pesan Moeldoko.
Sementara itu, Ketua Umum DPP AGPAII Mahnan Marbawi MA mengungkapkan, isu-isu nasionalisme, ideologi Pancasila, dan moderasi beragama menjadi fokus dalam pengembangan dan penguatan peran guru agama di Indonesia. Terlebih, dalam konteks lokal sekolah, guru agama merupakan panutan.
"Untuk memperkuat peran strategis guru agama dalam moderasi beragama kami (APGAII) sangat membutuhkan dukungan pemerintah. Salah satunya dalam bentuk pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan," tutur Mahnan.
(mdk/tin)