Motif Pembunuhan Pasutri di Banyuasin, Pelaku Kesal Ditagih Utang Rp13 Juta
Agar ambisinya terwujud, tersangka mengajak empat temannya untuk merampok korban. Dia menyebut korban memiliki banyak simpanan uang dan perhiasan emas.
Pasangan suami istri, SN (55) dan SR (49) diduga menjadi korban perampokan dan pembunuhan. Kasatreskrim Polres Banyuasin AKP Harry Dinar mengungkapkan, motif perampokan dan pembunuhan adalah soal utang piutang. Salah satu tersangka, yakni YD (43), memiliki utang sebanyak Rp13 juta dan selalu ditagih korban.
"Tersangka YD kesal karena utangnya ditagih terus. Dia pun dendam dan merencanakan pembunuhan," ungkap Harry, Jumat (14/10).
-
Kapan kejadian perampokan tersebut? Kepala Kepolisian Resor Kota Besar Makassar Komisaris Besar Mokhamad Ngajib mengatakan kejadian perampokan Jumat (19/1) dini hari, tepat di depan rumah korban di Jalan Rappocini Raya Makassar.
-
Apa jenis penipuan yang marak terjadi belakangan ini? Salah satunya yang marak belakangan ini adalah social engineering bermodus penipuan melalui permintaan untuk mengklik sebuah file undangan pernikahan berformat APK di WhatsApp (WA).
-
Kapan kejadian pembunuhan itu terjadi? Tindak penganiayaan itu terjadi di tepi Jalan Talang Sekuang Desa Muara Panco Timur, Kecamatan Renah Pembarap, Kabupaten Merangin, Jambi, Jumat (15/12) sekitar pukul 10.30 WIB.
-
Kapan pembunuhan terjadi? Korban pembunuhan dalam mobil ini sempat gegerkan warga Medan. Baru-baru ini pihak kepolisian Polrestabes Medan berhasil menangkap pelaku pembunuhan dalam mobil di Jalan Klambir V, Medan Helvetia, Kota Medan pada hari Senin (19/6).
-
Kapan kejadian penganiayaan tersebut? Dalam cerita tersebut, ia menuliskan mengenai pengalaman perempuan berinisial RST (18) yang disiksa secara sadis oleh orang asing pada Sabtu (16/3) sekitar pukul 14.40 WIB.
-
Apa motif pelaku melakukan pembunuhan? Dia sedang pusing mencari uang untuk membiayai kuliah adiknya beserta biaya kebutuhan hidup untuk orangtuanya.
Agar ambisinya terwujud, tersangka mengajak empat temannya untuk merampok korban. Dia menyebut korban memiliki banyak simpanan uang dan perhiasan emas.
"Begitu masuk rumah, para tersangka langsung menyekap dan mengikat kedua korban lalu membunuh keduanya dengan parang. Sehabis itu baru mengambil barang apapun yang berharga," ujarnya.
"Ada 25 gram emas, rokok, ponsel, dan uang tunai Rp232,9 juta yang mereka ambil. Totalnya sekitar Rp383,9 juta," sambungnya.
Diketahui, polisi mengamankan empat dari lima pelaku, yakni YD (43), KAI (49), RS (16), dan MG (37), yang semuanya warga Banyuasin, Sumatera Selatan. Polisi masih masih memburu satu pelaku lagi, yakni KV.
Penangkapan dilakukan tim gabungan Satreskrim dan Sat Polair Polres Banyuasin, Kamis (13/10) pagi. Ketika itu dua pelaku yang menggunakan speedboat diketahui akan melintasi Sungai Kelapa, Desa Kuala Puntian, Banyuasin.
Saat diadang, kedua pelaku, YD dan KAI melarikan diri ke daratan. Alhasil, petugas melumpuhkan kaki mereka dengan timah panas.
Dari interogasi, petugas mengamankan dua pelaku lain tanpa perlawanan di rumah masing-masing. Keempat pelaku dibawa ke Mapolres Banyuasin untuk pemeriksaan.
Dari perampokan itu, kawanan tersangka membawa kabur perhiasan emas seberat 25 gram, rokok senilai Rp25 juta, 3 unit ponsel, dan uang tunai sebanyak Rp232.930.000. Total kerugian mencapai Rp383.930.000.
Diberitakan sebelumnya, warga Desa Nunggal Sari, Kecamatan Pulau Rimau, Banyuasin, geger dengan adanya perampokan yang dialami tetangganya. Bahkan, kejahatan itu menyebabkan dua korban tewas.
Korban adalah seorang kepala dusun, SN dan istrinya SR. Keduanya ditemukan tergeletak di atas kasur dengan kondisi tangan dan kaki terikat, Rabu (12/10) pukul 05.00 WIB.
Kapolres Banyuasin AKBP Imam Safei mengungkapkan, pihaknya tengah menyelidiki kasus ini untuk mengungkap pelakunya. Untuk mempercepat pengungkapan, dibentuk tim gabungan terdiri dari anggota Satreskrim Polres Banyuasin dan Polsek Pulau Rimau.
"Kedua korban tewas di kamar, kondisinya terikat," ungkap Imam.
Dari olah TKP, pelaku membawa kabur sepeda motor, uang tunai, dan perhiasan emas yang nilainya belum diketahui. Diduga, pelaku lebih dari satu orang karena mampu memperdaya kedua korban.
Dikatakan, mayoritas warga di desa itu merupakan warga pendatang dari Jawa yang mengikuti program transmigrasi. Diduga, pelaku sudah mengetahui kondisi di TKP dan beraksi ketika dianggap aman.
(mdk/ded)