Muhammadiyah Siap Jadi Rumah Profesor Tua
Haedar menginginkan semua generasi dan kalangan untuk bersama-sama berperan bagi bangsa. Baik yang tua maupun muda, yang berilmu maupun yang kurang berilmu, yang awam maupun elite, menurutnya memiliki peran yang sama pentingnya untuk membangun Indonesia.
Muhammadiyah siap menampung profesor-profesor tua yang ada di Indonesia. Tujuannya adalah untuk mengembangkan sumber daya insani di lingkungan masyarakat.
Pernyataan tersebut dikemukakan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir disela menghadiri pengukuhan Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Sofyan Anif sebagai guru besar, di kampus setempat, Kamis (8/8).
-
Siapa yang memimpin Rapat Pleno MWA Unair yang memilih Mohammad Nasih sebagai Rektor? Pemilihan rektor tersebut dipimpin langsung di Jakarta oleh Ketua MWA Unair Hatta Ali yang juga menjabat sebagai Ketua Mahkamah Agung (MA).
-
Kapan Rivai Abdul Manaf Nasution mendirikan lembaga pendidikan bernafaskan Islam? Setelah kemerdekaan, tepatnya tahun 1950, Rivai mendirikan wadah belajar Agama Islam bernama Taman Pendidikan Islam (TPI).
-
Siapa Laksamana Muda Mohammad Nazir? Nama Mohammad Nazir Isa mungkin banyak orang yang tidak mengetahui siapa sosok yang satu ini.
-
Kapan Masjid Nur Abdillah diresmikan? Menurut kanal Youtube Traveling All In, masjid ini baru diresmikan pada 2021 lalu. Proses pembangunannya sudah dimulai sejak 2019 lalu, hingga kini menjadi ikon wisata religi di Kabupaten Serang, Banten.
-
Kapan Mohammad Nazir Datuk Pamoentjak wafat? Ia wafat di Bern, Swiss pada tanggal 10 Juli 1965 di usianya yang sudah 68 tahun.
-
Kapan Pondok Pesantren Musthafawiyah didirikan? Didirikan Abad 20 Melansir dari beberapa sumber, ponpes ini didirikan pada 12 November 1912 oleh Syeikh Musthafa bin Husein bin Umar Nasution Al-Mandaily.
Ucapan Haedar sekaligus menanggapi ucapan Menristekdikti M Nasir di Universitas Negeri Semarang (Unnes) 24 Juli lalu. Saat itu Nasir menyebut jika profesor-profesor tua yang ada sekarang ini kecil manfaatnya bagi negara.
"Muhammadiyah akan menjadi rumah bagi siapapun. InsyaAllah Muhammadiyah bisa menampung, untuk mengembangkan sumber daya insani di lingkungan masyarakat," ujar Haedar.
Haedar menyampaikan, profesor-profesor Muhammadiyah yang sudah berusia lanjut, selama ini bisa ikut berdakwah di tengah masyarakat. Dia mengaku tak mengetahui apa maksud dari pernyataan Menristekdikti tersebut. Kendati demikian ia minta semua pihak untuk bisa saling menghargai.
"Profesor yang sudah tua pun emeritus, jadi masih bermanfaat untuk kepentingan dakwah di Muhammadiyah," terangnya.
Haedar menginginkan semua generasi dan kalangan untuk bersama-sama berperan bagi bangsa. Baik yang tua maupun muda, yang berilmu maupun yang kurang berilmu, yang awam maupun elite, menurutnya memiliki peran yang sama pentingnya untuk membangun Indonesia.
"Negara kita ini memiliki prinsip gotong royong, sehingga tidak mendikotomikan masyarakat. Semua pihak harus sama-sama berkontribusi positif bagi pembangunan negara," tandasnya.
"Naif kita ngomong Pancasila, naif kita ngomong Indonesia itu majemuk, kalau para elite tidak menyadari bahwa Indonesia ini dibangun atas prinsip kebersamaan," tandasnya lagi.
Sementara dalam acara tersebut Sofyan Anif dikukuhkan sebagai guru besar UMS ke-25 dan ketiga sebagai guru besar bidang manajemen pendidikan. Pengukuhan dilakukan Dirjen Sumberdaya Ipteks dan Pendidikan Tinggi Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek-Dikti) Prof Dr Ali Gufron M.Sc.
Selain Haedar Nashir, pengukuhan juga dihadiri Prof Malik Fadjar, M.Sc (Anggota Wantimpres RI), para mantan Rektor UMS, alumni UMS yang sudah menjadi guru besar, Ketua Forum Rektor Indonesia serta Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Prof Jamal Wiwoho.
Baca juga:
Muhammadiyah: Mbah Moen Sosok yang Gigih, Tak Kenal Lelah Berkontribusi
Muhammadiyah Luncurkan Logo Muktamar ke-48 di Solo
Dahnil Anzar Masuk Gerindra, Haedar Ingatkan Tak Seret Muhammadiyah ke Politik
Solo Jadi Tuan Rumah Muktamar Muhammadiyah ke-48 Tahun 2020
Ketum PP Muhammadiyah dan Mendikbud Jenguk Buya Syafii Maarif
Muhammadiyah Tegaskan Sikap Tak Incar Posisi Menteri di Kabinet Jokowi
Ketum Muhammadiyah Nilai Pemerintah Perlu Oposisi untuk Mengkritik