Napak tilas silsilah keluarga, ayah Kapolda Metro keliling Jatim
Dia ingin menunjukkan pada anak-anaknya kalau leluhurnya adalah Arek Suroboyo.
Achmad Saleh, ayah Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnivian, tengah napak tilas keliling Jawa Timur guna mencari jejak kerabat ayahnya, almarhum Huhammad Saleh bin Mualim.
Pria berusia 77 tahun ini, nekat datang dari Palembang ke Surabaya hanya untuk bersilaturahmi dengan keluarga yang sudah terputus selama 50 tahun. Sebab, sejak ada program transmigrasi dari Surabaya ke Sumatera sekitar tahun 1930-an, mereka terpaksa berpisah.
Mantan reporter RRI Sumatera ini sempat menunjukkan foto keempat anaknya, salah satunya foto Tito Karnivan. Dia ingin menunjukkan pada anak-anaknya kalau leluhurnya adalah Arek Suroboyo.
Saleh menyebut, sebelum orang tuanya hijrah ke Sumatera Selatan, pernah tinggal di Jalan Wonorejo, Surabaya. "Saya sudah sepuh (tua) dan saya hanya ingin menunjukkan ke anak-anak saya kalau kakeknya dulu asli Arek Suroboyo," terang Saleh usai menemui kerabatnya di Jalan Petemon kali, Selasa malam (29/12).
Meski sudah berusia kepala tujuh, ingatan Saleh masih tajam. Daya ingatnya menerawang menceritakan asal-usul keluarganya. Medio 1930, cerita Saleh, sang ayah meninggalkan rumahnya di Jalan Wonorejo Gg II, Pasar Kembang, Surabaya merantau ke Palembang.
Di Palembang, kakek Kapolda Metro Jaya itu ikut bekerja membangun Ledeng (sekarang Kantor Wali Kota Palembang), kemudian pernah juga ikut membangun Jembatan Pasar Indralaya. Pernah juga ikut membangun terowongan kereta api Gunung Gajah jalur Palembang-Lahat.
Selama merantau dan bekerja sebagai kuli, Muhammad Saleh bin Mualim menikah dengan Amisah binti Husin dari dan dikaruniai tiga orang anak, salah satunya dirinya.
Selanjutnya, kakek Tito ini naik jabatan. Dia ditugasi menjadi mandor Kolonisasi Tugumulyo, salah satu lumbung beras di Musi Rawas, Lubuk Langgau. Sekitar Tahun 1975, Muhammad Saleh meninggal dunia di Kampung Transmigrasi Balitang. "Almarhum ayah saya punya peran membuka transmigrasi di Balitang," kenang Saleh.
Sedangkan Saleh, kemudian menikah dengan Kordiyah di Sumatera Selatan dan dikaruniai empat anak, yaitu Dian Natalisa, M Tito Karnivian, Iwan Dakota dan Viva Argentina.
"Saat dewasa, Tito sekolah di akademi kepolisian dan banyak dari rekan-rekannya bertanya apakah Tito ini Wong Palembang atau asli Jawa. Enggak ada yang salah dari pertanyaan ini. Tito memang lahir di Palembang, tapi kakeknya asli Surabaya, asli orang Jawa," ucapnya.
Karena sudah menjadi orang Palembang, selama 50 tahun silsilah keluarga mereka belum terungkap. Bahkan, ketika kakek Tito wafat di Tahun 1975, Saleh dan keluarganya tidak sempat mengabari keluarga dan kerabatnya di Jawa.
Sudah puluhan tahun, dan di usia senjanya, dia baru bisa menyempatkan diri menemui kerabat ayahnya di Kota Pahlawan. "Tujuan saya untuk menyambung tali silaturahmi keluarga yang lama terputus, serta mencari jejak-jejak keluarga yang lain," aku Saleh.
Saleh mengaku, napak tilas mencari keluarganya tidak hanya terhenti di Surabaya saja. Dia juga menyempatkan diri menemui keluarga ayahnya yang tinggal di Malang. "Dan setelah bertemu dengan keluarga ayah saya di Surabaya dan Malang, saya sudah plong. Niat saya ini murni ingin menunjukkan pada anak-anak saya, kalau mereka punya kerabat di Surabaya."
Setelah napak tilas ke Surabaya dan Malang, Saleh juga mengatakan keinginannya berkunjung ke Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang. Sebab, sebelum hijrah ke Palembang, ayahnya sempat nyantri di pondok yang didirikan KH Hasyim Asyari tersebut. "Dulu ayah saya pernah menimba ilmu agama di sana hingga tingkat Ongko Loro," pungkasnya.
Baca juga:
Kapolsek ini jadi bapak asuh puluhan anak punk Tangerang
Salut, sopir taksi ini kembalikan uang Rp 194 juta milik penumpang
Dono pernah remehkan anaknya, kini Damar jadi calon Doktor di Swiss
Conie pilih berdagang ketimbang jadi 'buruh' bergaji besar
Ini perjuangan putra-putra Dono, jadi yatim piatu hingga sukses
-
Apa yang menjadi ciri khas oleh-oleh dari Surabaya? Sambal Bu Rudy menjadi salah satu ikon oleh-oleh khas Surabaya.
-
Apa saja jenis wisata yang bisa ditemukan di Surabaya? Di kota ini, kita bisa menjelajahi berbagai macam destinasi menarik yang pastinya akan memberikan pengalaman seru.
-
Kapan Kirab Kebo Bule di Surakarta diadakan? Surakarta memiliki tradisi pada perayaan malam 1 Suro atau bisa disebut malam tahun baru Hijriah.
-
Apa saja tempat wisata populer di Surabaya yang bisa dikunjungi untuk merasakan sejarah kota? Tempat wisata di Surabaya yang menyajikan bangunan yang ikonik dan bersejarah adalah kawasan kota tua. Wisata kota tua ini menjadi saksi sejarah perjuangan muda-mudi dalam merebut kemerdekaan.Meskipun bangunan di Kota Tua sudah kuno dan berumur, bangunan ini masih memancarkan kemegahannya yang karismatik.
-
Apa yang istimewa dari Gedung De Javasche Bank di Kota Tua Surabaya? Gedung ini menyimpan banyak sejarah perbankan di Indonesia.
-
Siapa yang berjuang melawan penjajah di Surabaya? Mereka gugur dengan mulia sebagai pahlawan yang ingin mempertahankan tanah air.