Napi di Makassar gantung diri, pihak lapas bantah lalai mengawasi
Kalapas berdalih pengawasan tidak maksimal karena kurangnya personel keamanan.
Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas I, Makassar, Tholib membantah pihaknya lalai melakukan penjagaan dan pengamanan terkait tewasnya Rahmat (28), narapidana kasus pelecehan seksual terhadap anak-anak yang gantung diri menggunakan sarung di dalam sel.
"Saya pikir kita semua ini sudah bekerja maksimal. Hanya saja memang sumber daya manusia kita sangat minim dibandingkan jumlah tahanan, dan napi di sini sebanyak 800 orang sehingga terkadang pendekatan, penjagaan dan pengawasan ada saja yang tidak terjangkau," kata Tholib kepada wartawan, Rabu (27/1).
Lapas Makassar dihuni 800 narapidana. Sedangkan personel keamanan hanya 120 orang. Dari jumlah itu, dibagi empat regu jaga masing-masing delapan orang sehingga saat piket jaga dari delapan orang itu, masing-masing satu orang harus menjaga 100 tahanan atau napi.
Satu petugas pengamanan mengawasi 100 orang itu menurut Tholib sangat tidak logis. Idealnya adalah 1:20 atau satu petugas mengawasi 20 napi.
"Memang kita bekerja dengan kondisi sumber daya manusia (SDM) pas-pasan dengan target tinggi. Dengan kondisi kekurangan petugas pengamanan itu maka bisa dibayangkan kalau kita diserang maka habislah kita," keluh Tholib.
Tholib sudah berkali-kali meminta penambahan personel petugas pengamanan yang merupakan kewenangan KemenPAN, tetapi belum mendapat tanggapan.
Diketahui, Rabu pagi tadi pukul 07.45 Wita Rahmat napi penghuni blok F kamar 13 ditemukan tewas gantung diri. Korban diduga bunuh diri karena stres. Hal ini berdasarkan keterangan rekan korban sesama penghuni lapas, yang menyebutkan korban sering curhan bahwa istrinya selingkuh dan akhirnya nikah lagi.