Nasihat SBY untuk Jokowi soal dolar dan krisis ekonomi
Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika terus merosot dari hari ke hari.
Kondisi ekonomi Indonesia semakin mengkhawatirkan. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika terus merosot dari hari ke hari.
Terakhir, kurs rupiah mencapai Rp 14.110 per dolar Amerika. Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ikut berkomentar terkait kondisi ekonomi yang dihadapi Indonesia saat ini.
"Negara-negara Asia harus sungguh menyadari bahwa perkembangan ekonomi sudah lampu kuning. Cegah jangan sampai merah," tulis SBY dalam akun Facebooknya, dikutip merdeka.com, Rabu (26/8).
SBY yang pernah memimpin 10 tahun pun memberikan beberapa saran dan nasihat kepada pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). SBY pernah memimpin Indonesia selamat dari ancaman krisis moneter tahun 2008 lalu.
Berikut saran SBY kepada pemerintah menghadapi ancaman krisis ekonomi, dihimpun merdeka.com:
-
Apa yang dilakukan Aira Yudhoyono bersama kakeknya, Susilo Bambang Yudhoyono? Mereka menikmati waktu bersama dengan penuh keasyikan, saling memperhatikan berbagai hal di sekitar mereka!
-
Kapan Titiek Soeharto menjenguk Prabowo Subianto? Dalam keterangan unggahan beberapa potret yang dibagikan, terungkap jika momen tersebut berlangsung pada Senin (1/7) kemarin.
-
Apa yang dibicarakan Prabowo dan Jokowi? Saat itu, mereka berdua membahas tentang masa depan bangsa demi mewujudkan Indonesia emas pada tahun 2045.
-
Kenapa Prabowo Subianto dan Jenderal Dudung menggandeng tangan Jenderal Tri Sutrisno? Momen ini terjadi ketika ketiga jenderal tersebut sedang berjalan masuk ke dalam sebuah ruangan atau tempat digelarnya gala dinner seusai mengikuti rangkaian parade senja atau penurunan upacara bendera merah putih.
-
Siapa yang menggugat Presiden Jokowi? Gugatan itu dilayangkan Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) melayangkan gugatan terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
-
Bagaimana Presiden Jokowi mengenalkan Prabowo Subianto sebagai Presiden Terpilih? Menlu Retno mengatakan bahwa Presiden Jokowi dalam setiap kesempatan dan acara selalu mengenalkan Prabowo Subianto selaku calon presiden terpilih.
Ingat selalu faktor contagion effect
SBY mengakui jika ancaman krisis ekonomi tidak hanya terjadi untuk Indonesia. Negara-negara asia pun ikut terdampak.
SBY mengatakan, krisis ini terjadi karena faktor internal dan eksternal. Sehingga hal ini yang juga harus diperhatikan pemerintah.
"Petik pelajaran krisis Asia 98 dan krisis ekonomi global 2008. Ingat selalu ada contagion effect dan faktor eksternal dan internal," kata SBY.
Jangan kehilangan kepercayaan masyarakat
SBY mengingatkan agar pemerintah segera mengambil langkah cepat menghadapi ancaman krisis. Masyarakat Indonesia sudah mulai terdampak dari krisis ini.
SBY berharap pemerintah tidak kehilangan kepercayaan dari masyarakat.
"Saya amati untuk Indonesia masyarakat mulai terdampak. Cegah jangan sampai makin cemas, kehilangan trust dan hidupnya makin susah," kata SBY.
Bentuk manajemen krisis
SBY mendesak agar pemerintah membentuk manajemen krisis. Hal ini penting karena pelaku pasar mulai cemas dengan kondisi ekonomi.
"Menurut saya manajemen krisis harus diberlakukan. Jangan underestimate dan jangan terlambat. Apalagi pasar dan pelaku ekonomi mulai cemas," kata SBY.
Dia yakin pemerintah mampu menghadapi ancaman krisis. Sebab di dalam pemerintah memiliki orang-orang handal yang paham ekonomi.
Butuh kepemimpinan yang direktif dan jelas
SBY meminta pemerintah mengambil pengalaman krisis moneter hebat yang melanda Indonesia tahun 1998 lalu. Begitu pula pengalaman 2008 yang akhirnya selamat dari kehancuran.
"Indonesia memang sering mengalami gejolak. Dalam krisis 98 ekonomi kita jatuh, tetapi dalam krisis global 2008 kita selamat. Ambil pengalamannya," kata SBY.
Dia menjelaskan, Indonesia selamat dari krisis 2008 karena seluruh pemerintahan kompak. Termasuk dunia usaha dan media massa yang bersatu menghadapi krisis kala itu.
"Tahun 2008-2009 dulu kita bisa minimalkan dampak krisis global, karena pemerintah (pusat dan daerah), dunia usaha, BUMN, ekonom dan pimpinan media bersatu," kata SBY.
"Saat ini, yang diperlukan adalah kepemimpinan dengan direktif yang jelas, solusi, kebijakan dan tindakan yang cepat dan tepat, serta dukungan semua pihak," tutup SBY.