NU Marah Besar KH Hasyim Asy'ari Tak Masuk Kamus Sejarah RI Kemendikbud
Ketua Umum Lembaga Pendidikan (LP) Maarif Nahdlatul Ulama, Arifin Junaidi, protes nama KHM. Hasyim Asy'ari tak ada dalam buku Kamus Sejarah RI. Arifin mengungkap, pihaknya telah meminta untuk mencantumkan kembali nama tokoh besarnya ke dalam Kamus Sejarah Indonesia.
Ketua Umum Lembaga Pendidikan (LP) Maarif Nahdlatul Ulama, Arifin Junaidi, protes nama KHM. Hasyim Asy'ari tak ada dalam buku Kamus Sejarah RI. Arifin mengungkap, pihaknya telah meminta untuk mencantumkan kembali nama tokoh besarnya ke dalam Kamus Sejarah Indonesia.
"LP Ma'arif NU juga minta pemerintah untuk menindak keras pelaku penghapusan itu, untuk menghindari kesan bahwa penghapusan itu dilakukan secara sengaja oleh pihak-pihak terkait di pemerintah," kata dia melalui keterangan tertulis diterima, Selasa (20/4).
-
Apa peran NU dan Muhammadiyah dalam sejarah Indonesia? NU dan Muhammadiyah berperan penting dalam sejarah perjalanan negara ini dan berpengaruh besar terhadap perkembangan Islam di Indonesia.
-
Apa bukti sejarah yang menunjukan kebesaran Purnawarman? “Inilah (tanda) sepasang telapak kaki yang seperti kaki Dewa Wisnu (pemelihara) ialah telapak yang mulia sang Purnawarman, raja di negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia”.
-
Kenapa Masjid Nurul Islam Tuo Kayu Jao penting bagi sejarah Islam di Sumatra Barat? Masjid tertua di Sumatra Barat ini menjadi peninggalan dari penyebaran dan peradaban agama Islam.
-
Apa saja dua isu utama yang ditekankan oleh Soeprayogi dalam sejarah nasionalisasi BUMN? Dalam sejarah nasionalisasi BUMN, Soeprayogi menekankan dua isu utama: nasionalisasi perusahaan vital dan kategorisasi perusahaan Belanda.
-
Kenapa NU dan Muhammadiyah berdiri di Indonesia? NU atau Nahdlatul Ulama, didirikan oleh ulama Ahlussunnah wal Jamaah di Surabaya pada 31 Januari 1926. Organisasi ini lahir sebagai respons terhadap kolonialisme Belanda yang berusaha mengendalikan pendidikan Islam dan menyebarkan agama Kristen di Indonesia. Para pendiri NU berkomitmen untuk mempertahankan ajaran Islam yang warisan nenek moyang mereka, dan melawan pengaruh kolonialisme dengan memperkuat pendidikan Islam dan pemahaman yang sesuai dengan madzhab ahlusunnah wal jemaah. Sementara itu, Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada 18 November 1912. Latar belakang berdirinya Muhammadiyah untuk menyadarkan umat Islam akan pentingnya pembaruan dan kemajuan dalam menjalankan agama mereka. Ahmad Dahlan ingin memberikan pendidikan dan kesejahteraan kepada umat Muslim yang lebih baik melalui organisasi ini. Dia menekankan pentingnya pendidikan Islam yang berkualitas dan pengabdian kepada masyarakat, serta menolak adat-istiadat atau praktik-praktik yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam.
-
Apa yang diklaim sebagai informasi palsu yang beredar tentang Bank Syariah Indonesia? Beredar sebuah surat berisi pengumuman diklaim berasal Bank Syariah Indonesia (BSI) yang mengubah tarif transfer antarbank dari menjadi Rp150.000 per bulan.
Selain itu, lanjut dia, LP Ma'arif NU sangat menyayangkan dan menyesalkan hilangnya nama tokoh besar NU tersebut.
"Itu merupakan upaya sistematis pengaburan sejarah bangsa dan lebih jauh lagi upaya pengaburan akar bangsa kita," kata Arifin.
Arifin menilai, penjelasan Dirjen Kebudayaan bahwa naskah Kamus Sejarah itu disusun pada tahun 2017 menunjukkan adanya upaya sistematis dan terstruktur untuk menghilangkan jasanya bagi Republik Indonesia.
Dia menambahkan, tidaklah logis argumen bahwa tim penulis lupa atau belum memasukkan nama KHM. Hasyim Asy'ari yang jasanya sangat besar untuk bangsa dan negara.
"Jadi ini merupakan upaya untuk menafikan peran KHM. Hasyim Asy'ari pada khususnya dan jam'iyah NU pada umumnya dalam sejarah pergerakan, eksistensi dan pembangunan bangsa," tegas dia.
Diduga Upaya Mengeliminasi NU
Penghapusan tersebut, lanjut Arifin, juga bisa diartikan sebagai upaya mengeleminasi NU dari partisipasi dan kontribusi NU dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di masa yang akan datang.
"Jadi ini upaya sekelompok kecil orang melakukan penghapusan itu menunjukkan ada segelintir orang yang ingin mencitrakan bahwa kita bangsa yang kerdil, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai para pahlawannya," kata dia.
Sementara itu, Sementara itu, Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid menegaskan pihaknya tidak pernah mengeluarkan secara resmi buku Kamus Sejarah Indonesia Jilid I. Dia menjelaskan buku tersebut diedarkan kepada masyarakat merupakan bentuk salinan lunak yang masih dalam tahap penyempurnaan.
"Buku Kamus Sejarah Indonesia Jilid I tidak pernah diterbitkan secara resmi. Dokumen tidak resmi yang sengaja diedarkan di masyarakat oleh kalangan tertentu merupakan salinan lunak (softcopy) naskah yang masih perlu penyempurnaan. Naskah tersebut tidak pernah kami cetak dan edarkan kepada masyarakat," kata Hilmar dikutip dalam laman kemdikbud.go.id, Selasa (20/4).
Dia menjelaskan naskah buku tersebut disusun pada 2017, sebelum kepemimpinan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makariem. Hilmar juga menuturkan hingga saat ini belum ada rencana penerbitan naskah tersebut.
"Selama periode kepemimpinan Mendikbud Nadiem Anwar Makarim, kegiatan penyempurnaan belum dilakukan dan belum ada rencana penerbitan naskah tersebut," bebernya.
Dia menambahkan, Kemendikbud tidak pernah mengesampingkan sejarah bangsa. Terlebih kata dia sosok para tokoh. Dia menjelaskan Kemendikbud selalu berefleksi pada sejarah bangsa dan tokoh-tokoh yang membangun Indonesia termasuk Hadratus Syech Hasyim Asy’ari dalam mengambil kebijakan di bidang pendidikan dan kebudayaan.
"Saya ingin menegaskan sekali lagi bahwa tidak mungkin Kemendikbud mengesampingkan sejarah bangsa ini, apalagi para tokoh dan para penerusnya," ungkapnya.
Reporter: Muhammad Radityo
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
PAN soal Kamus Sejarah RI: Menteri Nadiem Makin Ngawur
KH Hasyim Asy'ari Tak Ada di Kamus Sejarah RI, Muhammadiyah Harap Bukan Disengaja
Tak Ada KH Hasyim Asy'ari di Kamus Sejarah RI, Kemendikbud Sebut Masih Penyempurnaan
PKS Nilai Hilangnya KH Hasyim Asy'ari dalam Kamus Sejarah RI Bentuk Pengkhianatan
DPR: Tak Ada KH Hasyim Asyarie, Kamus Sejarah RI Malah Singgung Tokoh Belanda