Orangtua bongkar makam Gabriella, bocah tenggelam di sekolah mewah
Jasad bocah malang ini bakal diautopsi untuk mengungkap kebohongan sekolahnya.
Nasib proses hukum karena ketidakmampuan sekolah untuk menyelamatkan nyawa gadis cilik Gabriella Sheryl Howard (8) berangsur tak jelas. Bahkan tak segan pihak sekolah sempat menutupi kecelakaan tersebut dari kedua orangtuanya.
Geram dengan proses hukum yang tak kunjung terang, keluarga korban dibantu pengacara hari ini Kamis (14/4) akan membongkar makam Gabriella. Penyelidikan kondisi tubuh korban melalui autopsi tersebut akan digelar oleh tim dokter forensik Rumah Sakit Polisi RS Bayangkara Said Sukanto.
"Tersangka dari pihak sekolah atas kematian tersebut telah lama ditetapkan oleh Polisi. Akan tetapi penyidikan menggantung lama. Setelah dikubur kurang lebih tujuh setengah bulan, akhirnya penyidik dengan tim dokter Rumah Sakit Polisi RS Bayangkara Said Sukanto akan menggali kuburan untuk melakukan autopsi untuk melengkapi berkas perkara. Kenapa terlalu terlambat dilakukan autopsi? Apakah konglomeratnya terlalu kuat?" kata pengacara keluarga korban, Hotman Paris Hutapea kepada Merdeka.com, Rabu (13/4).
Dihubungi secara terpisah, ayah korban Asip (45) menjelaskan besok pembongkaran makam akan dilakukan di Garden Of Prosperity & Joy, Mansion Diamond, Suite C19 No. 2, San Diego Hills Memorial Park, Karawang Barat 2, Kilometer 46. Dalam autopsi ini untuk pembuktian jika korban meninggal karena tenggelam dan kelalaian pihak sekolah.
"Harus dilengkapi alat bukti itu dan kesaksian ahli makanya harus diautpoisi. Saya dibilangi polisi, harus autopsi. Yang paling valid di paru-paru kalau orang mati tenggelam. Sumsum tulangnya akan dicek," ujar Asip saat dihubungi merdeka.com, Rabu (13/4).
Asip menuturkan bahwa peristiwa nahas tersebut terjadi ketika tes wajib renang kelas 3 SD dari sekolahannya. Gabriella meluncur ke dalam kolam renang karena bergegas membantu temannya berinisial T yang hampir tenggelam. Namun ternyata Gabriella berniat menolong hanya berdasarkan empati meski dia sendiri ternyata tak bisa berenang.
Pada akhirnya kedua gadis kecil tersebut sempat tenggelam beberapa saat. Sedangkan rekan mereka hanya berhasil menarik T ke tepi kolam, sementara Gabriella dibiarkan tenggelam.
Sedangkan pendamping mereka yaitu guru olah raga spesialis sepak bola berinisial R hanya mengabaikan kejadian tersebut. Namun atas kesalahan metode dan lambatnya pertolongan pertama, nyawa GWS tak terselamatkan.
"Anak saya sudah keluar darah dari mulut, hidung, dan telinga. (Oleh guru olahraga) dihajar dada anak saya. Sampai ada tiga tekanan jari di dada anak saya. Dia bisa cacat seumur hidup. Padahal penanganan kan enggak sama dengan orang dewasa," tuturnya.
Dua hari setelahnya keluarga korban baru menyadari jika Gabriella diperlakukan semaunya oleh pihak sekolah. Hal tersebut berdasarkan penuturan gadis yang selamat saat tenggelam bersama Gabriella. Sedangkan pihak sekolah enggan transparan.
"Kedalaman kolam renang 160 centimeter, mereka (pihak sekolahan) ngakunya 140 centimeter. Waktu rekonstruksi kata penyidik ternyata 160 centimeter flat. Tinggi anak saya 135 centimeter. Anak kami dituduh epilepsi, padahal enggak ada anak saya epilepsi," ujarnya.
Keluarga korban geram pihak sekolah seolah menganggap masalah enteng terenggutnya nyawa Gabriella. Pihak sekolah mengaku kejadian tersebut hanyalah bencana semata bukan sebuah kelalaian.
"Mereka berkoar-koar menyerang kami. Apakah pantas anak manusia dikasih hadiah kuburan dan rumah duka dianggap sudah mengganti kompensasi kerugian. Sampai hari ini guru olahraganya tidak pernah datang. Pemilik sekolah tidak pernah minta maaf ke kami. Anak kita sehat bugar mati dibilang sakit. Kita kan hidupin anak setengah mati. Tahu-tahu anak kami dibalikin bersama peti jenazah," pungkasnya.
Baca juga:
Membuntuti sang kakak, balita hilang diduga terbawa arus got
Jasad santri tenggelam ditemukan mengapung di Sungai Ciujung
Berenang di Sungai Pemali Brebes, siswa SMP hilang terseret arus
Mahasiswa BSI hilang tenggelam di Curug Ratu
Orang tua berulang kali pingsan saat tahu anaknya tewas di parit
-
Di mana desa Tegal Wangi terletak? Desa Tegal Wangi di Jimbaran, Badung, Bali, kini menjadi hidden gem yang menawarkan keindahan pantai dengan suasana tenang.
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Di mana letak Tenggarong? Tenggarong merupakan salah satu wilayah yang menjadi ibu kota dari Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
-
Kapan Desa Panggungharjo dibentuk? Desa Panggungharjo dibentuk berdasarkan maklumat monarki Yogyakarta tahun 1946 yang mengatur tentang tata kalurahan saat itu.
-
Kenapa Pavlopetri tenggelam? Penyebab tenggelamnya Pavlopetri masih belum diketahui. Meskipun demikian, beberapa ahli meyakini kota itu mungkin tenggelam akibat gempa bumi yang terjadi sekitar tahun 1000 SM atau 375 M.
-
Kapan trem di Jakarta dihentikan? Operasional trem kemudian dihentikan pada 1959.