Orangutan Kalimantan mati ditembus 100 peluru, telapak kaki kiri hilang
Dari hasil rontgen, meski belum dihitung total, sementara ada lebih 100 peluru senapan angin. Sekitar 74 butir diantaranya, ada di kepala. Dari fisik luar juga, ada beberapa luka dan kaki kiri, bagian telapaknya, sudah tidak ada.
Kasus penganiayaan satwa primata kembali terjadi. Anak Orangutan Kalimantan Timur (Pongo Pygmaeus Morio) yang ditemukan di area Balai Taman Nasional Kutai (TNK), akhirnya mati mengenaskan. Ditemukan sebanyak 100 peluru bersarang di kepala dan badannya. Tidak hanya itu, telapak kaki kirinya juga hilang. Diduga ditebas senjata tajam.
Orangutan itu pertama kali ditemukan warga, seperti merintih kesakitan, Sabtu (3/2) di sebuah danau kecil area hutan TNK. Temuan itu, langsung dilaporkan ke petugas Balai TNK.
-
Kenapa orangutan induk itu diduga sakit? "Jadi, induk Orangutan yang kita amankan dan selamatkan ini, kecurigaannya punya penyakit," Ari menambahkan.
-
Bagaimana orangutan menunjukkan kecerdasannya? Para peneliti mengamati bagaimana orangutan dengan cekatan menggunakan alat improvisasi dari lingkungan sekitarnya dan membangun struktur serupa untuk mendapatkan perlindungan dari hujan. Tingkat adaptasi dan pemahaman 'mengapa' ini menjadi sorotan unik dari kecerdasan orangutan.
-
Bagaimana cara tim di lapangan mengevakuasi induk Orangutan? "Tim di lapangan berhasil evakuasi induknya hari Sabtu sekitar jam 9 pagi. Tapi anaknya, saat tim mengevakuasi, memisahkan diri dari induknya dan masuk cepat ke dalam hutan," kata Kepala BKSDA Kalimantan Timur, Ari Wibawanto, dikonfirmasi merdeka.com, Senin (25/9).
-
Kapan Hari Tapir Sedunia diperingati? Tahukah Anda, tanggal 27 April diperingati sebagai Hari Tapir Sedunia? Ya, sejak tahun 2008 lalu, setiap tanggal 27 April menjadi momentum peringatan tersebut.
-
Kapan garis keturunan Gigantopithecus terpisah dari orangutan? Garis keturunan kera besar diketahui berpisah dari sepupunya itu sekitar 12 juta-10 juta tahun lalu, kata peneliti.
-
Apa tujuan utama dari program "Rumah Untuk Orangutan" di Kabupaten Sintang? Program yang berlangsung di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat ini dirancang untuk mengatasi tantangan yang dihadapi orangutan dan habitatnya melalui pendidikan dan reboisasi.
"Balai TNK kemudian berkoordinasi ke COP pada hari Minggu (4/2), sehari setelah ditemukan. Tim kami, Senin (5/2) tiba di Bontang, karena Orangutan itu dibawa ke kantor balai TNK di Bontang," kata Manajer Perlindungan Habitat Center for Orangutan Protection (COP) Ramadhani, dikonfirmasi merdeka.com, Selasa (6/2) malam.
Saat dibawa, kondisi kesehatan orangutan jantan yang diperkirakan berusia 5-7 tahun itu tidak dalam kondisi baik. "Kondisinya sampai Senin (5/2) sore kemarin, tidak bagus. Dini hari tadi jam 1.55 mati," ujar Ramadhani.
COP bergerak cepat mencari lokasi yang memadai untuk melakukan rontgen dan juga keperluan autopsi. Hingga akhirnya mendapat tempat di RS Pupuk Kalimantan Timur di Bontang.
"Tapi dari hasil rontgen kami, meski belum dihitung total, sementara ada lebih 100 peluru senapan angin. Sekitar 74 butir diantaranya, ada di kepala," ujar Ramadhani.
Tim COP menargetkan proses autopsi, bisa dirampungkan menjelang pagi nanti di RS PKT Bontang. "Dari fisik luar juga, ada beberapa luka dan kaki kiri, bagian telapaknya, sudah tidak ada," sebut Ramadhani.
Pihaknya langsung berkoordinasi dengan Polres Bontan. Sebab, sudah banyak kasus pembunuhan orangutan dengan cara menembaknya menggunakan senapan angin dan menebas kepala.
"Kita juga sudah koordinasi dengan Bareskrim Polri, karena yang di Kalteng tempo hari, terungkap dengan kerjasama Bareskrim. Kita tunggu kepolisian Bontang, mengungkap kasus ini," sebut Ramadhani.
Malam ini, tim gabungan dari identifikasi Polres Bontang, dokter hewan dari Dinas Peternakan Kota Bontang dan juga dokter hewan COP, akan menyelesaikan proses autopsi di RS PKT.
"Lidah orangutan jantan ini juga bengkak. Ini sama sadisnya dengan kejadian di Kalteng, menggunakan peluru senapan angin. Kita akan tunggu hasil tim yang bekerja," katanya.
(mdk/noe)