Pakar Sebut Ribuan Orang Meninggal saat Isoman Jadi Gambaran Risiko di Masyarakat
Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra mengamini bila data tersebut menunjukkan tingkat kerentanan kesehatan pasien isoman sangat tinggi.
Sebanyak 2.313 orang meninggal dunia saat menjalani isolasi mandiri berdasarkan data dari Komunitas LaporCovid-19. Jumlah tersebut tercatat sejak awal Juni sampai 22 Juli 2021.
Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra mengamini bila data tersebut menunjukkan tingkat kerentanan kesehatan pasien isoman sangat tinggi. Sebab, para pasien isolasi mandiri cenderung berada di luar jangkauan pemerintah.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Bagaimana virus Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia? Kasus ini terungkap setelah NT melakukan kontak dekat dengan warga negara Jepang yang juga positif Covid-19 saat diperiksa di Malaysia pada malam Valentine, 14 Februari 2020.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Bagaimana cara mencegah Covid Pirola? CDC menyarankan masyarakat untuk melindungi diri dari virus ini karena masih belum jelas tentang seberapa pesat varian ini dapat menyebar. Untuk itu, sebagai tindakan pencegahan masyarakat diminta untuk melakukan hal berikut:• Dapatkan vaksin Covid-19.• Jalani tes Covid.• Cari pengobatan jika Anda mengidap Covid-19 dan berisiko tinggi sakit parah• Jika Anda memilih untuk memakai masker, kenakan masker berkualitas tinggi yang pas di hidung dan mulut.• Tingkatkan ventilasi udara.• Selalu mencuci tangan usai beraktivitas.
-
Apa itu virus? Virus adalah mikroorganisme yang sangat kecil dan tidak memiliki sel. Virus merupakan parasit intraseluler obligat yang hanya dapat hidup dan berkembang biak di dalam sel organisme biologis.
"Maka yang isolasi mandiri, ini terlihat di luar radar atau jangkauan pemerintah," kata Hermawan ketika dihubungi merdeka.com, Kamis (22/7).
"Tetapi bagusnya dari data LaporCovid ini sebenarnya memberikan gambaran seberapa parah risiko yang di lapangan, di pemukiman, di tempat tinggal masing-masing. Penyakit ini memang membunuh dan menyakitkan," tuturnya.
Dia juga menilai data tersebut pasti akan dipertanyakan oleh pemerintah. Meskipun, bisa menjadi gambaran kondisi masyarakat yang menjalani isolasi di rumah.
"Jadi indikasi ini harus dilihat sebagai gambaran risiko di masyarakat. Sehingga upaya yang dilakukan tidak biasa-biasa saja, karena kondisi juga tidak biasa-biasa saja. Itu yang kita sikapi, karena metodenya berbeda dengan pemerintah," tambahnya.
Namun demikian, Hermawan mengungkap jika pelacakan terhadap pasien-pasien yang menjalani isolasi mandiri cukup rumit. Karena banyak dari mereka yang tidak terdeteksi melalui skema dari tracing dari pemerintah.
"Karena banyak yang tidak melaporkan atau yang tidak terkonfirmasi dengan upaya pemerintah. Tetapi lebih banyak yang mandiri, kemudian testing mandiri (swab antigen). Kemudian isolasi mandiri dan pada akhirnya yang meninggal pun boleh jadi banyak yang tidak terlaporkan," bebernya.
"Sebenarnya kalau diagnosa PCR, orang yang terkonfirmasi PCR kan pasti terdaftar di Kementerian hampir semua. Walau tidak semua, tapi sekitar 80-90 persen itu di laboratorium itu terdaftar. Sehingga kalau orang terkonfirmasi positif terdata di pemerintah," tambahnya.
Meski demikian, Hermawan menilai kehadiran rapid antigen di pasaran berdampak pada hasil data warga terpapar Covid-19 menjadi tidak akurat. Sebab banyak dari masyarakat yang usai dinyatakan reaktif melalui swab test antigen, tidak dilanjutkan melakukan swab test PCR yang menjadi pendataan setiap kasus Covid-19.
"Di sisi lain banyak sekali rapid swab antigen yang dilakukan secara mandiri. Bahkan oleh masing-masing individu dibeli alatnya karena caranya simpel, alatnya simpel. Dari situ dijadikan perorangan terkadang mengklaim dirinya terpapar atau tidak dan lakukan isoman," tuturnya.
"Nah ini memang plus minusnya terjadi, plusnya orang cepat mengkonfirmasi apakah dirinya perlu perawatan atau tidak, isoman atau tidak. Tetapi di sisi lain, karena tidak terdata sehingga dianggap bukan bagian dari temuan kasus yang ditemukan dari pemerintah sendiri. Padahal ini berisiko," lanjutnya.
Paparan Data LaporCovid
Sebelumnya, Komunitas LaporCovid-19 menyatakan 2.313 jiwa meninggal saat melakukan isolasi mandiri. Data analyst LaporCovid-19, Said Fariz Hibban mengatakan, angka rekapitulasi kematian di luar rumah sakit berasal dari hasil pendataan dari seluruh provinsi di Indonesia. Terbanyak, angka kematian saat isolasi mandiri berasal dari Jakarta sebanyak 1.161 jiwa.
"Baru hari ini saya dapat data dari teman-teman DKI, angkanya rentang awal Juni sampai 21 Juli kemarin sebanyak 1.161 orang," ucap Said.
Dalam pemaparannya, Said menunjukan sebuah grafik catatan laporan kematian pasien terkonfirmasi ataupun berstatus suspek Covid-19, dengan angka tertinggi terjadi pada 29-30 Juni dan 13-14 Juli.
Pada periode 29 sebanyak 42 orang meninggal, sementara pada 30 Juni sebanyak 50 orang meninggal dunia. Sedangkan untuk kematian pada 13-14 Juli sebanyak 42 orang.
Jika sebelumnya catatan LaporCovid-19, provinsi dengan rekam kematian saat isolasi mandiri di luar fasilitas kesehatan, cukup tinggi ada di Jawa Barat. Saat ini, angka tertinggi kematian saat isolasi mandiri terjadi di Jakarta.
"Sebelumnya Jawa Barat mendominasi kasus kematian saat isolasi mandiri, sekarang posisinya digantikan oleh Provinsi Jakarta," ucapnya.
Saat memaparkan data-data, Said meyakini jumlah tersebut tentu belum mewakili kondisi sesungguhnya di komunitas, karena tidak semua orang melaporkannya ke LaporCovid-19, media sosial, atau diberitakan media massa.
"Kami mengkhawatirkan, hal ini merupakan fenomena puncak gunung es dan harus segera diantisipasi untuk mencegah semakin banyaknya korban jiwa di luar fasilitas kesehatan," tandasnya.
Dia juga menyarankan, selain memperkuat fasilitas kesehatan dan sumber daya tenaga kesehatan, harus ada pembatasan mobilitas secara ketat untuk mencegah terus melonjaknya laju penularan kasus yang akan meningkatkan risiko kematian.
Baca juga:
Wapres Minta Jabar Kerja Keras Turunkan Mobilisasi Publik saat PPKM
KRI dr Soeharso Akan Bantu Pasok Oksigen untuk Pasien Covid-19
Satgas Covid-19 Sebut Perjalanan Antardaerah Masih Dibatasi
RS Darurat GOR Gelora Bung Tomo Surabaya Mulai Beroperasi Jumat Besok
Kadin Kesehatan Stok Vaksin Covid-19 di NTB Habis