Pelajar Terduga Teroris di Batu Terpapar Radikalisme di Medsos, Sudah Beli Bahan Peledak untuk Bom Bunuh Diri
Tim Densus 88 Polri sedang mengusut proses rekrutmen jaringan terorisme melalui media sosial.
Tim Densus 88 Antiteror Polri mendalami proses rekrutmen jaringan terorisme melalui media sosial. Tim Densus 88 Polri mengusut proses rekrutmen dilakukan jaringan teroris menyusul penangkapan remaja berinisial HOK, yang diduga terafiliasi kelompok teroris karena memiliki semangat paham radikal hasil interaksi grup di media sosial.
"Nah ini memang kita sedang dalami bagaimana proses rekrutmen yang bersangkutan dilakukan di dalam grup-grup tersebut, sampai dengan muncul keinginan yang bersangkutan untuk melakukan penyerangan terhadap tempat ibadah agama lain yang dianggap kafir di dalam ajaran atau di dalam paham yang dia pelajari tersebut," kata Kabag Renim Densus 88 Antiteror Polri Brigjen Aswin Siregar di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (5/8).
- Pelajar Tersangka Teroris di Malang Tertutup pada Keluarga dan Kerap Jadi Korban Bully di Sekolah
- Tak Terlibat, Orang Tua Terduga Teroris Remaja di Malang Dipulangkan Densus 88
- Densus 88 Ungkap Remaja Tersangka Terorisme di Batu Malang Belajar Rakit Bom dari Internet
- Pelajar Terduga Teroris Ditangkap di Batu Diduga Terafiliasi Jaringan ISIS
Aswin menyebut, propaganda paham radikalisme dan terorisme di media sosial nyatanya dapat membawa seseorang ke arah yang salah dalam waktu singkat. Hal itu seperti yang terjadi pada terduga teroris HOK.
“Nah profiling ini kami anggap penting, dari tim Densus 88 menginginkan hal ini disampaikan kepada masyarakat semua, bahwa keterlibatan yang bersangkutan di dalam tindak pidana terorisme ini dipicu interaksi dari media sosial, kemudian pengawasan juga yang kurang dari pihak keluarga terhadap yang bersangkutan sehingga memicu atau peluang yang besar terhadap yang bersangkutan untuk terlibat dalam sebuah tindak pidana terorisme,” ujar Aswin.
Aswin menjelaskan, HOK diduga mulai mempelajari paham radikal ISIS pada November 2023. Memasuki April atau Mei 2024, HOK sudah masuk dalam tahap membeli bahan peledak untuk merakit bom.
"Sehingga baru kemarin kita sama-sama lihat bahwa sebuah proses ya terjadi terhadap seorang remaja, dari mulai mendapatkan informasi salah tersebut, sampai dengan terpapar dan termotivasi untuk melakukan bom bunuh diri. Semuanya hanya dalam kurun waktu kurang lebih enam hingga tujuh bulan saja," tandas Aswin.