Pelaku mutilasi sadis di Klungkung ternyata pacar korban
Pelaku merupakan sopir di Kantor Pengadilan Agama Klungkung.
Kasus mutilasi di Kabupaten Klungkung, Bali, dilatarbelakangi hubungan asmara antara pelaku dan korban yang terjalin sejak lama.
"Antara korban dan pelaku memang punya hubungan asmara," kata Kepala Kepolisian Daerah Bali Inspektur Jenderal Benny Mokalu saat memberikan keterangan pers di Mapolres Klungkung di Semarapura, Senin (23/6).
Seperti diberitakan Antara, tim penyelidikan dan penyidik kepolisian butuh waktu sepekan mengungkap kasus setelah penemuan potongan tubuh korban di Jalan Raya Bukit Jambul, Kabupaten Klungkung, dan Desa Gambelan, Kabupaten Karangasem, Selasa (17/6).
Di bawah komando Wakil Kepala Polda Bali I Brigadir Jenderal I Gusti Ngurah Raharja Subiyakta, polisi membutuhkan waktu sepekan menangkap pelaku bernama Fikri (26) alias Ekik yang tinggal di Banjar Lebah, Desa Semarapura Kelod Kangin, Kabupaten Klungkung.
Fikri ditangkap petugas di Jalan Darmawangsa, Semarapura, Minggu (22/6) sekitar pukul 19.30 Wita. Sopir di kantor Pengadilan Agama Klungkung itu sempat mengelak melakukan perbuatan sadis terhadap pacarnya, Diana Sari asal Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat.
Kemudian korban mengaku membunuh pacarnya di rumah korban di Jalan Kenyeri IX, Semarapura, Senin (16/6) sekitar pukul 10.30 Wita. "Kasus ini 80 persen sudah terungkap. Lebih lanjut tim masih melakukan tes DNA apa benar korbannya adalah yang dimaksud," ujar Kapolda.
Polisi juga masih mendalami kemungkinan korban dalam kondisi hamil karena pada potongan tubuh korban lainnya yang ditemukan di Jalan Merak, Semarapura, Senin siang, terdapat janin.
"Pengakuan pelaku sempat berubah-ubah. Masih kami dalami terus," kata Kepala Polres Klungkung Ajun Komisaris Besar Ni Wayan Sri Yudatni Wirawati kepada pers.
Ia juga tidak memberikan keterangan secara detail karena tindakan pelaku sangat sadis dan dikhawatirkan menimbulkan keresahan kepada masyarakat. "Yang jelas pelaku sudah mengakui memutilasi korbannya," ujarnya.
Pemotongan tubuh korban dilakukan secara bertahap. "Begitu capek dia keluar sambil merokok dan sempat mengobrol dengan buruh bangunan yang bekerja di depan kosnya," kata Wirawati.
Usai memotong-motong bagian tubuh korban, pelaku langsung membuangnya ke berbagai tempat. "Dari pengakuannya ada 13 tempat pembuangan potongan tubuh tersebut. Namun setelah ditindaklanjuti di beberapa tempat tidak ditemukan potongan," ujarnya.
Kapolda dan jajarannya sempat mendatangi rumah kos korban yang menjadi tempat pembantaian dan lokasi penemuan potongan tubuh korban.