Pembunuhan Angeline diduga didasari harta warisan dari bule Jerman
Saat suami Margareta meninggal, usia Angeline baru 5 tahun, namun Angeline justru mendapat warisan 60 persen.
Amidah kini hanya bisa menyesal. Anak kandungnya, Angeline yang begitu manis harus meregang nyawa dengan cara yang sangat tidak manusiawi. Amidah pun menceritakan awal mula mengapa anaknya yang ketiga itu bisa diadopsi oleh Margareta.
Amidah mengaku dirinya menikah siri dengan Rusidin seorang buruh bangunan. Lantaran ekonomi susah dan belum lagi memikirkan biaya persalinan, mereka direkomendasi mandor suaminya bernama Pendi untuk diperkenalkan kepada seorang bule beristrikan Margareta.
Sepengetahuannya, saat itu Margareta menikah dengan bule beranak satu. Dari bule tersebut lahirlah Kristin anak kandung Margaretha. Amidah dan suaminya lalu sepakat bila anaknya lahir akan diadopsi oleh Margareta dan suaminya.
"Untuk tidur saja kami dulu di tikar, makanya saya relakan anak saya diadopsi sama bule itu untuk masa depannya," aku Amidah sambil mengusap air matanya, di RSUP Sanglah, Denpasar, Rabu (10/6).
Katanya semenjak itu dirinya tidak pernah mendengar kabar seperti apa kondisi anaknya dan baru tahu kalau anaknya yang manis itu hilang. "Saya baru tahu anak saya cantik justru setelah anak saya hilang," akunya.
Informasi yang berkembang, kalau Angelina kerap mendapat penyiksaan setelah suami Margareta yang kabarnya asal Jerman meninggal. Saat suami Margareta meninggal, usia Angeline baru 5 tahun. Namun Angeline justru mendapat warisan 60 persen dari harta peninggalan suami Margareta.
"Sejak anak kami Angelina diserahkan ke bule itu, saya pisah dengan suami saya. Dan saya memilih kawin lagi secara sah di Banyuwangi," aku Amidah.
Saat ini dirinya tinggal di Jimbaran Kuta Selatan dan ayah kandung Angelina bernama Rusidin tinggal di Sanggalangit, Tembau Denpasar Timur.