Peneliti: Pencari batu akik rusak situs prasejarah di Papua
Penggalian liar yang dilakukan mengakibatkan kerusakan lingkungan, seperti tanah longsor.
Fenomena batu akik kian marak tersebar di pelbagai daerah di Indonesia, sebab batu yang biasanya jadi hiasan cincin ini bisa dengan mudah dibuat. Namun untuk mendapatkan bahan batu akik, masyarakat terkadang tidak memedulikan keadaan alam sekitar.
Peneliti dari Balai Arkeologi Jayapura, Hari Suroto menduga pencari batu akik telah merambah Bukit Srobu yang terletak di Distrik Abepura, Jayapura. Hal ini dinilai berpotensi merusak situs prasejarah yang ada di tempat itu.
"Pencari batu akik telah merambah situs prasejarah Bukit atau Gunung Srobu. Berdasarkan laporan yang kami terima, mereka (pencari batu akik) melakukan penggalian liar sehingga merusak situs," kata Hari, di Kota Jayapura, Papua, dilansir Antara, Selasa (2/6).
Menurut Hari, selain mencari batu alam warna ungu yang dikenal dengan istilah batu lavender, mereka juga mengambil artefak alat batu berwarna ungu. Akibatnya, penggalian liar yang dilakukan mengakibatkan kerusakan lingkungan, seperti tanah longsor.
"Penggalian liar yang dilakukan di lereng dan puncak bukit itu, telah menyebabkan data arkeologi yang ada di situs rusak, juga bisa mengakibatkan kerusakan lingkungan yaitu tanah longsor," imbuh Hari.
Selain batu akik, situs Gunung Srobu ini juga terancam keselamatannya akibat ulah para pencari cangkang kerang laut. Alumnus Universitas Udayan Bali itu menjelaskan cangkang kerang laut tersebut digunakan sebagai bahan pembuatan kapur untuk makan pinang.
Oleh karena itu, Hari mengimbau agar pemerintah setempat memasang papan peringatan bahwa situs tersebut dilindungi oleh Undang-Undang Cagar Budaya nomor 11 tahun 2010. Selain itu, perlu adanya sosialisasi UU tersebut pada masyarakat sekitar, agar mereka tidak merusak alam.
Sementara itu, Kepala Kelurahan Abepantai, Jayapura, Rina Imelda Tjoe melakukan pengecekan atas informasi mengenai sejumlah toko dan pasar yang diduga menjual batu akik dari Gunung Srobu.
"Setahu saya hal itu tidak ada. Tapi ini kan informasi jadi harus dicek lagi, jangan sampai benar terjadi. Tapi kalau warga yang mencari kerang untuk dibuat jadi kapur sebagai bagian dari makan pinang, memang hal itu sudah lama terjadi," ujar Rina.
Rina mengimbau kepada semua pihak dan warga sekitar agar menjaga kelestarian Gunung Srobu yang akan didorong menjadi laboratorium raksasa untuk tempat penelitian dan destinasi wisata Kota Jayapura.