Arkeolog Temukan Cincin Emas Berhias Batu Mulia Berusia 2.300 Tahun, Masih Utuh dan Tak Berkarat
Cincin ini berukuran kecil dan disebut milik seorang bocah dari periode Helenistik.
Cincin ini berukuran kecil dan disebut milik seorang bocah dari periode Helenistik.
-
Dimana artefak emas tertua ditemukan? Manik-manik ini ditemukan di sebuah permukiman prasejarah di Bulgaria, berasal dari sekitar tahun 4500 sampai 4600 SM.
-
Dimana arkeolog menemukan koin emas? Arkeolog di Bulgaria menemukan lima koin emas saat menggali di desa Debnevo, di wilayah utara negara tersebut.
-
Di mana koin emas kuno ditemukan? Harta karun ini ditemukan di kota kuno Notion, Turki barat.
-
Apa jenis koin emas kuno yang ditemukan? Koin-koin tersebut diidentifikasi sebagai daric, sejenis koin emas yang dikeluarkan oleh Kerajaan Persia.
-
Di mana artefak kuno ini ditemukan? Pada tahun 1990 hingga 2000 batu-batu pipih dengan sudut runcing ditemukan di Kastil Iwatsuki dan markas administrasi Owada jin’ya di Saitama, Jepang.
-
Dimana artefak kuno ini ditemukan? Artefak kuno ini ditemukan di selatan Aswan, terletak di daerah yang dilanda banjir karena pembangunan Bendungan Tinggi Aswan antara tahun 1960 dan 1970.
Arkeolog Temukan Cincin Emas Berhias Batu Mulia Berusia 2.300 Tahun, Masih Utuh dan Tak Berkarat
Para arkeolog menemukan cincin emas berusia 2.300 tahun berhias batu mulia di Kota Daud, Yerusalem, Palestina. Cincin ini dibuat pada periode Helenistik dan milik seorang bocah.
Badan Kepurbakalaan Israel (IAA) dan Universitas Tel Aviv bekerja sama dalam penggalian tersebut. Penggalian ini merupakan bagian dari proyek Taman Nasional Tembok Yerusalem, dengan dukungan dari Elad Foundation.
“Ini adalah temuan unik dan sangat mengharukan; bukan sesuatu yang kami temukan setiap hari,” kata tim arkeologi kepada Jerusalem Post.
Batu mulia berwarna merah itu rupanya adalah mirah delima, dan emasnya halus dan sangat terawat.
Cincin tersebut juga tidak berkarat dan lapuk.
Dikutip dari Greek Reporter, cincin emas tersebut baru-baru ini ditemukan Tehiya Gangate, seorang arkeolog Kota Daud dan anggota tim penggalian ketika mereka sedang menyaring tanah melalui layar dan menemukan sesuatu yang berkilauan yang menarik perhatian.
“Saya langsung berteriak, 'Saya menemukan cincin, saya menemukan cincin!' Dalam hitungan detik, semua orang berkumpul di sekeliling saya, dan terjadilah kegembiraan yang luar biasa. Ini adalah temuan yang mengharukan secara emosional. Saya selalu ingin menemukan perhiasan emas, dan saya sangat senang mimpi ini menjadi kenyataan, seminggu sebelum saya mengambil cuti hamil,” jelasnya.
“Cincinnya sangat kecil. Ini mungkin cocok untuk kelingking wanita atau jari anak perempuan atau laki-laki,” kata direktur penggalian IAA, Dr Yiftah Shalev dan Riki Zalut Har-tov.
Dr Marion Zindel menambahkan, cincin itu dibuat dengan cara memalu daun emas tipis yang sudah dipotong sebelumnya pada dasar cincin logam. Secara estetis, ini merupakan ciri khas periode Persia dan Helenistik awal, yang berasal dari akhir abad keempat hingga awal abad ketiga SM dan seterusnya. Pada masa itu, masyarakat mulai lebih menyukai emas dengan batu-batuan daripada emas hias.Perhiasan emas adalah hal yang umum di era Helenistik, sejak masa pemerintahan Alexander Agung dan seterusnya. Penaklukannya berfungsi untuk menyebarkan dan mengangkut barang dan produk mewah. Dekorasi perhiasan pada masa ini seringkali terinspirasi dari tokoh mitologi atau peristiwa simbolik penting.