Penjelasan BMKG, Indonesia Diguyur Hujan Meski Tengah Musim Kemarau
BMKG memprakirakan curah hujan dengan intensitas ringan hingga lebat masih berpotensi mengguyur sebagian besar wilayah Indonesia hingga satu pekan ke depan. Salah satu penyebabnya yaitu fenomena La Nina.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan mengapa Indonesia diguyur hujan meski saat ini masuk periode musim kemarau.
BMKG memprakirakan curah hujan dengan intensitas ringan hingga lebat masih berpotensi mengguyur sebagian besar wilayah Indonesia hingga satu pekan ke depan. Salah satu penyebabnya yaitu fenomena La Nina.
-
Kapan musim hujan dimulai? Musim hujan telah tiba. Selain membawa kebahagiaan dan kesegaran, musim hujan juga membawa berbagai penyakit, salah satunya adalah flu.
-
Bagaimana BMKG Tuban mencatat jumlah gempa susulan? "Sekarang ini, gempa susulan ke-193 kali yang tercatat sampai 20.28 WIB," kata Kepala BMKG Tuban, Zem Irianto Padama di Tuban, Jawa Timur, Sabtu malam (23/3).
-
Kenapa Bogor disebut Kota Hujan? Karena jumlah milimeter air yang tercurah berada di atas angka 2.000, maka bisa dipastikan jika intensitas air hujan bisa terus turun sepanjang tahun. Ini yang membuat Bogor masih diselingi kondisi hujan saat musim kemarau karena jumlah kandungan air di awan yang tinggi.
-
Kapan Halim Perdanakusuma gugur saat bertugas? Halim bersama pilot Iswahjudi menerbangkan pesawat Avro Anson RI-003 dari Thailand menuju Bukittinggi. Nahas, pesawat tersebut diterjang badai hingga mengalami kecelakaan tanggal 14 Desember 1947."Pesawat tersebut jatuh di Pantai Lumut, Tanjung Hantu, Semenanjung Malaka," tulis TNI AU.
-
Bagaimana MKMK dibentuk? Ketiga orang ini dipilih secara aklamasi oleh seluruh hakim konstitusi.
-
Dimana BMKG memprakirakan cuaca cerah? Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan cuaca di Jakarta dan Kepulauan Seribu cerah dan cerah berawan pada Sabtu (30/9).
"Fenomena La Nina pada bulan Juli ini diidentifikasi masih cukup aktif dengan kategori lemah," ujar Deputi Bidang Meteorologi, Guswanto, Sabtu (16/7).
Guswanto juga mengungkapkan, selain La Nina, fenomena Dipole Mode di wilayah Samudra Hindia saat ini juga menunjukkan indeks yang cukup berpengaruh dalam memicu peningkatan curah hujan terutama di wilayah Indonesia bagian Barat.
Sementara itu, dalam skala regional, terdapat beberapa fenomena gelombang atmosfer yang aktif meningkatkan aktivitas konvektif dan pembentukan awan hujan, yaitu; MJO (Madden Jullian Oscillation), gelombang Kelvin, dan gelombang Rossby yang terjadi pada periode yang sama.
Dia menjelaskan, adanya pola belokan angin dan daerah pertemuan serta perlambatan kecepatan angin (konvergensi) di sekitar Sumatera bagian selatan dan di Jawa bagian barat, mampu meningkatkan potensi pembentukan awan hujan di wilayah tersebut didukung dengan anomali suhu muka laut positif yang dapat meningkatkan potensi uap air di atmosfer.
"Meskipun saat ini sebagian besar wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau, namun, karena adanya fenomena-fenomena atmosfer tersebut memicu terjadinya dinamika cuaca yang berdampak masih turunnya hujan di sebagian besar wilayah Indonesia," ujar Guswanto memaparkan.
Berikut prediksi potensi Hujan untuk periode sepekan ke depan 16 - 23 Juli 2022;
Sedang-lebat masih dapat terjadi di beberapa wilayah sebagai berikut :
1. Jawa Barat
2. Jawa Tengah
3. Kalimantan Tengah
4. Sulawesi Utara
5. Sulawesi Tengah
6. Maluku Utara
7. Maluku
8. Papua Barat
9. Papua
Ringan - Sedang masih dapat terjadi di beberapa wilayah sebagai berikut :
1. Aceh
2. Jambi
3. Sumatera Selatan
4. Kep. Bangka Belitung
5. Lampung
6. Banten
7. DKI Jakarta
8. DI Yogyakarta
9. Jawa Timur
10. Kalimantan Barat
11. Kalimantan Utara
12. Kalimantan Timur
13. Kalimantan Selatan
14. Gorontalo
15. Sulawesi Barat
16. Sulawesi Tenggara
17. Sulawesi Selatan
Guswanto mengingatkan wilayah Jabodetabek masih perlu mewaspadai potensi hujan sedang-lebat yang dapat disertai kilat dan angin kencang di pada siang-sore hari terutama di wilayah Barat, Timur, dan Selatan.
Hujan Reda, 83 RT di Jakarta Masih Terendam Banjir
Hujan mengguyur DKI Jakarta dan sekitar sejak Jumat (15/7/2022) malam menyebabkan aliran kali meluber hingga menggenangi pemukiman warga. Meski pada Sabtu (17/7/2022) siang hujan telah reda, namun di 83 Rukun Tetangga (RT) di DKI Jakarta genangan air belum juga surut.
Demikian dilaporkan oleh Kepala Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Muhammad Insyaf melaporkan pada pukul 12.00 WIB.
"BPBD mencatat genangan dari sebelumnya 92 RT saat ini menjadi 83 RT atau 0,272% dari 30.470 RT yang ada di DKI Jakarta, dengan ketinggian >40 cm," kata dia dalam keterangan tertulis, Sabtu (26/7).
Insyaf menyampaikan, beberapa wilayah yang masih terdampak banjir antara lain di Jakarta Selatan terdapat 21 RT yang tersebar di Kelurahan Pondok Labu, Kelurahan Pondok Pinang, Kelurahan Tanjung Barat, Kelurahan Bangka, Kelurahan Cilandak Timur, Kelurahan Rawa Jati dan Kelurahan Pesanggrahan. Ketinggian rata-rata berkisar 50 centimeter sampai 100 centimeter.
"Ini akibat luapan Kali Pesanggrahan, Kali Krukut, Kali Ciliwung dan Curah hujan yang tinggi," ujar dia.
Insyaf menerangkan, di wilayah Jakarta Barat juga demikian. Tercatat ada 16 Rukun Tentangga yang masih terendam banjir. Insyaf menyebut, diantaranya, Kelurahan Kedoya Selatan, Kelurahan Rawa Buaya, Kelurahan Duri Kosambi, Kelurahan Kembangan Utara, Kelurahan Kembangan Selatan, Kelurahan Kamal.
Isnyaf mengatakan, ketinggian air rata-rata 60 centimeter sampai 200 meter. "Ini juga akibat luapan Kali Pesanggrahan ditambah lagi luapan Kali Mokevart, Kali Angke dan curah hujan tinggi," ujar dia.
Sementara itu, di wilayah Jakarta Timur tersisa 46 RT yang masih tergenang air terdiri dari Kelurahan Cililitan, Kelurahan Cawang, Kelurahan, Bidara Cina, dan Kelurahan Kampung Melayu.
Insyaf menyebut, ketinggian air berkisar 60 centimeter sampai 200 centimeter. "Penyebabnya luapan Kali Ciliwung," ujar dia.
Insyaf menyampaikan, petugas BPBD disiagakan memantau semua genangan di semua kelurahan dan mengkoordinasikan pihak Sudin SDA untuk lakukan penyedotan genangan-genangan bersama lurah dan camat.
"Warga yang terjebak dalam keadaan darurat bisa menghubungi pihak BPBD DKI Jakarta dengan menghubungi nomor 112. Selain berkoordinasi dengan camat maupun lurah setempat, BPBD DKI Jakarta juga berkoordinasi dengan pihak Palang Merah Indonesia (PMI) guna memantau perkembangan genangan banjir," tandas dia.
Reporter: Ady Anugrahadi
Sumber: Liputan6
(mdk/bim)