Penjelasan BNPT Soal Serangan 'Pintar 10-F' Pemicu Radikalisme
BNPT merinci 10-F yang dianggap sebagai pemicu radikalisme. Yakni food (makanan), fun (budaya bersenang-senang), fantasi, fashion, finansial, filosofi, friction (gesekan), foreign (asing), filosofi, fate (kepercayaan), dan fail (kesalahan).
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) meminta generasi muda mengantisipasi serangan radikalisme. Direktur Klinik Pancasila BNPT, Dody Susanto, menyebut ada sebuah serangan yang menjadi pemicu radikalisme.
Serangan dimaksud yakni serangan pintar 10-F. Apa itu serangan pintar 10-F?
-
Kenapa BRI meluncurkan kampanye "Waspada dan Kenali Modus Palsu #BilangAjaGak"? Fenomena inilah yang membuat pentingnya edukasi secara menyeluruh kepada masyarakat untuk selalu waspada terhadap potensi penipuan yang bisa terjadi. Hal tersebut juga yang menggerakkan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk untuk terus meningkatkan literasi keuangan kepada masyarakat.
-
Kapan BPS dibentuk? Sejarah BPS dimulai pada tahun 1960, ketika Biro Pusat Statistik didirikan.
-
Mengapa Museum BNPT dibangun? Museum ini bertujuan untuk menceritakan perjalanan dan sejarah terorisme di Indonesia.
-
Bagaimana BRI menyampaikan pesan edukasi di kampanye "Waspada dan Kenali Modus Palsu #BilangAjaGak"? Adapun dalam campaign ini, perseroan menggandeng penyanyi Vidi Aldiano dengan format film pendek dan mengangkat tiga modus penipuan yang sering menelan korban. Lewat lirik-lirik lagu tersebut, Vidi menyampaikan berbagai modus penipuan yang masih menyasar masyarakat secara luas.
-
Kenapa BKPN mendesak BPOM untuk melakukan sosialisasi tentang pelabelan BPA? “Kebijakan pelabelan BPA sangat membantu konsumen untuk memilih produk yang lebih aman,”.
-
Apa yang diumumkan oleh BPBD DKI Jakarta? Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mengumumkan, cuaca ekstrem berpotensi melanda Ibu Kota hingga 8 Maret 2024.
"Radikalisme itu dipicu oleh sepuluh faktor yang dikenal dengan serangan pintar 10-F," ujar Dody Susanto dalam webinar bertajuk Peranan Pancasila dalam Pencegahan Radikalisme di Perguruan Tinggi. Demikian dikutip dari Antara, Rabu (12/1).
Dody merinci 10-F yang dianggap sebagai pemicu radikalisme. Yakni food (makanan), fun (budaya bersenang-senang), fantasi, fashion, finansial, filosofi, friction (gesekan), foreign (asing), filosofi, fate (kepercayaan), dan fail (kesalahan).
Dody juga menjelaskan kaitan 10 serangan pintar dapat memicu pemaparan radikalisme.
Pertama serangan pintar food. Serangan yang membuat seseorang terpapar radikalisme melalui konsumsi makanan dengan kandungan tiga dimensi bahan, yaitu pemanis, pengawet, dan perasa. Tiga zat kimia itu masuk ke dalam makanan yang dikonsumsi anak bangsa sehingga merusak metabolisme mereka.
"Jadi, kalau seseorang terbiasa mengonsumsi bahan pengawet, pemanis, dan perasa, secara kimiawi dan biologis, tubuhnya sudah rusak dan itu menyebabkan instabilitas emosional sehingga radikalisme cenderung bertemu di alam pikiran," kata Dody.
Faktor kedua adalah serangan pintar fun atau budaya bersenang-senang. Yaitu kondisi ketika seseorang terbiasa bersenang-senang, bahkan menjadi kehilangan kendali atas dirinya sendiri.
Dody mengatakan serangan fun menyebabkan manusia terdorong secara instingtif melakukan tindak radikalisme.
Ketiga serangan pintar fantasi. Berupa ilusi dan imajinasi berlebihan yang mengganggu stabilitas pikiran seseorang dan mendorongnya bertindak radikal.
Berikutnya, lanjut Dody, serangan pintar keempat adalah fashion dalam artian luas yang dapat dilihat dari kebiasaan membagikan status aktivitas sehari-hari di media sosial.
"Contohnya, kebiasaan seseorang membagikan status di media sosial, seperti sedang makan lalu diunggah. Fashion ini berbahaya karena mendorong orang menjadi konsumtif sehingga ekonomi dalam negeri tergerus. Jika kehilangan akumulasi finansial, bisa menjadi radikal," jelas Dody.
Serangan pintar yang kelima, finansial dapat dilihat ketika seseorang dengan gaji terbatas, melakukan kredit. Serangan seperti itu, kata Dody, dapat memicu seseorang menjadi radikal untuk memenuhi keinginannya yang dibatasi oleh finansial.
"Selanjutnya, serangan keenam adalah serangan pintar filosofi. Ini tugasnya BNPT, yaitu perang ideologi. Seperti sekarang, kita ada perang ideologi transnasional mulai dari isu kekerasan dan radikalisme," katanya.
Ketujuh, serangan pintar friction merupakan gesekan-gesekan antarmasyarakat Indonesia yang dikenal beragam sehingga memicu kemunculan kelompok radikal.
Kedelapan adalah serangan pintar foreign. Dody menjelaskan bahwa serangan tersebut datang dari sesuatu yang asing bagi anak bangsa namun ternyata memaparkan radikalisme.
Kemudian serangan pintar fate (kepercayaan) sebagai pemicu kemunculan kelompok yang berlebihan meyakini kepercayaannya namun dalam pemahaman yang menyimpang.
"Serangan ini muncul karena Indonesia merupakan bangsa dengan agama yang beragam," ujar Dody.
Serangan pintar yang terakhir adalah fail. Yakni serangan ketika seseorang melakukan kesalahan berlebihan dan memicu dirinya terpapar radikalisme.
"Dengan pemahaman serangan pintar 10-F ini, kita punya wawasan baru bahwa radikalisme bukan hanya soal pikiran dan filosofi, melainkan juga persoalan makanan sampai kesalahan elementer," kata Dody.
Oleh karena itu, dia mengajak anak bangsa Indonesia untuk mewaspadai seluruh serangan pintar itu.
Baca juga:
BNPT: Garut Daerah dengan Potensi Radikalisme Tinggi
Cegah Radikalisme, Kemenag Ajak Milenial Jadi Agen Moderasi Beragama
Kepala BNPT Ingatkan Radikalisme Menyasar Anak Muda Lewat Dunia Digital
Ijtima Ulama Bogor Minta Warga Awasi Kotak Amal: Khawatir Dana Dipakai Radikal
Menteri Tjahjo Ingatkan PNS Waspada Saat Berselancar di Dunia Maya, ini Alasannya
Ridwan Kamil Jadi Guru Kebangsaan 20 Warga Garut yang Terpapar NII