Penjelasan Dokter Forensik Terkait Balita Tanpa Kepala hingga Temuan Kulit Reptil
Kasus hilangnya balita AYG hingga ditemukan tewas tanpa kepala, menyeret dua tersangka pengasuh PAUD di Samarinda. Dokter forensik hari ini menjelaskan hasil pemeriksaan jasad korban. Dia tidak bisa memastikan sebab kepala korban terlepas dari badannya, namun dokter menemukan kulit reptil di jasad korban.
Kasus hilangnya balita AYG (4) hingga ditemukan tewas tanpa kepala, menyeret dua tersangka pengasuh PAUD di Samarinda karena dianggap lalai. Dokter forensik hari ini menjelaskan hasil pemeriksaan jasad korban. Dia tidak bisa memastikan sebab kepala korban terlepas dari badannya, namun dokter menemukan kulit reptil di jasad korban.
Dokter forensik RSUD Abdul Wahab Syachranie Samarinda menerima jasad balita tanpa kepala, Minggu (8/12) lalu. Hingga akhirnya melalui tes DNA, dipastikan jasad tidak utuh itu adalah balita AYG yang hilang selama 16 hari.
-
Siapa yang tampak dekat dengan anak sambungnya? Dari pernikahannya, Willy dan Rumiyati dikaruniai dua orang anak, River Rahman Dozan dan Moana Rahman Dozan. Rumiyati juga tampak dekat dengan dua anak sambungnya, Leon Rahman Dozan dan Nabila Rahman Dozan.
-
Siapa yang berjuang demi anak? “Pada awal kehidupan, orangtua tentu harus membesarkan anaknya, mengasuh, mengajari. Tapi, pada titik tertentu, orangtua justru harus mengajari anaknya kehidupan dengan melepaskan.”
-
Kapan bayi tersebut meninggal? Penanggalan radiokarbon mengonfirmasi bahwa keduanya meninggal antara tahun 1616-1503 SM.
-
Kapan bayi bisa ditinggal sendiri? Bayi dapat ditinggal sendirian untuk tidur siang, terutama jika mereka berada di kasur yang kokoh tanpa selimut atau bantal berbulu, dengan pakaian yang pas, seperti yang direkomendasikan untuk mencegah SIDS.
-
Kapan mayat pria tersebut ditemukan? Seorang pria paruh baya ditemukan meninggal dunia di dalam unit apartemen kawasan Tebet, Jakarta Selatan pada Senin (22/4) malam.
-
Siapa yang menemukan anak panah tersebut? Ketika es mencair di gunung tersebut, arkeolog Lars Pilo menemukan anak panah kuno yang sangat unik.
"Kami lakukan visum. Tidak menemukan luka-luka, tidak dapat dinilai dan tanda-tanda kekerasan tidak dapat dinilai. Pemeriksaan 8 Desember 2019 jam 2 siang, mulai dari tulang leher pertama bagian paling atas sampai ruas-ruas tulang itu utuh, dan terlihat tidak ada patah tulang atau bekas tulang yang dipatahkan," kata Dokter Forensik RSUD AW Syachranie Kristina Uli, Sp.F.M dalam penjelasan resmi di Polresta Samarinda, Kamis (23/1).
Kristina menerangkan, sejak awal surat permintaan Kepolisian, hanya permintaan visum luar. Mengingat kasus berkembang pada hari itu, penyidik sempat melontarkan pertanyaan perlu tidaknya dilakukan autopsi. "Saya bilang tidak perlu," ujar Kristina.
"Karena prinsipnya, autopsi itu membuka rongga kepala, rongga dada dan rongga perut. Pas saya periksa rongga kepala tidak ada. Rongga dada, rongga perut dalam keadaan terbuka. Jadi bisa dinilai," tambah Kristina.
Kristina menerangkan, dia tidak melihat adanya rongga dada, jantung dan paru, juga limpa dan ginjal. "Yang tersisa itu hanya hepar atau hati, hanya tinggal bungkusnya saja. Saya pegang pun langsung mencair," ungkap Kristina.
"Proses pembusukan itu kan, organ-organ dalam itu mulai melunak kemudian mencair. Demikian juga rongga perut. Usus-usus itu terlihat, dan memang keadaannya sudah sangat lunak," sebut Kristina.
Ditanya apakah dengan kondisi begitu, tidak perlu dilakukan autopsi saat itu? "Kemarin itu kita sudah laksanakan pemeriksaan jenazah. Dari proses pemeriksaan luar sampai pemeriksaan dalam. Memang karena keadaan jenazah sudah seperti itu, kita menganggap itu sudah pemeriksaan jenazah yang menyeluruh, lengkap. Jadi, tidak perlu (diautopsi) menurut saya," tegasnya.
Kristina kembali ditanya soal penyebab terlepasnya kepala dari leher balita malang itu, di mana saat ini kepala itu tidak kunjung ditemukan. "Yang saya jelaskan, hanya yang datang ke saya. Bagian jenazah yang diantar ke kamar jenazah. Memang dari mulai tulang leher paling atas, memang kan ada engsel untuk ke tulang kepala. Ada bagian melekat, tapi bentuknya engsel," terang Kristina.
"Memang waktu saya periksa itu mulus, licin tidak ada patahan. Kalau kepalanya ke mana saya kan tidak ke TKP, saya tidak bisa menduga-duga. Jadi, kalau saya lihat (dari tulang leher) tidak ada (tanda hilangnya kepala dari pangkal leher) akibat senjata tajam," sebut Kristina.
Lalu bagaimana tentang kondisi jasad yang sudah tercabik? Menurut Kristina, secara teori, pembusukan terjadi dari dalam jasad, didukung dengan keadaan luar. Baik itu lingkungan, kelembaban air, dan lainnya.
"Secara teori memang kalau untuk dalam air, lebih lama alami pembusukan ketimbang di udara. Tapi di saat jenazah itu itu terangkat, ada permukaan terkena udara, terkena sinar matahari, pembusukan terjadi lebih cepat," jelas Kristina.
"Jaringan lunak (jasad balita Yusuf) sudah busuk. Pada jasad juga ada kulit satwa reptil, ada pasir, daun, ranting. Secara kasat mata, kulit satwa itu reptil," ungkapnya lagi.
Merdeka.com, melihat langsung kondisi jasad balita malang itu di kamar jenazah Minggu (8/12) malam. Terlihat, tulang pangkal leher nyaris rata. Diduga ada tindakan paksa yang bisa mematahkan leher itu, hingga tulang leher itu nyaris rata.
"Sebenarnya rata itu maksudnya jaringan sudah busuk, tidak ada jaringannya. Jadi untuk rata tepinya, tidak, kan tidak beraturan. Saya lihat tulang leher juga tidak ada yang patah. Misal, tulang leher pertama ketujuh sampai ke belakang lagi, tidak ada yang patah," jelasnya.
Lalu, apakah mungkin ada tindakan yang bisa melepaskan paksa kepala dari tulang lehernya? "Kalau itu saya tidak tahu ya. Tapi, memang itu keadaan yang kita periksa saja, tidak berandai-andai. Kami tidak sampai ke sana (mencari tahu sebab atau tindakan yang mengakibatkan kepala lepas)," ungkap Kristina.
Masih dijelaskan Kristina, dia tidak bisa menyimpulkan kematian balita itu, akibat dimakan satwa reptil. "Saya tidak bisa mengatakan itu (meninggal karena dimakan reptil). Yang saya lihat, hanya jasad yang saya terima pada tanggal 8 Desember itu saja," beber Kristina.
"Soal tanda kondisi jasad tercabik hewan, menurut saya yang pasti itu keadaannya sudah membusuk. Kalau belum membusuk, kita bisa lakukan pemeriksaan mikroskopik. Apakah kejadiannya memang anthe mortem, atau intravita atau tidak," tambahnya lagi.
"Nah, (jasad) yang kemarin itu, keadaan membusuk itu tidak bisa. Pasti jaringannya sudah hancur. Karena memang pembusukannya sudah lanjut. Kecuali kondisinya mungkin baru 2-3 hari," ungkapnya lagi.
Lalu, bagaimana ketika keluarga meminta jasad diautopsi? Terlebih jasad sudah dimakamkan hampir 2 bulan ini. "Kalau dari saya sendiri, saya tidak akan melakukan autopsi kembali. Karena memang itu sudah memeriksa ke rongga dada dan rongga perut. Tapi, apabila memang keluarga masih belum puas, mungkin bisa ke dokter forensik yang lain," sebut Kristina.
"Bagaimanapun, itu kan hak orang tua, atas permintaan Kepolisian. Soal bisa tidaknya kemudian dilakukan autopsi untuk tentukan sebab kematian, tidak bisa kalau menurut saya. Karena untuk jasad tenggelam, yang kita butuhkan salah satu organ penting kan, paru-paru. Paru itu kemarin tidak ada, dan jantung," demikian Kristina.
(mdk/cob)