Penjelasan KemenkumHAM Ada 3 Tahanan Tewas Tak Wajar di Palembang dalam Satu Bulan, Ternyata Ini Motifnya
Mayoritas kematian mereka tak wajar, bahkan sengaja dibunuh.
Dalam waktu sebulan terakhir, tiga tahanan dan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Palembang tewas. Mayoritas kematian mereka tak wajar, bahkan sengaja dibunuh.
Kasus pertama dialami napi kasus pembunuhan siswa SMP, Sumaryanto alias Bondol (33) di Lapas Merah Mata Palembang pada 18 Juli 2024.
- Pertemuan Pertama Mayor Teddy dengan Pegawai Usai Ditunjuk jadi Seskab, Potretnya Ramai jadi Sorotan
- Uniknya Ketan Unti, Kue Kematian Peninggalan Bangsa Portugis di Jakarta
- Keindahan Desa Tertinggi di Pekalongan yang Selalu Berselimut Kabut, Berada pada Ketinggian di Atas 1.000 MDPL
- Penjelasan Kasad Jenderal Maruli Alasan Mayor Teddy Masih Kawal Prabowo Meski Sudah Promosi Jabat Wadanyonif 328/Dirgahayu
Dia ditemukan tewas tergeletak di kamar mandi hunian dan dilakukan autopsi lantaran ada kejanggalan atas kematiannya.
Dokter forensik RS Bhayangkara Mohammad Hasan Palembang mengungkap kematian korban disebabkan jeratan di leher dan kakinya. Tidak ditemukan luka atau tanda-tanda kekerasan di bagian lain tubuhnya.
Penyebab Kematian
Dari penyelidikan polisi, Sumaryanto terungkap dibunuh dua orang napi yang tinggal sekamar, yakni AG dan EN. Motif pembunuhan didasari sikap jengkel terhadap korban.
Sumaryanto yang berstatus napi baru di sana dianggap tak mengikuti aturan dari kedua tersangka yang notabene narapidana lama.
Lantaran korban tidak mau diatur, kedua tersangka menjadi jengkel dan merencanakan pembunuhan.
Kemudian pada 2 Agustus 2024, seorang napi kasus narkotika, Yogi Irawan (26), tewas di Rutan Pakjo Kelas 1A Palembang. Meski keluarga menaruh curiga, polisi memastikan penyebab kematiannya karena sakit.
Kesimpulan
Kesimpulan polisi berdasarkan hasil pemeriksaan dokter yang tidak menemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban.
Teranyar, tahanan titipan di Rutan Kelas 1A Palembang Irohmin (22), tewas di tahanan, Kamis (8/8). Korban sebelumnya menjalani perawatan di RS Siti Khadijah Palembang.
Kematian Irohmin yang baru satu pekan ditahan ini membuat keluarga curiga. Mereka memilih membawa jenazah korban ke RS Bhayangkara Mohamad Hasan untuk dilakukan autopsi.
Kecurigaan itu disebabkan adanya luka di kepala bagian belakang, dahi, dan beberapa luka lain yang masih mengeluarkan darah.
Keluarga tidak yakin korban tewas akibat sakit. Menanggapi beberapa kejadian itu, Kadivpas Kemenkum HAM Sumsel Mulyadi menyebut kendala utama seluruh lapas di Sumsel mengalami over kapasitas. Meski demikian, petugas lapas rutin melakukan kontrol ke setiap kamar dan aktivitas tahanan.
"Kendalanya semua lapas di Sumsel over," kata Kadivpas Kemenkum HAM Sumsel Mulyadi, Jumat (9/8).
Ada Dokter Tiap Rutan dan Lapas
Mulyadi mengatakan, setiap rutan dan lapas disiapkan dokter untuk menangani napi atau tahanan yang mengeluhkan kesehatan. Dokter ini sigap memeriksa tahanan dan merujuk ke rumah sakit jika diperlukan penanganan lanjutan.
"Biasanya cepat ditangani, kita perintahkan untuk memeriksa tahanan di kamar door to door, segera diobati," kata Mulyadi.
Jika kematian napi tak wajar, Mulyadi menyebut lapas berkoordinasi dengan kepolisian untuk melakukan penyelidikan. Pihaknya mempersilakan keluarga mengajukan autopsi jika dinilai ada kejanggalan.
"Silakan mau autopsi, itu kewenangan pihak keluarga untuk mencari tahu apakah memang meninggal normal atau ada unsur kekerasan," kata Mulyadi.