Perempuan, anak-anak, dan orangtua jadi sasaran empuk penipuan
Pelaku kejahatan kebanyakan mengincar perempuan dan anak-anak karena dinilai paling mudah dirayu.
Aksi kriminal, seperti penipuan melalui telepon dan pesan singkat seakan menjadi santapan sehari-hari. Di manapun dan kapan pun aksi tersebut bisa dilakukan dengan berbagai cara. Tentunya, setiap pelaku sudah memperhitungkan setiap risiko yang akan terjadi sebelum melakukannya.
Bahkan para pelaku sepertinya sudah memiliki target tersendiri untuk mencari mangsa dari aksi kejahatannya. Menurut Kriminolog dari UI, Chazizah Gusnita, yang berpotensi untuk menjadi korban aksi kriminal adalah perempuan, anak-anak, dan orangtua.
"Dalam kriminolog, yang berpotensi menjadi korban adalah perempuan, terutama mereka yang lemah dan mudah dirayu. Selanjutnya anak-anak, mereka yang belum dewasa dan belum mengerti banyak hal sehingga mudah dikelabui. Yang terakhir orangtua, terutama yang pemikirannya belum modern sehingga mudah dipengaruhi," jelas Zizah ketika dihubungi merdeka.com, Jumat (13/3).
Selain target, situasi dan kondisi juga menjadi pemicu aksi penipuan tersebut. Zizah menuturkan, lemahnya kondisi psikologis korban menentukan keberhasilan aksi para pelaku.
"Pelaku yang melakukan penipuan sambil mengangis-nangis, atau yang memainkan emosi korbannya memungkinkan pelaku berhasil memperdaya korbannya. Bahkan banyak juga mereka yang menghipnotis korbannya untuk menuruti segala perintah pelaku," imbuh Zizah.
Oleh karena itu, masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan dalam berbagai situasi. Jika menjadi korban penipuan, usahakan masyarakat jangan panik sehingga logika masih bisa bekerja. Hal penting yang harus dilakukan adalah memperkaya informasi tentang penipuan dari berita atau dari lingkungan sekitar.
"Korban juga harus mengecek ulang sumber-sumber yang diduga penipuan. Masyarakat harus mengecek kebenaran dan kejelasan dari informasi yang didapat," ujar Zizah.