Perjuangan Samsul dan Istri, Banting Tulang Jualan Bakso demi Berangkat Haji
Hidup boleh pas-pasan, tapi ibadah tidak boleh. Mungkin ungkapan tersebut bisa menggambarkan sepasang penjual bakso bakar di Kota Kendari. Demi ingin menunaikan ibadah haji, penjual bakso di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, itu rela menabung selama 26 tahun.
Hidup boleh pas-pasan, tapi ibadah tidak boleh. Mungkin ungkapan tersebut bisa menggambarkan sepasang penjual bakso bakar di Kota Kendari. Demi ingin menunaikan ibadah haji, penjual bakso di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, itu rela menabung selama 26 tahun.
Samsul Irawan (45) dan Jumatia (44), sepasang suami istri merantau ke Kota Kendari pada 1993 silam. Mereka bakal menjadi salah satu jemaah haji asal Kota Kendari pada 2019.
-
Kapan Kerto Pengalasan menunaikan ibadah haji? Pada dasawarsa 1860, nama Kerto Pengalasan muncul dalam buku harian seorang syekh tarekat Naqsyabandiah di Pulau Pinang yang menunjukkan bahwa dia sedang menunaikan ibadah haji.
-
Apa yang membuat kisah ini menjadi inspiratif? Kisah anak sopir berhasil lolos seleksi anggota Polri ini sontak mencuri perhatian publik.
-
Bagaimana cara khutbah Jumat tentang ibadah haji bisa membantu meningkatkan motivasi untuk berhaji? Teks Khutbah Jumat Singkat: Meraih Pahala Setara Haji Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah swt yang terus menerus memberikan kita semua nikmat, hidayah, dan inayah untuk terus istiqamah dalam menjalankan ibadah, kewajiban dan menunaikan tanggungjawab. Semoga semua ketaatan ini menjadi ibadah yang diterima oleh-Nya, dan menjadi bukti bahwa kita semua termasuk orang-orang yang taat.
-
Kenapa khutbah Jumat tentang ibadah haji bisa membantu meningkatkan motivasi untuk berhaji? Tujuannya untuk mendekatkan diri kepada Allah serta meningkatkan motivasi para jemaah. Khususnya, agar para jemaah dapat memiliki rasa percaya diri untuk dapat berangkat ke tanah suci dan berhaji.
-
Apa itu haji? Haji sendiri merupakan salah satu rukun Islam yang bisa ditunaikan. Haji merupakan ibadah yang ditunaikan setelah syahadat, salat, zakat, dan puasa. Namun dalam syariatnya, menunaikan ibadah Haji dapat dilakukan apabila seorang muslim mampu melaksanakannya.
Namun sebelum mereka naik haji, ada cerita tentang perjuangan selama 26 tahun. Diawali saat mereka berdua nekat keluar dari tanah kelahirannya di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan.
Saat itu mereka baru selesai menggelar pesta pernikahan dan memutuskan merantau di Kota Kendari. Hanya berniat menyambung hidup, naik haji belum terbesit kala itu.
Agar bisa hidup layak Jumatia dan Samsul Irawan menjalani banyak cobaan selama berada di daerah orang. Sejak 1993 hingga 1997, keduanya mengaku sudah 12 kali pindah rumah kontrakan.
"Karena memang cari rumah yang sesuai dengan isi kantong, apalagi sudah ada anak-anak," ujar Samsul Irawan, Senin (9/7).
Selama di Kota Kendari, Samsul dan Jumatia memutuskan menjual bakso keliling. Saat itu, sepeda motor masih langka. Samsul masih memakai gerobak dorong.
"Saya yang menjual, istri yang bikin baksonya," ujar Samsul.
Pria yang memiliki empat anak ini mengungkapkan, pilihan menjual bakso karena coba-coba mengikuti jejak keluarga. Lagipula, modal berdagang bakso tak seberapa dan bisa dijangkau meskipun ekonomi keluarga kondisinya pas-pasan.
Keinginan naik haji baru mulai menggebu-gebu sekitar tahun 2000. Saat itu, istri Samsul sering mengantar atau menghadiri syukuran kerabatnya yang hendak beribadah haji.
Berjualan bakso bakar, diceritakan Samsul dan istrinya, tak setiap hari mendapat untung. Malah, kadang dia harus tekor karena tak laku sama sekali.
Jika sudah seperti itu, mereka harus sabar dan pintar-pintar berhemat. Sebab, berjualan keliling tak selamanya mendapat untung.
"Saya pernah beberapa utang uang untuk beli makan dan bahan baku. Waktu itu, jualan tak laku," ujar Jumatia.
Jumatia bercerita, pendapatan mereka menjual bakso keliling kadang hanya cukup menyambung hidup keluarga. Namun, namanya keyakinan, dia tetap bersikeras dan yakin bisa naik haji seperti saudara-saudaranya.
Keyakinan Jumatia kadang kendor, sebab beberapa kali terpaksa mengutang. Jika sudah begitu, maka kerabatnya di Kendari yang menolong.
"Berjualan bakso, kadang untung Rp50 ribu sehari kadang Rp100 ribu," ujar Jumatia.
Keuntungan ini, selain ditabung, untuk juga dipakai anak-anak bersekolah. Beruntung, anak pertamanya yang berusia 22 tahun sudah menikah.
"Tinggal biayai tiga anak yang masih sekolah," ujar Jumatia.
Sebelum mendaftar haji pada 2011 lalu, ternyata istri Samsul pernah bermimpi saat tidur. Suatu malam, Jumatia pernah bermimpi naik gunung tinggi.
"Dalam mimpi, saya ditarik adik saya naik ke atas gunung," ujar Jumatia.
Setelah itu, Jumatia dan Samsul kemudian langsung nekat mendaftar naik haji. Padahal, uang mereka hanya Rp30 juta saja.
"Mimpi saya jadi nyata, adik saya yang menarik tangan saya dalam mimpi. Dia yang tambahkan uang saya mendaftar haji," ujar Jumatia.
Naik haji tak mudah bagi Jumatia dan suaminya, sebab harus mengumpulkan Rp100 juta. Uang sebanyak ini, semua didapat dari berjualan bakso.
Dalam waktu dekat, mereka akan berangkat melalui embarkasi Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar. Tidak hanya itu, yang membuat keduanya istimewa karena akan berangkat menuju Makkah bersama rombongan Wali Kota Kendari.
"Saya senang, meskipun saya penjual bakso bakar, tapi bisa naik haji bersama Wali Kota Kendari," pungkasnya.
Baca juga:
22.947 Jemaah Calon Haji Tiba di Mekkah
Meski Sudah Berumur 103, Nenek Tiwa Berangkat Haji Sendiri
Puluhan Jemaah Calon Haji di Sumut Gagal Berangkat
Gajian Cuma Rp900 Ribu per Bulan, Sekuriti di Bangkalan Bersama Istri Naik Haji
Demi Berhaji, Pria Asal Gowa Rela Jadi Kuli Bangunan di Malaysia