Pernah Jadi Korban, Ustaz Gadungan Lecehkan 17 Murid Laki-Lakinya di Rumah
AS (50) seorang guru agama rumahan di Garut, Jawa Barat ditangkap polisi. Dia diduga melakukan aksi pencabulan terhadap murid-muridnya yang masih bocah. Setidaknya, ada belasan bocah yang menjadi korban pencabulan pelaku.
AS (50) seorang guru agama rumahan di Garut, Jawa Barat ditangkap polisi. Dia diduga melakukan aksi pencabulan terhadap murid-muridnya yang masih bocah. Setidaknya, ada belasan bocah yang menjadi korban pencabulan pelaku.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Garut, AKP Deni Nurcahyadi menjelaskan, terungkapnya aksi AS berawal dari aduan salah satu korban kepada orang tuanya yang mengaku telah dicabuli.
-
Kenapa Pemilu penting? Pemilu merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
-
Apa saja penyebab tumit pecah-pecah? Ketika kulit di sekitar tumit menjadi kering, kulit kehilangan kekenyalan dan elastisitasnya yang pada akhirnya menyebabkan kulit menjadi pecah-pecah. Kondisi ini biasanya terjadi bersamaan dengan kapalan sehingga seringkali terasa tidak nyaman dan menyakitkan.
-
Apa jenis penipuan yang marak terjadi belakangan ini? Salah satunya yang marak belakangan ini adalah social engineering bermodus penipuan melalui permintaan untuk mengklik sebuah file undangan pernikahan berformat APK di WhatsApp (WA).
-
Dimana pencabulan itu terjadi? Kemudian 9 Maret 2024 lalu, tersangka membawa korban ke pinggir Danau Tawar di Kabupaten Aceh Tengah. Di sana, ustaz FS menyetubuhi korban di dalam sebuah kemah.
-
Kapan Hari Brimob diperingati? Bangsa Indonesia memperingati Hari Brimob setiap tanggal 14 November.
-
Apa yang dimaksud dengan tumit pecah-pecah? Tumit pecah-pecah adalah masalah kaki yang umum. Masalah ini membuat tumit nampak kering, kaku, dan pecah-pecah. Meski kondisi ini bukanlah hal yang serius, terkadang tumit pecah-pecah bisa menimbulkan ketidaknyamanan.
"Kemudian orangtua anak bertanya kepada orangtua yang anaknya sama-sama diajarkan di rumah tersangka. Ternyata mengalami hal yang sama," jelas Deni, Kamis (1/6).
Setelah mengetahui hal tersebut, menurut Deni, orangtua anak itu kemudian melaporkan apa yang dialami anaknya kepada polisi. Atas laporan tersebut pihaknya pun langsung melakukan serangkaian penyelidikan dan penyidikan sampai kemudian mengamankan AS di wilayah Kecamatan Samarang, Garut, Jawa Barat tanpa perlawan.
"Kami telah memeriksa beberapa korban dan melakukan visum terhadap korban. Jumlah korban sampai saat ini berjumlah 17 orang, semuanya laki-laki yang berusia antara 9 sampai 12 tahun atau usia SD/SM," ungkapnya.
Deni menyebut, dalam modusnya, pelaku yang mengajarkan pelajaran di rumahnya saat mengajar membujuk rayu para korban. Setelah berhasil membujuk untuk kemudian dicabuli, korban juga diberi ancaman untuk tidak melaporkan apa yang sudah terjadi kepada yang lainnya.
Banyaknya bocah yang menjadi korban, dijelaskan Deni, karena pelaku diketahui sudah mengajar sejak tahun 2022. Mereka yang menjadi korban pun adalah anak-anak yang tinggal di sekitar tempat AS mengajar selama ini.
Aksi yang dilakukan AS kepada para bocah, berdasarkan pengakuannya kepada penyidik, menurut Deni, karena pelaku pernah menjadi korban serupa saat kecil. Hal tersebut pun diduga yang menjadi pendorong pelaku melakukan aksi penyimpangan seksual.
"Kepada pelaku, kita kenakan pasal 76 e juncto pasal 82 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 17 tahun 2016 tentang perlindungan anak. Ancaman hukuman 15 tahun ditambah sepertiga karena korban lebih dari satu," katanya.
Sementara itu, Ketua MUI Garut KH. Sirodjul Munir mengutuk aksi cabul yang dilakukan guru rumahan. Selain itu, ia juga menyoroti pentingnya selektivitas dalam memilih guru agama dan pengawasan yang lebih intensif terhadap anak-anak yang belajar agama.
"Kami mengutuk tindakan cabul yang dilakukan oleh oknum ustaz tersebut. Hal ini perlu dicatat bahwa pelaku tersebut merupakan seorang yang tidak jujur dan mengaku-ngaku sebagai ustaz. Ini harus dijelaskan, dan saya sebagai Ketua MUI Garut menyampaikan pernyataan ini berdasarkan dasar-dasar keilmuan," kata Munir, Kamis (1/6).
Dengan adanya kejadian itu, Munir meminta masyarakat untuk selektif saat menitipkan anak-anaknya ketika belajar kepada ustaz. Menurutnya, penting dilakukan pemastian bahwa ustaz itu memiliki sanad keilmuan yang jelas dan bukan guru ngaji abal-abal.
"Mungkin mereka (ustaz abal-abal) hanya mengenal agama hanya melalui internet atau sumber yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Selektifitas harus ditingkatkan agar kasus serupa tidak terjadi lagi di masa depan," jelasnya.
Atas kejadian tersebut, Munir mengaku bahwa pihaknya akan mengambil beberapa langkah agar kasus serupa tidak kembali terjadi. Hal yang diharapkan bisa dijalankan adalah melakukan verifikasi dan sertifikasi terhadap ustaz atau guru ngaji.
"Saya berharap para ustaz dapat memperoleh sertifikasi keustazannya dari Kementerian Agama dan MUI. Terlepas dari apakah mereka menjadi da'i biasa, guru ngaji, khatib, atau peran keagamaan lainnya. Hal ini sangat penting, terutama mengingat perkembangan situasi belakangan ini," ungkapnya.
Selain itu juga, untuk meminimalisasi juga menurutnya perlu memahami ajaran agama yang benar. "Apa yang dilakukan pelaku ini adalah tindakan seksual yang menyimpang. Apalagi kalau sampai melakukan sodomi, itu merupakan dosa yang sangat dikecam oleh agama manapun," ucapnya.
"Memahami doktrin agama dengan benar merupakan kewajiban kita. Sodomi adalah tindakan seksual antara sesama jenis yang melibatkan penetrasi melalui belakang, seperti yang terjadi pada zaman Nabi Luth sehingga kita harus mengutuk tindakan semacam ini agar tidak terjadi di masyarakat kita," pungkasnya.
(mdk/rnd)