Perusak heritage di Yogyakarta justru orang berpendidikan
"Untuk mengarahkan yang memiliki intelektualitas, mereka sudah punya kepentingan," ujar Johannes.
Koordinator Masyarakat Advokasi Warisan Budaya (Madya), Johannes Marbun menuding para perusak heritage di Yogyakarta justru orang-orang berpendidikan dan memiliki intelektualitas. Dia menilai anggapan orang bahwa selama ini masyarakat biasa yang tidak mengerti pentingnya warisan budaya yang melakukan pengerusakan adalah salah.
"Siapa yang merusak SMA 17 yang merupakan cagar budaya? Itu justru orang-orang yang memiliki intelektualitas, bukan masyarakat biasa yang sering dituding merusak cagar budaya karena tidak tahu," kata Johannes saat ditemui di acara Heritage Campaign on The Street di titik nol Yogyakarta, Rabu (03/12).
Menurut dia, masyarakat umum masih bisa diberikan pendidikan untuk lebih bisa menjaga heritage dan melestarikannya. Namun untuk kelompok intelektual dan pemodal, pendidikan tentang pentingnya menjaga heritage hanya sia-sia.
"Kita masih bisa mengarahkan masyarakat karena masih dekat dengan budaya Jawa, tapi untuk yang memiliki intelektualitas? Mereka sudah punya kepentingan," ujarnya.
Untuk menanggulangi permasalahan tersebut, dia pun mengusulkan pemerintah untuk meminta bantuan pengurus RW hingga RT untuk melakukan pemantauan terhadap heritage. Sehingga bisa dilakukan pencegahan dini terhadap perusakan heritage di Yogyakarta.
"Bisa juga melakukan sensus kebudayaan, berapa heritage kita? Di tingkat RT dan RW bisa membantu melakukan pendataan dan pengawasan, bahkan pelestarian," ujarnya.