Pindad mulai merambah mancanegara
Pindad sejatinya sudah berdiri sejak masa kolonial Belanda pada 1828.
PT Pindad (Persero) sebagai perusahaan industri dan manufaktur yang bergerak dalam pembuatan produk militer dan komersial di Indonesia ternyata sudah tidak asing lagi diperbincangkan di mancanegara. Ini lantaran produk-produk BUMN ini sudah dapat dinikmati oleh orang-orang asing.
Pindad sejatinya sudah berdiri sejak masa kolonial Belanda pada 1828. Saat itu Pindad dibuat sebagai lembaga pendukung pertempuran untuk Belanda. Seiring berjalannya waktu, Indonesia membuat satu gebrakan sampai akhirnya pada tahun 1983 bisa memiliki hak penuh atas Pindad.
Setelah hampir 31 tahun berdiri, Pindad memperkenalkan beberapa produk ke beberapa pasang mata yang hadir dalam pameran bertajuk 'Indonesia menjawab tantangan masa depan' yang diselenggarakan di Tugu Proklamasi, Jakarta, Sabtu (6/9).
Pindad memanjakan mata pengunjung dengan memperkenalkan berbagai produksi model senjata yang dipergunakan oleh kesatuan militer Indonesia. Antara lain SPR-3 SNIPER RIFLE, SS2-V4HB, PM2-V2, SS2-V5, G2-COMBAT, G2-ELITE, MORTAR Mo-1, MORTAR Mo-2, SPR-2 SNIPER RIFLE, SILENT MORTIR.
"Ini memperlihatkan kepada negara lain, bahwa Indonesia mampu memenuhi peralatan perang sendiri," ucap Kepala Departemen Pemasaran Pindad, Sena Maulana.
Bukan saja di dalam negeri, ternyata karya yang dibuat oleh tangan anak bangsa ini mampu diekspor ke negara-negara besar, seperti Singapura, Thailand, Filipina, bahkan sampai kepada negara adikuasa Amerika Serikat.
Ada beberapa alasan yang meyakinkan negara lain untuk memasok persenjataannya dari Pindad, seperti menangnya senjata produksi BUMN ini dalam lomba tembak Angkatan Darat (AD) di wilayah Asia Tenggara. Tak sampai di situ, dalam perlombaan tembak AASAM di Australia pun Indonesia memiliki prestasi yang memuaskan secara beruntun.
"Itu diraih Pindad dan membuat kami dikenal ke mancanegara," imbuh Sena membenarkan prestasi tersebut.
Bermodalkan 2 gedung perusahaan yang berada di Turen Malang dan berpusat di Bandung dengan karyawan yang kurang lebih berjumlah 3000, Pindad mampu memenuhi kebutuhan militer Indonesia.
"Sesuai visi misi, melaksanakan keamanan negara dan menjadi produsen peralatan keamanan terkemuka di Asia pada tahun 2023," ungkap Staf Humas Pindad, Ami.
Tak jauh dari sempurna, pembuatan senjata militer oleh Pindad juga memiliki kekurangan yang harus diperbaiki. Misalnya, senjata Sniper yang dibuat Pindad ternyata hanya mampu meluncur sejauh 1,5 Km berbeda dengan buatan AS yang mampu mencapai 2,5 km.
Pihak Pindad pun terus lakukan riset dalam memperbaiki hal tersebut, karena dalam waktu dekat akan mengeluarkan produk yang baru. Produk itu diyakinkan akan membawa nama Indonesia disegani oleh mancanegara.
"Dalam waktu dekat Pindad akan keluarkan produk baru, mudah-mudahan bisa membawa nama baik Indonesia," pungkas Ami.
Baca juga:
Pakai senapan Pindad, tim TNI AD pecundangi Australia dan AS
Brunei Darussalam kepincut panser Anoa buatan Pindad
Gandeng Turki, Pindad buat Medium Tank
Gandeng Korea dan Eropa, Pindad buat senjata kaliber besar
Pindad produksi roket pertama yang dikendalikan GPS
-
Di mana TNI dibentuk? Dahulu TNI dibentuk dan dikembangkan dari sebuah organisasi bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR).
-
Apa profesi Serda Winda Anggita selain sebagai anggota TNI? Selain menjadi sosok yang selalu tampil modis dan berpenampilan kekinian, Winda Anggita telah mencapai prestasi luar biasa sebagai seorang guru di militer.
-
Di mana prajurit TNI AD ini berasal? Diungkapkan oleh pria asli Kaimana, Papua Barat ini bahwa sebelum memutuskan menikah, Ia sudah menjalin asmara atau berpacaran selama 3 tahun.
-
Siapa sosok penemu ransum TNI? Pencipta ransum TNI ternyata bukanlah seorang tentara, melainkan seorang dokter.
-
Siapa menantu Panglima TNI? Kini Jadi Menantu Panglima TNI, Intip Deretan Potret Cantik Natasya Regina Ini potret cantik Natasya Regina, menantu panglima TNI.
-
Apa saja alutsista baru yang diterima TNI AU untuk menambah kekuatan pertahanan? TNI AU telah menerima alutsista baru sebanyak delapan unit Helikopter H225M, lima unit pesawat angkut C-130 J Super Hercules buatan Lockheed Martin, lima unit pesawat jenis NC-212i buatan PT Pindad Indonesia (PTDI), delapan unit drone tempur CH-4 buatan China, serta Radar RAT-31 DL/M.