Polemik Wacana Susu Ikan Gantikan Susu Sapi, Wamentan Singgung Tujuan Program Makan Bergizi Gratis
Banyak pihak menilai, pengolahan ikan menjadi susu tidak tepat.
Rencana penggunaan susu ikan sebagai alternatif dari susu sapi dalam program makan siang bergizi yang digagas Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka kini jadi sorotan. Banyak pihak menilai, pengolahan ikan menjadi susu tidak tepat.
Menanggapi hal itu, Wakil Menteri Pertanian Sudaryono mengaku pihaknya belum mengetahui terkait persoalan susu ikan. Dia juga mengaku belum memantau perdebatan di media sosial terkait rencana penggunaan susu ikan sebagai alternatif susu sapi.
- Pemkot Tarakan Uji Coba Program Makan Bergizi Gratis
- Jawab Isu Makan Bergizi Gratis Dipangkas jadi Rp7.500, Tim Sinkronisasi Ungkap Dua Arahan Prabowo
- Bakal Ada Program Makan Bergizi Gratis, Bagaimana dengan Susu?
- Program Makan Siang dan Susu Gratis Diusung Prabowo Gibran Dongkrak Ekonomi Daerah, tapi Susunya Jangan Impor
"Saya jujur aja belum monitor soal susu ikan ini, apakah susu disubtitusi dengan ikan barangkali, tapi jujur saya enggak, enggak aku enggak monitor soal itu, mungkin susu mengandung ikan," kata Sudaryono, saat diwawancarai di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (11/9).
Sudaryono mengatakan, sebetulnya program makan bergizi gratis bertujuan memberikan protein yang cukup bagi anak-anak. Namun, jika melihat kondisi saat ini, kebutuhan asupan protein tidak bisa dicukupi dengan susu sapi dan daging.
Penyebabnya, kata Sudaryono, Indonesia kekurangan induk sapi yang bisa menghasilkan susu dan daging. Di sisi lain, pemerintah mengurangi ketergantungan pada impor susu.
"Nah intinya begini, kita ini kan belum cukup susu dan dagingnya. Maka kita kalau bisa, dan arahannya jelas, jangan impor susu. Kita ingin impornya buka ruang lebar ke pihak swasta atau siapapun itu kita buka ruang untuk datangkan sapi hidup di Indonesia. Kenapa kita kurang susu dan daging? Karena sapi induknya kurang," jelas dia.
"Maka kita buka ruang insya Allah kita data komitmen dari perusahaan, koperasi, perorangan, masyarakat, ada 36-40 badan hukum baik koperasi maupun perusahaan yang akan komitmen datangkan total 1,3 juta ekor sapi hidup," tambah Sudaryono.
Di tengah rencana tersebut, Sudaryono menyadari mendatangkan sapi membutuhkan waktu cukup lama. Karena itu, daripada mengimpor susu sapi, Sudaryobo menilai lebih baik melakukan susbtitusi kandungan protein dengan sumber lain, baik nabati maupun hewani.
"Kan kita kan sudah surplus, sudah swasembada di telur dan ikan, ayam, ya kan terus barangkali itu jadi sumber. Jadi subtitusi, bukan dipaksakan impor susu bubuk dan lain-lain. Kita tidak arahkan ke sana, kita lebih ke momen makan bergizi gratis ini pemerintah bisa trigger kemandirian pangan, bukan hanya beras, tapi telur ayam daging dan susu yang kita harus raih," imbuh dia.
Sebagai informasi, PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) atau ID Food mengakui, tengah mengkaji susu ikan sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan susu dalam program makan bergizi.
Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi menerangkan, sejauh ini belum ada skenario dari Badan Gizi Nasional terkait susu ikan. Namun, Badan Gizi terbuka saja jika ada ide tersebut.
"Keterangan yang saya dapat dari Kepala Badan Gizi Nasional sejauh ini tidak ada skenario bernama susu ikan," kata Hasan Nasbi lewat pesan tertulis, Selasa (10/9).
"Tapi Badan gizi terbuka dengan berbagai ide dari pihak lain, asalkan sudah proven dan bisa diimplementasikan," sambungnya.
Hasan menyatakan, ide berbentuk 'susu ikan' datang dari pihak lain. Dia mempersilakan agar ide tersebut diuji coba.
"Silakan saja dulu diuji coba. Kalau nanti sudah melalui proses uji coba dan ternyata hasilnya baik, bisa jadi alternatif pengayaan nutrisi, tapi bukan untuk pengganti susu," pungkasnya.