Polisi Ingatkan Jemaah Melayat ke Rumah Syekh Ali Jaber Patuhi Protokol Kesehatan
Kapolsek Pulogadung Kompol Beddy Suwendi memastikan tidak akan adanya kerumunan di lokasi kediamannya di Jalan Pemuda Komplek Taman Berdikari Sentosa Blok i, No.5, RT.004, RW.09, Kelurahan Jati, Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur.
Pendakwah kondang Syekh Moh Ali Jaber meninggal dunia. Syekh Ali Jaber meninggal setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit Yarsi Cempaka Putih, Jakarta.
Polisi pun meminta jemaah yang ingin melayat ke kediaman dai kelahiran Madinah tersebut. Kediaman Syekh Ali Jaber diketahui berada di Jalan Pemuda Komplek Taman Berdikari Sentosa Blok i, No.5, RT.004, RW.09, Kelurahan Jati, Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur.
-
Kapan Gege meninggal? Joe atau Juhana Sutisna dari P Project mengalami duka atas meninggalnya putra kesayangannya, Edge Thariq alias Gege, pada pertengahan Mei 2024.
-
Kapan Awaloedin Djamin meninggal? Awaloedin Djamin meninggal dunia pada usia 91 tahun, tepatnya pada Kamis, 31 Januari 2019 pukul 14.55 WIB.
-
Kapan Atang Sendjaja meninggal? Pada 29 Juli di tahun itu menjadi hari duka bagi AURI.
-
Kapan Harun Kabir meninggal? Tanggal 13 November 1947, jadi hari terakhir Harun Kabir dalam menentang kekuasaan Belanda yang kembali datang ke Indonesia.
-
Kapan Ridwan Kamil mencoblos? Hal itu ia sampaikan usai mencoblos surar suara di TPS 45, Jalan Gunung Kencana, Ciumbuleuit, Kota Bandung, Rabu (14/2).
-
Kapan Adam Malik Batubara meninggal? Setelah mengabdikan diri untuk bangsa Indonesia, Adam Malik mengembuskan napas terakhirnya di Bandung pada 5 September 1984 karena sakit kanker hati.
"Ada dong (imbauan), ini kan masih pandemi Covid. Tentunya harus patuhi protokol kesehatan, makanya kita ada pengamanan, takutnya ada kerumunan-kerumunan. Jadi tidak kerumunan di sini, tentunya kalau ada yang melayat ya kita beritahukan imbauan lah," kata Kapolsek Pulogadung Kompol Beddy Suwendi saat dihubungi merdeka.com, Kamis (14/1).
Sehingga, pihaknya akan membubarkan massa atau simpatisan yang datang ke kediaman Syekh Ali Jaber. Hal ini dilakukan agar tak terjadi kerumunan di masa pandemi Covid-19.
"Ya kalau namanya simpatisan kita enggak tahu, simpatisan pasti dia pengen dateng, pengen melihat kan. Nah kita disini hanya bisa antisipasi saja agar tidak ada kerumunan-kerumunan gitu," tegasnya.
"Sebenernya enggak boleh melayat, tapi yang pasti namanya simpatisan kan. (Kalau ada simpatisan dateng) Ya kita pasti bubarkanlah, jangan sampai ada kerumunan di sini, pasti kita bubarkan," sambungnya.
Kerahkan Puluh Personel
Untuk memastikan tidak adanya kerumunan, ia menurunkan anggotanya sebanyak 30 personel. Jumlah tersebut belum tergabung dari personel Polres Metro Jakarta Timur bahkan Polda Metro Jaya.
"Sementara untuk yang ada di sini 30 personel, yang dari Polres dalam perjalanan dan dari Polda dalam perjalanan buat antisipasi," sebutnya.
Ia mengaku, belum mendapatkan informasi dimana Syekh Ali Jaber akan dikebumikan atau dimakamkan oleh pihak keluarganya.
"Kita masih dikediaman beliau, tapi belum jelas juga mau dibawa ke sini apa ke Mataram katanya. Belum jelas infonya. Tapi kita persiapan aja pengamanan," ujarnya.
"Belum ada info (dimakamkan dimana), di kediaman juga masih sepi kok," tutupnya.
Dai kondang kelahiran Madinah ini sebelum meninggal dirawat di Rumah Sakit Yarsi, Cempaka Putih, Jakarta.
Hasil pemeriksaan, Syekh Ali Jaber meninggal dalam kondisi negatif Covid-19. Meskipun sebelumnya, Syekh Ali Jaber sempat menjalani perawatan setelah dinyatakan positif Covid-19.
"Telah Wafat Guru kita, SYEKH ALI JABER (Ali Saleh Mohammed Ali Jaber). Di RS Yarsi Hari ini, 14 Januari 2021 1 Jumadil Akhir 1442 H. Jam 08.30 WIB dalam keadaan Negatif Covid," tulis Ketua Yayasan Syekh Ali Jaber, Habib Abdurrahman Al-Habsyi lewat akun instagram @yayasan.syekhalijaber dikutip merdeka.com, Kamis (14/1).
Abdurrahman meminta masyarakat mendoakan almarhum. "Kita ikhlaskan kepulangan beliau kepada Rabbnya. Mohon dimaafkan segala kesalahan beliau. Semoga diterima segala amal shaleh beliau."
(mdk/gil)