Polisi minta bupati urus kasus bayi meninggal di antrean No 115
Sebab, meninggalnya sang bayi diduga karena terlambat mendapat pertolongan medis.
Kapolres Pinrang, AKBP Heri Tri Maryadi membantah pihak kepolisian akan membongkar kuburan bayi berumur dua bulan Naila untuk keperluan otopsi.
"Sejauh ini belum ada rencana pembongkaran kuburan Naila, anak dari pasangan Mustari dan Nursia, warga Dusun Patommo, Desa Kaliang, Kecamatan Duampanua, Kabupaten Pinrang, Sulsel," kata Heri menanggapi wacana yang beredar terkait kematian bayi di RSUD Lasinrang, Kota Parepare, Sulsel, Minggu (17/11), seperti dilansir Antara.
Bayi tersebut meninggal di pangkuan ibunya dua pekan lalu. Almarhum meninggal saat sang ayah tengah mengurus administrasi dan berdebat dengan petugas loket RSUD Lasinrang yang tidak langsung menangani bayinya.
Heri mengatakan, hingga kini pihaknya belum menerima laporan dari manapun, terkait meninggalnya bayi Naila di depan loket rumah sakit.
"Kita belum ada dasar untuk melakukan penggalian kuburan bayi tersebut. Terlebih lagi tidak ada laporan dari pihak manapun yang kami terima. Kendati memang kasus itu telah menjadi isu nasional," katanya.
Untuk melakukan autopsi, pihaknya perlu mendapat persetujuan dari orang tua korban. Jika hal itu dilanggar, pihaknya dapat dituntut balik karena tidak ada izin dari pihak keluarga korban.
Menurutnya, kasus meninggalnya bayi di depan loket rumah sakit tersebut, seyogyanya diselesaikan bupati selaku kepala daerah, karena terkait dengan kinerja aparaturnya.
Terlebih, meninggalnya bayi tersebut diduga karena terlambat mendapat pertolongan medis, akibat berbelit-belitnya proses administrasi di rumah sakit milik pemerintah tersebut.
Dia mengatakan, peristiwa tersebut hendaknya dapat menjadi pembelajaran bagi Pemkab Pinrang untuk lebih mementingkan pelayanan masyarakat, utamanya di bidang kesehatan dan mengabaikan proses administrasi saat ada warga yang darurat untuk mendapatkan pertolongan.
Sebelumnya, ayah korban mengungkapkan saat kejadian sempat berdebat dengan petugas loket saat meminta anaknya ditolong. Mustari mengaku, sempat menunggu selama dua jam di loket karena proses administrasi yang berbelit-belit di rumah sakit tersebut, karena lupa membawa kartu keterangan lahir anaknya. Padahal dia sudah menyerahkan KTP sebagai jaminan awal.
Baca juga:
Kemenkes tetap selidiki kasus meninggalnya bayi Naila di antrean
Kemenkes: Harusnya orangtua bayi Naila bawa ke unit darurat
Kasus bayi Naila, bukti RS di Indonesia tak berperikemanusiaan
4 Cerita tragis bayi Naila meninggal di RS saat antre nomor 115
Tak ada maaf dari RS saat bayi Naila meninggal di antrean No 115
-
Kapan bayi tersebut meninggal? Penanggalan radiokarbon mengonfirmasi bahwa keduanya meninggal antara tahun 1616-1503 SM.
-
Kapan bayi perempuan tersebut meninggal? Bayi perempuan yang diberi nama "Neve," diambil dari nama sungai di daerah tersebut, diketahui meninggal dunia ketika usianya hanya sekitar 40 hingga 50 hari.
-
Kenapa bayi sering cegukan? Cegukan pada bayi umumnya merupakan fenomena alami dan tidak perlu menjadi sumber kekhawatiran yang berlebihan bagi orangtua.
-
Apa yang dilakukan anak tersebut saat gempa Batang? Seorang anak yang ingin melindungi ibundanya dari bahaya reruntuhan rumah, memeluk sang ibu dan tidak mau melepaskannya.
-
Kenapa bayi menangis? Seorang bayi masih belum bisa berbicara dan menyampaikan keinginannya. Salah satu cara komunikasi yang bisa mereka lakukan adalah menangis.
-
Kapan AN melahirkan bayinya? AN awalnya mengeluhkan sakit perut karena hendak melahirkan, Minggu (21/1). Ia pun dibawa suaminya dari kampungnya di Desa Pauh, Kecamatan Rawas Ilir, Musi Rawas Utara (Muratara), Sumatera Selatan, menuju puskesmas.