Polisi panggil pakar satwa selidiki kasus pertukaran satwa KBS
Banyak satwa KBS yang ditukar oleh pengelola ke luar negeri dan kebun binatang lain untuk mendapatkan uang.
Polisi terus mengusut kasus-kasus yang terjadi di Kebun Binatang Surabaya (KBS), Jawa Timur. Kali ini pihak Polrestabes Surabaya konsentrasi pada pelanggaran pidana kasus pertukaran satwa yang dilakukan pihak KBS.
Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya, AKBP Farman mengatakan, pihaknya akan memulai penyelidikan 'penjarahan' satwa-satwa di kebun binatang terlengkap se-Asia Tenggara itu. "Kami akan melakukan penyelidikan pelanggaran pidana dalam kasus pertukaran satwa," kata dia, Senin (3/2).
Meski begitu, diakui Farman, tidaklah mudah menyelidiki masalah tersebut. Sebab ada peraturan-peraturan yang mengatur masalah pertukaran satwa dari lembaga yang bersangkutan. "Untuk itu, kita perlu mempelajari lebih dulu."
Salah satunya meminta pendapat dari pakar satwa, Singky Soewadji. "Hari ini (3/2) kita akan melakukan kajian dan diskusi dengan Singky."
Polisi tidak mau tergesa-gesa dalam memulai penyidikan kasus tersebut. "Jadi, ini hanya kajian saja. Untuk mengetahui bagaimana tahapan-tahapan pertukaran satwa, kita perlu mengkajinya. Kalau ada unsur pidana yang dilakukan pengurus TPS KBS, maka harus dilakukan penyidikan," katanya.
Sedangkan masalah adanya dugaan korupsi terkait pertukaran satwa di KBS, Farman menegaskan, kalau pihaknya menyerahkan sepenuhnya pada Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK ).
Banyak satwa-satwa koleksi KBS yang hilang, saat kebun binatang yang didirikan semasa pendudukan Belanda itu, dikelola oleh Tim Pengelola Sementara (TPS) bentukan Kementerian Kehutanan (Kemenhut).
Bahkan sejak awal Januari hingga Febuari ini, setidaknya sudah ada enam hewan di KBS yang mati, di antaranya Gnu (Banteng Afrika), Singa Afrika, Kambing Gunung, Kijang, Rusa Bawean dan Komodo.
Selanjutnya, saat KBS diambil alih Pemkot Surabaya dan dikelola oleh Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS), isu soal korupsi satwa mulai dihembuskan dan masalah barter satwa ilegal dibeber banyak kalangan. Pertukaran satwa KBS dinilai dilakukan segelintir orang untuk kepentingan pribadi. Carut marut KBS ini akhirnya dilaporkan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini kepada KPK .
Juni 2013 lalu, tercatat ada sekitar 49 satwa KBS dipindahkan ke Taman Satwa Mirah Fantasia, Banyuwangi. Kompensasi dana Rp 640 juta pun dikantongi pihak KBS dari kebun binatang Berlin. Kompensasi dana itu sebagai pengganti biaya angkut Jerapah.
Kemudian 28 Juni 2013, ada 39 satwa KBS ditukar dengan kendaraan operasional. Penukaran itu dilakukan pihak TPS dengan lembaga Konservasi Lembah Hijau yang berada di Bandar Lampung. Kompensasi penukaran itu berupa mobil Innova bekas dan motor sebagai kendaraan operasional KBS.
Baca juga:
Ketua DPRD Surabaya duga karyawan penyebab kematian satwa di KBS
Komodo di KBS mati diduga karena gangguan pencernaan
Polisi tak temukan bekas penganiayaan pada komodo KBS yang tewas
Sebelum Komodo, Rusa Bawean KBS ditemukan mati dengan kaki patah
Kebun Binatang Surabaya cari penyebab kematian Komodo
-
Di mana letak Kebun Bibit Wonorejo yang bisa dikunjungi di Surabaya? Kebun bibit ini cukup dekat dengan hutan mangrove Wonorejo.
-
Di mana kebun stroberi di Purbalingga berada? Salah satu kebun stroberi itu berada di Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Purbalingga.
-
Kenapa Taman Angsa di Surabaya dibangun? Taman Angsa yang berada di tengah perumahan Pakuwon City, Kecamatan Mulyorejo, Surabaya ini dibuat untuk melengkapi keindahan perumahan elite tersebut.
-
Kapan Kirab Kebo Bule di Surakarta diadakan? Surakarta memiliki tradisi pada perayaan malam 1 Suro atau bisa disebut malam tahun baru Hijriah.
-
Apa yang disita oleh petugas Satpol PP di Denpasar? Barang bukti yang sita itu 4,5 kg daging anjing dan (ada yang sudah diolah) berupa rica-rica dan rawon. Itu, katanya laris dikonsumsi oleh orang-orang terbatas," kata Kepala Satpol PP Provinsi Bali, Dewa Nyoman Rai Dharmadi, saat dikonfirmasi Kamis (1/8).
-
Kapan Kebun Binatang Cikini dibuka? Mengutip Jakarta.go.id, Kebun Binatang Cikini diresmikan pada 1864.