Polisi tangkap 5 orang pembunuh orangutan mati tertembus 130 peluru
Kelima tersangka merupakan petani buah nanas, kelapa sawit dan juga pekebun kayu gaharu, yang berada di areal Taman Nasional Kutai (TNK) di Kutai Timur.
Kepolisian di Kutai Timur, Kalimantan Timur, menangkap 5 pelaku penembakkan orangutan yang mati tertembus 130 peluru, sekaligus menyita barang bukti 4 senapan angin. Kelimanya ditetapkan tersangka. Empat diantaranya, ditahan di penjara polisi.
Penangkapan kelimanya, dilakukan Kamis (15/2) sekitar pukul 15.00 Wita, dan ditetapkan sebagai tersangka, Jumat (16/2) kemarin. Kelima orang itu adalah Nasir (54), Rustan (37), Muis (36), Andi (37) dan He (13).
-
Bagaimana orangutan menunjukkan kecerdasannya? Para peneliti mengamati bagaimana orangutan dengan cekatan menggunakan alat improvisasi dari lingkungan sekitarnya dan membangun struktur serupa untuk mendapatkan perlindungan dari hujan. Tingkat adaptasi dan pemahaman 'mengapa' ini menjadi sorotan unik dari kecerdasan orangutan.
-
Kenapa orangutan induk itu diduga sakit? "Jadi, induk Orangutan yang kita amankan dan selamatkan ini, kecurigaannya punya penyakit," Ari menambahkan.
-
Bagaimana cara tim di lapangan mengevakuasi induk Orangutan? "Tim di lapangan berhasil evakuasi induknya hari Sabtu sekitar jam 9 pagi. Tapi anaknya, saat tim mengevakuasi, memisahkan diri dari induknya dan masuk cepat ke dalam hutan," kata Kepala BKSDA Kalimantan Timur, Ari Wibawanto, dikonfirmasi merdeka.com, Senin (25/9).
-
Kapan garis keturunan Gigantopithecus terpisah dari orangutan? Garis keturunan kera besar diketahui berpisah dari sepupunya itu sekitar 12 juta-10 juta tahun lalu, kata peneliti.
-
Siapa yang mengancam kelangsungan hidup orang utan? Orang utan sering menjadi sasaran perburuan untuk diperdagangkan secara ilegal, baik sebagai hewan peliharaan maupun untuk bagian tubuh mereka yang dianggap memiliki nilai ekonomi atau medis.
-
Bagaimana cara melindungi orang utan? Menjaga Habitat: Langkah terbaik dalam melindungi orang utan dengan menjaga habitat alami mereka. Ini termasuk upaya-upaya seperti memperluas kawasan konservasi, merehabilitasi lahan yang rusak, dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga keberlangsungan hutan tropis.
"Lima orang tersangka, 4 dewasa satu orang anak. Mereka ini satu keluarga. Nasir adalah kakek, anaknya adalah Rustan, Andi menantunya dan He, adalah cucu. Sedangkan Muis, adalah tetangga," kata Kapolres Kutai Timur AKBP Teddy Ristiawan, dikonfirmasi merdeka.com, Sabtu (17/2).
Teddy menerangkan, kelima tersangka merupakan petani buah nanas, kelapa sawit dan juga pekebun kayu gaharu, yang berada di areal Taman Nasional Kutai (TNK) di Kutai Timur.
"Kenapa para terduga pelaku ini harus menembak? Alasan awalnya karena Orangutan mengganggu tanaman mereka," ujar Teddy.
Tidak kurang 15 saksi, diperiksa dari kepolisian gabungan tidak hanya Polres Kutai Timur, melainkan juga Ditreskrimsus Polda Kalimantan Timur. "Sebetulnya dari awal pun kami sudah simpulkan. Bahwa para pelaku ini ada tidak jauh dari TKP. Makanya kemudian proses penyelidikan, pemeriksaan, kita fokuskan terhadap orang-orang yang ada di sekitar TKP," jelas Teddy.
Penyelidikan pun menurut Teddy, mengerucut kepada kelima orang itu. "Jadi yang bersangkutan pun kita periksa berulang kali. Baik di Polres di Polsek, dan kita lakukan pendekatan-pendekatan yang lain," ungkap Teddy.
"Akhirnya dengan temuan-temuan kita di lapangan, temuan barang bukti, dan temuan lain, kita simpulkan bahwa merekalah tersangkanya," tambahnya.
Empat dari kelima tersangka, kini meringkuk di penjara Polres Kutai Timur. Mereka dijerat pasal 21 ayat 2 dan pasal 40 ayat 2 Undang-undang No 05 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya. "Kita sita barang bukti 4 pucuk senapan angin. Untuk tersangka He, tidak kita tahan karena anak di bawah umur," demikian Teddy.
Diketahui, Orangutan usia remaja, ditemukan warga terdesak dan terlihat merintih kesakitan di areal Taman Nasional Kutai (TNK) kawasan Desa Teluk Pandan, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, Sabtu (3/2). Usai dievakuasi, kondisinya memburuk dan mati, Selasa (6/2) dalam perawatan di lokasi aman, di kantor Balai TNK.
Hasil autopsi, ditemukan tidak kurang 130 peluru senapan angin, 19 luka menganga, 2 mata buta karena peluru yang bersarang serta telapak kaki kiri hilang diduga akibat sabetan senjata tajam.
Baca juga:
Orangutan Riana di Bontang akhirnya dibawa ke rehabilitasi BOS
Anak Orangutan di Aceh Tenggara dievakuasi dalam kondisi stres berat
Kapolda Kaltim perintahkan anak buah tangkap pelaku penembakan orang utan
Jadi kebun sawit, luas hutan Taman Nasional Kutai menyusut 6.500 hektare
Sadisnya pembantaian orangutan diberondong 130 pelor