Poliwangi Manfaatkan Sungai Kecil Jadi Listrik Hingga 3000 Watt
Inovasi pemanfaatan kekayaan energi aliran sungai menjadi listrik tersebut telah diterapkan oleh Kampus Politeknik Negeri Banyuwangi (Poliwangi) dari program Kemenristek Dikti, di Desa Pesucen, Kecamatan Kalipuro.
Titik terang memanfaatkan sumber energi listrik dari aliran sungai mulai muncul di Kabupaten Banyuwangi. Hanya memanfaatkan aliran sungai kecil dengan lebar hanya sekitar 1 meter, sudah bisa menghasilkan energi listrik sebesar 3000 Watt.
Energi listrik sebesar itu dihasilkan dengan menggerakkan turbin generator yang mengalirkan listrik ke baterai, baru kemudian listrik bisa digunakan.
-
Bagaimana cara Banyuwangi memanfaatkan insentif tersebut? “Sesuai arahan Bapak Wakil Presiden, kami pergunakan insentif ini secara optimal untuk memperkuat program dan strategi penghapusan kemiskinan di daerah. Kami juga akan intensifkan sinergi dan kolaborasi antara pemkab dan dunia usaha. Dana ini juga akan kami optimalkan untuk kegiatan yang manfaatnya langsung diterima oleh masyarakat,” kata Ipuk.
-
Kenapa Banyuwangi mendapatkan insentif lagi? Ini merupakan kali kedua mereka mendapatkan insentif karena dinilai sukses menekan laju inflasi serta mendongkrak kesejahteraan masyarakat.
-
Apa yang dibangun di Banyuwangi? Pabrik kereta api terbesar se-Asia Tenggara, PT Steadler INKA Indonesia (SII) di Banyuwangi mulai beroperasi.
-
Apa yang diserahkan oleh Presiden Jokowi di Banyuwangi? Total sertifikat tanah yang diserahkan mencapai 10.323 sertipikat dengan jumlah penerima sebanyak 8.633 kepala keluarga (KK).
-
Kenapa Banyuwangi meraih penghargaan tersebut? "Alhamdulillah, hari ini di Istana Negara, kami menerima penghargaan yang diserahkan langsung oleh Presiden Joko Widodo. Ini tentu mendorong semua elemen di Banyuwangi untuk terus kompak melakukan pengendalian inflasi secara lebih baik lagi, agar daya beli masyarakat selalu terjaga," ujar Ipuk.
-
Dimana insentif diserahkan kepada Banyuwangi? Insentif tersebut diserahkan langsung Menteri Keuangan, Sri Mulyani, kepada Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, di Jakarta, Senin (6/11).
Inovasi pemanfaatan kekayaan energi aliran sungai menjadi listrik tersebut telah diterapkan oleh Kampus Politeknik Negeri Banyuwangi (Poliwangi) dari program Kemenristek Dikti, di Desa Pesucen, Kecamatan Kalipuro.
Abdurrohim (56), warga Pesucen yang tinggal di dekat pembangkit listrik di sungai kecil, mulanya tidak menyangka bahwa saluran irigasi kecil tersebut bisa memenuhi kebutuhan listrik masjid di desanya.
"Ya tidak menyangka karena ini kan hanya saluran irigasi kecil, ternyata bisa menghidupi 20 lebih lampu, speaker buat adzan dan lainnya," kata Rohim yang juga takmir masjid saat ditemui, Sabtu (23/2).
©2020 Merdeka.com
Rohim lantas menunjukkan dimana lokasi pembangkit listrik sungai kecil tersebut. Menurutnya, meski lebar sungai hanya sekitar 1 meter, namun tidak pernah berhenti mengalir.
"Ini pecahan dari sungai Sukowidi. Jadi terus mengalir," katanya.
Meski daya listrik yang dihasilkan dari sungai dengan teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Piko Hydro (PLTPH) sudah bisa mencapai 3000 Watt, namun penggunaan listrik di masjid, kata Rohim hanya di kisaran 200-300 Watt.
"Masjid hanya butuh 200-300 watt, selain lampu pengeras suara," katanya.
Dihubungi secara terpisah, Dosen di Prodi Teknik Manufaktur Kapal, Jurusan Teknik Mesin, Poliwangi Khairul Muzaka, S.T., M.Eng-Res mengatakan, teknologi mengubah energi arus sungai kecil menjadi listrik menggunakan generator yang disimpan dalam baterai berkapasitas 14,4 Kwh (14.000 Watt) dengan penggunaan 1000 Watt selama 14 jam, bisa juga 14.000 Watt dalam masa penggunaan 1 jam.
"Seharusnya bisa menghidupkan pemakaian 1000 watt bisa untuk penggunaan selama 14 jam," kata Zaka, Senin (24/2).
©2020 Merdeka.com
Namun kerena arus sungai yang kecil hanya bisa memutarkan turbin generator dengan Rpm (rotasi per menit) rendah. Sehingga tegangan listrik yang dihasilkan dari generator berkisar 50-150 volt. Sementara untuk menghasilkan 220 volt butuh kecepatan 300 Rpm.
Sehingga, kata Zaka, penggunaan daya output dari baterai dibatasi hingga 3000 watt.
"Spesifikasi generator bisa menghasilkan 3000 watt itu maksimal karena arus kecil, jadi kita manfaatkan baterai," katanya.
Sementara itu, tegangan 50-150 volt yang dihasilkan dari generator membutuhkan 3-4 hari agar baterai berkapasitas 14,4 Kwh bisa penuh. Pengisian tersebut bisa lebih maksimal bila tenaga arus sungai lebih besar dan bisa menggerakkan turbin hingga kecepatan putaran 300 Rpm untuk menghasilkan 220 volt.
"Karena arus kecil, rpm kita sesuaikan antara 50-150 Volt. Butuh tiga hari untuk memenuhi baterai," ujarnya.
Ke depan, pihaknya berencana menambah instalasi pembangkit listrik tenaga surya agar bisa menghasilkan listrik lebih maksimal. Sementara itu, pemanfaatan listrik diberikan untuk sosial seperti di Masjid, kelompok usaha, dan kegiatan yang bermanfaat di masyarakat.
"Ke depan penambahan solar sell, untuk cover kebutuhan di masjid, jadi PLN malah jadi cadangan," ujarnya.
©2020 Merdeka.com
"Harapannya ke depan program di masjid kalau jalan ya bisa memberdayakan masyarakat sekitar," tambahnya.
Lebih lanjut, kata Zaka, masyarakat sekitar cukup merawat aliran sungai agar tidak tertumpuk sampah yang bisa mengganggu turbin maupun energi arus. Selebihnya tidak membutuhkan perawatan khusus dari generator maupun baterainya.
"Memang ngecas terus, dari generator terus menerus, tanpa harus takut kelebihan baterai rusak. Itu baterai jell, jadi tidak perlu maintenance. Ketahanan 5-10 tahun. Gak perlu perawatan, cukup cek sederhana saja," jelasnya.
Saat ini, kata Zaka, teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Piko Hydro (PLTPH) tersebut masih membutuhkan mesin generator dari luar negeri yang bisa menghasilkan listrik meski dengan Rpm rendah.
"Kalau di Indonesia teknologinya masih putaran tinggi (Rpm-nya).
Kita sedang pelajari apa yang bisa diduplikasi dan memunculkan inovasi. Karena kalau generator putaran tinggi konstruksi harus bagus, karena getarannya juga," katanya.
Selain generator, pihaknya juga masih mengimpor baterai. "Untuk turbin, konstruksi dan instalasi kita buat sendiri," jelasnya.
Saat ini, jaringan listrik tersebut disalurkan untuk kebutuhan masjid dan diawasi oleh takmir setempat. Munculnya listrik dari sungai kecil, juga dinilai bermanfaat bagi petani. Sampah sampah yang biasanya berserakan dan mengotori sawah akhirnya mulai dijaga bersama.
"Dan ini ada sisi keuntungan untuk petani, karena irigasi yang bawa sampah plastik bisa dipantau bersama, sebelumnya sawah banyak kemasukan sampah plastik," kata Abdurohim salah satu warga setempat.
(mdk/hhw)