Racikan Jagung Manis Bikin Sholeh Ogah Balik ke Kampung Halaman
Muhammad Sholeh yang asli Sumenep merantau menjadi Pedagang Kaki Lima (PKL) di Taman Trunojoyo Kota Malang. Setiap wadah jagung manis yang dijualnya dibanderol Rp 5 ribu.
Tangan Muhammad Sholeh (29) begitu cekatan melayani seorang pembeli yang saat itu memesan Goyang Lidah Jagung Manis rasa keju. Tidak butuh waktu lama, tangannya meraih wadah berbahan plastik dan mengambil jagung dari dandang yang terus dipanasi.
Bumbu siap saji dituangkan di atas jagung. Ditambah susu kental manis dan parutan keju. Tidak lupa penutup wadah dan sebuah sendok plastik disertakan dalam kemasan untuk diserahkan kepada pembelinya.
-
Kenapa Pj Gubernur Jateng memberikan bantuan modal usaha? Hal itu guna mempercepat penanggulangan kemiskinan di wilayahnya.
-
Apa yang Telkom lakukan untuk mendukung pelaku usaha UKM? Direktur Enterprise & Business Service Telkom FM Venusiana R juga menyampaikan dukungan Telkom dalam mengembangkan potensi para pelaku bisnis khususnya di segmen UKM melalui pemanfaatan digitalisasi dengan menghadirkan Indibiz sebagai ekosistem solusi digital dunia usaha Indonesia untuk membawa UKM Go Global.
-
Apa yang sedang didorong oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk para pelaku usaha pemindangan? Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong skema kemitraan para pelaku usaha pemindangan dengan penyedia bahan baku ikan agar ketersediaan bahan baku pengolahan pindang dapat terjamin.
-
Bagaimana KKP mendorong kemitraan usaha pemindangan? Menurutnya, pertemuan para supplier (pemasok), distributor, dan pengolah pindang diharapkan dapat memberikan pemahaman bersama terkait gambaran makro industri pemindangan. Sebagai bentuk komitmen, Ditjen PDS mengkolaborasikan mereka dengan penandatanganan kesepakatan bersama antara pelaku usaha perikanan besar (supplier) dengan distributor pemindang, kemudian kesepakatan antara distributor pemindang dengan kelompok pengolah pindang, yang kesemuanya merupakan para pelaku usaha dalam rantai pasok usaha pemindangan.
-
Bagaimana BRI membantu pelaku usaha UMKM? Berbagai program yang dilakukan BRI, termasuk program pemberdayaan, nyatanya terbukti sukses dalam memutar perekonomian secara umum. "Ini adalah pilar perekonomian. UMKM yang terus bergerak dengan dukungan BRI, mampu menunjukkan kinerja yang sangat baik. Implikasinya terlihat dari level usaha riil di masyarakat. Ekonomi tumbuh. Di sisi lain, BRI pun menunjukkan catatan kinerja yang baik," ujar Erick.
-
Bagaimana PNM mendorong nasabah untuk saling membantu dalam usaha? Kami membangun mereka untuk saling peduli sesama temannya. Kami dorong mereka saling bersinergi dalam berusaha. Kalau ada di antara mereka yang usahanya kurang maju, maka temannya akan bantu. Minimal mereka tidak menanggung kewajiban di antara mereka yang kurang maju tadi
Muhammad Sholeh yang asli Sumenep merantau menjadi Pedagang Kaki Lima (PKL) di Taman Trunojoyo Kota Malang. Setiap wadah jagung manis yang dijualnya dibanderol Rp5000.
"Yang mahal kan kejunya, bukan jagungnya. Saya beli keju langsung dua pack itu harganya Rp180 Ribu. Kalau jagung harganya kadang Rp3000, tetapi kalau mahal bisa sampai Rp5000 per kilogram," kata Sholeh di lokasi tempatnya berjualan, Rabu (28/8).
Dalam sehari, Sholeh menghabiskan dua pack keju berisi 20 batang dan jagung manis sekitar 40 kilogram. Tetapi karena beli jagungnya dalam jumlah besar, memilih jagung kulit satu zak dengan berat sekitar 55 kilogram yang dianggap lebih murah.
Jagung dari pasar selanjutnya dimasak dan dibawa ke lokasinya mangkal sudah dalam kondisi siap diracik. Bumbu pun diperoleh di pasar.
Ayah satu anak ini berjualan mulai pukul 09.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB. Ia akan pulang saat hari sudah menjelang Maghrib dan dagangannya sudah habis.
Sholeh sudah 6 tahun tinggal di Kota Malang dan sebelumnya bekerja sebagai TKI di Malaysia. Awalnya pun bekerja serabutan berjualan barang kebutuhan rumah tangga dan alat dapur dari pasar ke pasar.
"Pokoknya bagaimana caranya mendapatkan uang. Saya berusaha demi keluarga," katanya.
Ide berjualan Goyang Lidah Jagung Manis, kata Sholeh, datang begitu saja, sebelum mempelajari cara pengolahannya. Ia melihat PKL yang sedang berjualan dengan cara membeli dan bertanya-tanya cara membuatnya. Berjualan jagung manis menurutnya lebih praktis dibanding berjualan cilok yang harus pergi menyelep daging dan mencetaknya.
Sholeh mengaku dapat mengantongi omzet sekitar Rp900 ribu per hari, bahkan terkadang sampai Rp1 juta saat akhir pekan. Omzet yang lumayan besar itu baru dirasakan sekitar dua tahun terakhir, sebelum-sebelumnya hanya mentok omzet sekitar Rp300 ribu - Rp400 ribu per hari.
"Menguji kesabaran, tidak langsung ramai. Kita babat alas (mengawali) dulu, gimana caranya biar besok orangnya bisa kembali lagi. Dulu tidak seperti ini, paling habis keju 3-4 batang keju. Sekarang dua kotak habis. Dari kejunya itu mungkin yang membuat orang kembali," katanya.
Kuncinya, pembeli orang kota itu makanannya harus enak dengan kejunya diperbanyak. Tidak perlu porsi banyak, tetapi susu dan keju harus terasa.
Sholeh juga mengaku beberapa kali pernah diobrak oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Saat itu, dirinya memilih lari atau pindah ke tempat lain, tetapi kemudian kembali lagi setelah dirasa aman.
"Ya saat itu, bagaimana caranya dapat tempat usaha. Tidak boleh menyerah ya. Kita Harus berjuang," terangnya.
Kini usahanya dirasakan sudah nyaman dan sedikit demi sedikit hasil dagangnya ditabung selain untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
"Disimpan, ikut arisan. Dulu punya rekening, tapi sekarang menyimpannya ikut arisan, angsur sepeda motor. Sisanya untuk masa depan anak," kata Sholeh yang mengaku ingin memiliki rumah sebagai investasi.
Ia sempat mempekerjakan orang dengan menambah satu rombong lain, tetapi justru membuatnya merugi. Karena pekerjanya terus menerima bayaran tetapi tidak juga mencapai target.
"Omzetnya belum banyak. Awalnya kan tetap harus ngasih minimal 25 persen. Kalau tidak nutut ya ngasih terus. Kan kasihan kalau dikasih," katanya.
Sholeh mengaku tidak memiliki pilihan usaha lain kecuali sebagai PKL. Pendidikannya hanya sampai kelas 2 SMP, sementara harus terus menghidupi istri dan anaknya. Ia pun mengaku tidak tertarik untuk kembali ke kampung halamannya di Pamekasan, apalagi istri dan anak dan keluarganya sudah tinggal di Malang.
"Kalau di Madura, larinya tetap ke sawah tetap, tidak ada pilihan atau merantau ke mana, kebanyakan di sana merantau. Ada sawah, kalau musim padi ya nanam padi. Kalau di sini kan kerja langsung dapat uang, kalau di Madura harus nunggu beberapa bulan baru panen," jelasnya.
Baca juga:
VIDEO: Ada Pelebaran Trotoar, PKL di Cikini Pasrah Terpaksa Pindah
Penataan PKL Perlu Kehati-hatian Cegah Turbulensi Ekonomi
Kisah Linda, Sukses Jadi PKL hingga Terbang ke Tanah Suci
Prabowo Sarankan Anies Masukkan PKL ke Pasar
Anies Disarankan Lakukan Pendekatan ke PKL Terdampak Revitalisasi Trotoar
Penataan PKL, Berkaca dari Pengalaman Bangkok hingga New York
Minta Penjelasan Soal PKL, PDIP Akan Panggil Anies