Raup Untung dengan Berjualan Jamu Gendong Kala Pandemi Covid-19
Bisnis jamu gendong menjadi salah satu sektor yang bisa menumbuhkan ekonomi keluarga bahkan para petani, karena mereka memproduksi sendiri dan tidak mendatangkan dari Jawa Tengah.
Penjual jamu menjadi orang yang paling dicari kala pandemi covid-19 mulai menyerang Indonesia. Minuman tradisional yang berasal dari rempah-rempah ini digadang-gadang mampu menjaga stamina sehingga mampu melawan covid-19.
Mba Endo (55) salah satu penjual jamu gendong mengatakan pendapatannya melonjak sejak pandemi covid-19. Keuntungan Rp130 ribu hingga Rp200 ribu per hari mampu ia kantongi untuk menumbuhkan ekonomi keluarga.
-
Apa yang menginspirasi dari kisah bisnis pempek ini? Kisah bisnis istri polisi ini seketika menuai beragam tanggapan dari publik. Banyak apresiasi hingga dukungan yang dilayangkan bagi keduanya.
-
Bagaimana kata-kata inspiratif pengusaha muda membantu dalam membangun bisnis? "Memulai perlu keberanian, membesarkan perlu ilmu. Itulah kuncinya dalam berbisnis."
-
Apa pesan utama yang ingin disampaikan oleh kata-kata inspiratif pengusaha muda? "Alasanku menjadi pebisnis karena mau membuka banyak lapangan kerja dan banyak bermanfaat buat orang lain."
-
Apa itu inspirasi? Inspirasi adalah tindakan atau kekuatan untuk melatih pengaruh yang mengangkat atau menstimulasi kecerdasan atau emosi.
-
Bagaimana ucapan Idul Fitri perusahaan bisa menjadi inspirasi bagi karyawan? Pesan yang disampaikan oleh manajemen perusahaan dapat menjadi inspirasi bagi karyawan untuk menjaga sikap toleransi dan menghargai perbedaan.
-
Apa yang membuat kisah ini menjadi inspiratif? Kisah anak sopir berhasil lolos seleksi anggota Polri ini sontak mencuri perhatian publik.
"Kami selama 30 tahun berjualan jamu mampu beli rumah BTN Palaton Rangkasbitung, juga dua putrinya menjadi sarjana," kata Mba Endo saat ditemui di kediamannya di Lebak, Selasa.
Selama ini ekonomi keluarga pedagang jamu tidak terdampak pandemi COVID-19, karena kebutuhan pangan mereka relatif terpenuhi.
"Kami sebagai perantau dari Jawa ke Lebak kini bisa meraup keuntungan bersih Rp200 ribu/hari dan bisa mengubah nasib menjadi lebih baik dan hidup sejahtera, " kata Endo yang sudah lama ditinggal suami itu.
Atun (18) yang baru berjualan sekitar tiga pekan pun turut merasakan manisnya keuntungan dari berjualan jamu keliling di wilayah Desa Rangkasbitung.Meski harus berangkat pagi dan berjalan kaki melintasi hutan dan kawasan perkebunan kelapa sawit, Atun tidak pantang menyerah.
"Kami berangkat pukul 6.00 WIB dan pulang pukul 10.00 WIB dan setiap hari habis, terlebih saat ini adanya pandemi COVID-19 banyak konsumennya, " kata Atun sambil menyatakan ia baru lulus SMK di Solo Jawa Tengah.
Perkumpulan Pedagang Jamu Gendong Kabupaten Lebak Parjiem (58) mengaku saat ini jumlah pedagang jamu gendong di daerah ini mencapai 550 orang tersebar di 28 kecamatan.
Mereka kebanyakan warga perantau dari sejumlah daerah di Jawa Tengah, namun saat ini sudah banyak menjadi warga Lebak, Banten.
Bisnis jamu gendong menjadi salah satu sektor yang bisa menumbuhkan ekonomi keluarga bahkan para petani, karena mereka memproduksi sendiri dan tidak mendatangkan dari Jawa Tengah.
"Semua bahan baku jamu itu dari tanaman obat-obatan dibeli dari petani hingga Rp500 ribu per bulan," ujarnya.
Sementara itu Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak Yudawati mengatakan pemerintah daerah mendorong pedagang jamu gendong berkembang untuk menumbuhkan ekonomi keluarga.
Kebanyakan pedagang jamu gendong itu, kata dia, memiliki identitas kependudukan Lebak.
"Kami di tengah penyebaran Virus Corona juga memberikan bantuan melalui Program Bantuan Produktif Usaha Mikro (BPUM) sebesar Rp2,4 juta per KK," jelasnya. Penyaluran modal tersebut sebanyak 13.600 pelaku unit usaha termasuk para pedagang jamu gendong.
(mdk/ttm)