Satu keluarga, begini tugas para pelaku ledakan bom di 3 gereja Surabaya
Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengungkap pelaku Dipta Novianto mendrop istri dan dua putrinya di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) Arjuna.
Pelaku bom bunuh di tiga gereja di Surabaya merupakan satu keluarga. Mereka terdiri dari ayah, ibu dan empat anak yakni dua laki-laki dan dua perempuan.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengungkap pelaku Dipta Novianto mendrop istri dan dua putrinya di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) Arjuna.
-
Kapan Pertempuran Surabaya terjadi? Tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan, terutama orang-orang yang terlibat dalam peristiwa Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945.
-
Kapan pertempuran hebat di Surabaya terjadi? Pada hari ini tepat 78 tahun yang lalu terjadi pertempuran besar di Surabaya yang menewaskan sekitar 20.000 rakyat setempat.
-
Kapan Bumi terbentuk? Dengan mengukur usia bebatuan di bulan, dan meteorit yang ditemukan di Bumi, para ilmuwan memperkirakan Bumi terkonsolidasi 4,54 miliar tahun lalu.
-
Kapan Kirab Kebo Bule di Surakarta diadakan? Surakarta memiliki tradisi pada perayaan malam 1 Suro atau bisa disebut malam tahun baru Hijriah.
-
Kenapa Soetomo berpesan untuk dimakamkan di Surabaya? Ia ingin dimakamkan di Surabaya agar senantiasa dekat dengan masyarakat kota itu.
-
Apa yang menjadi ciri khas oleh-oleh dari Surabaya? Sambal Bu Rudy menjadi salah satu ikon oleh-oleh khas Surabaya.
"Sebelumnya dia drop istri. Yang Avanza di Jalan Arjuna itu," ungkap Kapolri di RS Bhayangkara, Surabaya, Minggu (13/5).
Di TKP tersebut, lanjut Kapolri, pelaku menggunakan bom yang diletakkan di dalam kendaraan.
"Ini ledakan yang terbesar dari ketiga lokasi," ungkapnya.
Tak lama kemudian, istri Dipta serta dua anaknya juga menyerang GKI Diponegoro.
Selanjutnya, di waktu yang berdekatan ledakan juga terjadi di Gereja Santa Maria Tak Bercela. Pelaku merupakan anak laki-laki Dipta.
"Ketiga yang di Santa Maria itu juga dua orang laki-laki yang diduga putra dari Dipta, Yusuf dan Halim 16 tahun. Semua adalah bom bunuh diri," tuturnya.
"Kemudian bom yang di Katolik itu menggunakan bom yang dipangku. Kita belum paham jenis bomnya karena korban pecah. Tapi ini cukup besar karena dibawa dua orang dan menggunakan sepeda motor. jenis bomnya berbeda, jenis bahan peledaknya apa lagi diidentifikasi labfor."
Meski demikian ada kesamaan dalam aksi tersebut.
"Untuk yang dicurigai itu tiga tiganya (Ledakan) menggunakan bom yang diletakkan pada pinggang. Namanya bom pinggang," ungkapnya.
"Ini ciri-ciri yang sangat khas karena rusak di dada dan perut baik yang perempuan ibunya."
Baca juga:
Menengok dampak ekonomi akibat teror bom di 3 gereja di Surabaya
Kapolri ungkap motif pelaku bom Surabaya
Khawatir jadi lone wolf, 6 buronan teroris di Sumsel terus dipantau
Libatkan TNI dan BIN, Polri akan operasi bersama tangkap sel JAT dan JAD
Investor diminta tak ambil aksi berlebihan akibat teror bom Surabaya